"Maaf Reza, tapi orangtuaku terus memaksaku bersama Chandra. Maafkan aku..."
Hari dimana dia untuk pertama kalinya dia berpikir menjalin hubungan serius dengan seorang wanita, dia malah ditinggalkan. Tiffany bukan kekasihnya, melainkan lebih dari itu. Sekretaris yang sudah menemani karirnya sejak dia masih menjabat sebagai manajer keungan hingga menjadi general manager. Diusianya yang sudah matang dan terus mendapat desakan dari orangtua, dia memutuskan untuk melamar sekretaris yang berhasil menggaet hatinya.
Siapa sangka jika Tiffany memutuskan bersama pria pilihan orangtuanya. Hanya karena pria itu digadang-gadang sudah dijodohkan sejak kecil dengan Tiffany, keluarga perempuan itu terus saja menolaknya. Padahal jika dipandang dari materi, jelas dia pemenangnya.
Hari dimana dia mendapat penolakan, dia berniat menghabiskan waktunya untuk bekerja. Mengalihkan pikirannya pada berkas-berkas yang tak pernah absen dari mejanya.
Ketika tiba di ruangannya, dia dikejutkan dengan keberadaan Elena --kekasih baru Galih, saudara sepupunya. Wanita yang berpakaian modis itu memperlihatkan wajah masam-nya.
"Salah ruangan?" tanyanya bingung. Perempuan ini jelas sudah tahu seluk beluk perusahaan ini, mana mungkin salah ruangan bukan? Tapi kenapa ada disini alih-alih diruangan Galih?
"Galih pergi, dia ketemu sama kliennya padahal harusnya kan kamu!" suara itu terdengar merajuk, dibumbui dengan rasa kesal yang dibuat seolah tengah marah. "Parahnya, kliennya itu mantannya Galih!"
"Mantan?" dahi Reza berkerut. Setahunya dia tidak memiliki janji dengan siapapun makanya bisa meluangkan waktu untuk Tiffany tadi. "Oh, Friska?" tanyanya mengingat satu nama yang sempat disebutkan Galih kemarin.
Rupanya Galih berbohong pada kekasihnya ini. Friska memang urusan Galih sejak awal, yang ada Galih meminta bantuannya agar bertukar pekerjaan. Hanya saja dia menolak karena memang sudah merancang kejutan untuk Tiffany dari jauh-jauh hari. Dia saja mencari waktu yang pas susah, mana mungkin mau mengorbankan demi hal yang menurutnya tidak penting.
"Mereka sudah tidak menjalin hubungan apapun." jawabnya seraya duduk di kursi kebesarannya. Melonggarkan dasi yang pagi tadi dipakaikan oleh Tiffany. Sial! Lehernya terasa tercekik sekarang.
"Tapi perempuan itu gatel banget Reza! Aku nggak suka!"
Terus kenapa ngadunya sama gua?
"Aku pusing Elena, keluar sana!"
Wajah Elena semakin cemberut. Entah apa yang dipikirkan wanita itu sampai datang keruangannya. Masalah asmara Galih jelas bukan urusannya, kenapa disangkut-pautkan dengan dirinya?
"Aku bakal pergi, tapi kamu kasih tahu dulu tempat mereka janjian."
Oh, jadi ini alasan Elena terdampar di ruangannya? Perempuan memang benar-benar merepotkan.
"Akan sangat tidak profesional jika kamu kesana Lena,"
"Rezaaa, Friska itu ancaman! Bisa aja dia rebut Galih dari aku."
Ternyata Elena masih menjadi Elena yang sama, yang sudah mendeteksi ancaman-ancaman sejak dini. Dulu, Elena akan ribut pada Galih jika ada perempuan lain yang mendekati pria itu. Lambat laun, Elena bisa melonggarkan cengkeramannya.
Reza tidak menyangka jika dia memang sudah mengenal istrinya selama itu. Ketika Galih membawa Elena kerumah untuk diperkenalkan pada keluarga padahal keduanya tidak memiliki hubungan apapun.
Lalu ingatannya jatuh pada kejadian sekitar satu tahun lalu. Hal yang membuat pandangannya mulai berbeda pada Elena.
Sudah sekitar dua tahun dia tidak menjalin asmara dengan siapapun. Tidak dekat dengan perempuan manapun dalam artian lebih. Hidupnya monoton, namun dia tetap menikmatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not A Wrong Bride (#4 Wiratama's)
Romance[End] Gagal menikah, kehilangan kedua orangtuanya. Sebenarnya kesalahan apa yang telah ia perbuat sampai mendapat ujian bertubi-tubi? Tiba-tiba saja Reza datang, menawarkan sebuah pernikahan seolah hal itu hanyalah mainan. Saat ia berusaha menolak...