Wiratama, marga yang namanya tengah melambung di dunia bisnis. Apapun yang berhubungan dengan keluarga tersebut akan diliput, dari berita bahagia tentang pernikahan ataupun kelahiran penerus Wiratama, juga berita buruk yang tak luput dari kamera wartawan.
Berita ini terlalu mendadak. Padahal baru satu bulan berita bahagia menyapa mereka, berita buruk ikut menyusul. Rahendra Wiratama, generasi tertua Wiratama yang terus menolak ajakan anak-anaknya untuk tinggal bersama, pagi tadi dikabarkan meninggal dirumah. Rumah sederhana tersebut tidak hanya dihuni oleh Rahendra sendiri setelah kepergian istrinya, ada beberapa pelayan bahkan perawat untuk mengurus Rahendra.
Menurut penjelasan salah satu perawat, keadaan Rahendra normal. Pria berumur tersebut pun rajin minum obat. Tidak ada gejala kesakitan apapun hingga membuat perawat melakukan tindakan apapun. Mereka tidak tahu, jika pagi tadi Tuan mereka sudah tidak berada di dunia lagi. Menyusul mendiang istri tercinta.
"Keadaan Tuan Rahendra baik, beliau bahkan masih berjalan-jalan di perkebunan setiap pagi dan sore. Bahkan beliau rajin mengunjungi makam mendiang Nyonya dua hari sekali. Saya benar-benar tidak menyangka bahwa... Bahwa Tuan akan pergi begitu saja."
Jujur saja, sejak kepindahan sang Kakek dan Nenek ke kota lain, menetap disebuah desa yang menurut mereka nyaman, kedekatan antara Kakek dan cucu-cucunya lumayan merenggang. Kakek Rahendra bukan sosok yang banyak bicara. Sikapnya memang hangat pada keluarganya, namun tidak ditunjukan melalui kata-kata.
Berbeda bagi anak-anaknya yang begitu terpukul mendapati kenyataan ini. Mereka tahu jika cepat atau lambat pasti akan begini. Seperti saat mereka kehilangan ibu mereka, begitupun juga sekarang. Hanya saja, sampai kapanpun rasanya tidak siap. Ayah tetaplah ayah, sejauh dan selama apapun mereka berpisah, ikatan anak dan ayah tidak akan putus begitu saja.
"Harusnya sebagai anak kita menjaga orangtua kita selagi ada. Harusnya aku lebih gigih untuk memaksa mereka tinggal bersama kita." Rian bergumam. Wajahnya diliputi penyesalan. Walau perawat mengatakan jika keadaan Rahendra baik-baik saja sebelumnya, ia yakin jika ayahnya pasti merasakan sakit ketika mendekati ajalnya. Sebagai anak, harusnya ia menemani ayahnya bukan?
Elena pernah merasakan ini, kehilangan orangtua sangatlah menyakitkan, lebih dari apapun. Banyak hal yang ia sesali setelahnya. Bahkan ia berpikir, jika saja dia tidak berniat menikah dengan Galih, akankah kedua orangtuanya masih hidup? Mungkin semua orang pernah merasakan hal ini atau mungkin akan merasakan hal ini. Nyatanya, untuk merasa benar-benar rela membutuhkan waktu yang tidak sedikit.
"Kamu merasa sedih?" sosok yang ia tanya berdiri disebelahnya. Merengkuh pinggangnya dengan pandangan lurus kedepan. Dimana masih ada beberapa orang yang mengerubungi makam mendiang Kakek Rahendra.
"Entahlah," Reza tidak memalingkan wajahnya ataupun menggerakkan netranya. "Banyak orang berkata jika aku sangat mirip dengan Kakek, tapi... Kami tidak begitu dekat. Beliau sosok yang kaku pada cucu-cucunya, hanya pada Revika kecil saja beliau mencoba bercanda. Tapi setelah Revika diculik, Kakek dan Nenek memutuskan ke Kota ini. Makanya kami tidak begitu dekat, begitupun dengan Nenek."
Elena mengangguk mengerti meski ia rasa Reza tidak melihatnya. Kepalanya ia sandarkan pada bahu Reza, berdiri dibawah terik matahari lama-lama membuatnya merasa lelah. "Aku dulu dekat dengan Kakek dari Mamah. Beliau sangat memanjakanku, sayang sekali saat aku SMP beliau meninggal dunia. Beliau juga memintaku untuk tidak sedih, katanya dia harus menemani Nenek di langit." Elena tersenyum samar mengingat kenangannya bersama mending sang Kakek. Rasanya baru kemarin ia bermain layang-layang bersama Kakeknya, ternyata hal itu sudah berlalu bertahun-tahun lamanya.
"Apa kita bisa seperti itu?" Elena bertanya pelan, seperti gumaman. Tidak yakin jika Reza akan mendengarnya atau tidak.
"Seperti apa?" ternyata Reza mendengarnya. Bahkan ia merasakan kecupan di puncak kepalanya. Haish, pasti rambutnya bau matahari sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not A Wrong Bride (#4 Wiratama's)
Romansa[End] Gagal menikah, kehilangan kedua orangtuanya. Sebenarnya kesalahan apa yang telah ia perbuat sampai mendapat ujian bertubi-tubi? Tiba-tiba saja Reza datang, menawarkan sebuah pernikahan seolah hal itu hanyalah mainan. Saat ia berusaha menolak...