BONUS UP!
Berhubung hari ini mood aku baik dan emang part ini udah ditulis beberapa hari lalu, jadi aku up sekarang. Tadi pagi baru inget, kalau hari ini ulangtahun. Udah nambah aja umur :( btw, ada yg tahu umur aku berapa sekarang?
WAJIB KOMEN SAMA VOTE YA GAK MAU TAHU! Gak boleh pelit ya kakak-kakak cantik.
Happy Reading!
.
."Nadyaaaaa,"
"Mending lo minum obat sana biar sakitnya cepet sembuh. Paling nanti malem digempur lagi, lebih lama."
"Naaaaaaad!"
Tanpa berdosa Nadya tertawa keras. Setelahnya dia menggelengkan kepala, menatap takjub seorang wanita yang terdampar di ranjang kamarnya ini. Tidak ada angin tidak ada hujan, di hari sabtu yang seharusnya dihabiskan untuk bersantai, tiba-tiba saja Elena datang. Merengek tidak jelas dan berkata malu. Barulah setelah paksaan Nadya, perempuan itu mau bercerita.
"Laki lo tahu lo ke rumah gue?"
Dengan wajah dibenamkan ke bantal, Elena menggeleng. "Gue bilang mau ngurus kerjaan terus pergi deh abis mandi."
"Nggak kepo tuh orang?"
"Kepo..." Elena bergumam pelan. Ia membalikan tubuhnya kemudian menatap langit-langit kamar Nadya dengan menerawang. Teringat dengan perubahan Reza yang menurutnya sangat menakjubkan.
"Kerja? Ini weekend, Lena." nada suara Reza terdengar tidak suka. Memang siapa yang akan suka ketika mendapati istrinya akan bekerja di hari libur seperti ini? Harusnya mereka menghabiskan waktu berdua, bukan untuk bekerja.
"Kayak kamu nggak pernah aja, sabtu minggu aku sering lihat kamu kerja loh." Elena mendebat. Kebiasaan buruk Reza dapat ia gunakan saat ini.
"Aku selalu dirumah saat weekend."
"Tapi diruang kerja. Sama aja lah!" Elena mendengus. "Udah deh, aku mau pergi, awas-awas!"
"Kita baru pulang loh, kamu nggak capek?"
Dalam hati Elena merutuk. Tidakkah Reza sadar jika ia malu? Sangat malu, rasanya untuk menatap Reza saja dia tidak bisa. Makanya sedari tadi dia terus menatap hal lain. Terlihat sok sibuk, berjalan kesana kemari ataupun memeriksa berkas secara asal.
"Cuma bentar kok. Nanti siang pulang, beneran!"
"Kamu sudah tidak merasa sakit?"
Langkah Elena terhenti. Reza sialan! Pertanyaan macam apa itu. Memangnya karena apa dia memakai dress hari ini kalau bukan-- okay, lupakan itu.
"I'm fine,"
Helaan nafas terdengar dari Reza. Pria yang sedari tadi hanya duduk di tepi ranjang, beranjak mendekati Elena yang sudah siap keluar dari kamar mereka. "Ini terakhir kalinya kamu kerja di akhir pekan, tidak ada lain kali Lena. Weekend adalah waktu kita," pria itu sedikit menunduk, mengecup singkat pelipis Elena. "Jangan melewati waktu makan siang, kita makan siang bersama. Perlu aku jemput?"
"Hah?" Elena terlihat linglung. Wanita itu kemudian mendongak, membalas tatapan suaminya. "Em... Nggak usah. Lagipula aku bawa mobil sendiri. Nan-nanti kita makan siang bersama, kalau gitu aku pergi dulu." terkesan buru-buru, Elena menyunggingkan senyum kaku. Setelah dirasanya cukup, ia pun berbalik. Berniat untuk pergi namun ada yang menahan tangannya.
Bahunya terasa ditekan kemudian dengan lembut dibuat berbalik, kembali berhadapan dengan Reza. "Jangan lama-lama," suaranya terdengar seperti bisikan, bersamaan dengan wajahnya yang semakin mendekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not A Wrong Bride (#4 Wiratama's)
Romance[End] Gagal menikah, kehilangan kedua orangtuanya. Sebenarnya kesalahan apa yang telah ia perbuat sampai mendapat ujian bertubi-tubi? Tiba-tiba saja Reza datang, menawarkan sebuah pernikahan seolah hal itu hanyalah mainan. Saat ia berusaha menolak...