Up cepet nih, kasih hadiah dong wkwk. Spam komen ya, jangan lupa vote. Gaboleh pelit-pelit pokoknya. Ini aja yang harusnya jadwal Kamis besok malah up sekarang wkwk.
Happy Reading!
.
.
.Reza memiliki empat saudara dan satu ipar, semuanya sama-sama memberi hadiah fantastis untuk kado pernikahan. Elena memang sudah terbiasa dengan barang-barang mewah, hidupnya tidak kekurangan, dia bisa keluar negeri hanya untuk sekedar membeli ice cream. Menjadi arsitek adalah pilihannya sendiri, mencoba mandiri tanpa terus dibantu oleh ayahnya. Berhubung dia anak tunggal dan belum pernah memberi kado berlebihan bagi sepupunya -karena merasa tidak dekat- menurutnya keluarga Wiratama sangat berlebihan. Oh jangan lupakan hadiah dari orangtua Reza berupa tanah seluas 3 hektar, untuk dibangun rumah katanya.
Galih memberi hadiah sebuah mobil mewah -sedan Porsche- yang sebenarnya ingin sekali Elena naiki tapi malas mengingat siapa pemberinya. Revika memberi resort yang Elena yakin harganya tidaklah murah. Gibran juga memberi resort di Lombok sedangkan Regan memberi Villa di Bogor. Gava, entah berapa penghasilan general manager itu hingga memberi hadiah tiket honeymoon ke Jepang. Tempat tinggal dan semua keperluan selama seminggu sudah Gava siapkan disana.
Sayangnya Elena tidak bisa menggagalkan agenda honeymoon hari ini. Ya, hari ini ia dan Reza berangkat ke Jepang menggunakan jet pribadi pria itu. Seberapa kaya Reza sebenarnya? Elena jadi berpikir untuk mendapatkan minimal setengah harta Reza sebelum bercerai nanti. Lumayan untuk tunjangan hidup bertahun-tahun.
Ketimbang bersantai seperti ini, Elena lebih memilih berkutat dengan pikirannya sendiri -walau terlihat diam. Memikirkan bagaimana cara membalaskan dendam pada keluarga Wiratama. Kedua orangtuanya meninggal karena mereka. Jika saja Revika tidak mengganggu hubungannya dengan Galih, maka hari ini dia akan berbahagia bersama Galih di dampingi kedua orangtuanya.
Cih! Revika diperlakukan selayaknya Ratu tanpa melihat perbuatan buruknya. Seolah anak itu tidak berdosa sama sekali!
Selama perjalanan Elena habiskan untuk berkutat dengan tabletnya. Niat hati ingin memikirkan cara membalas dendam tapi ada hal lain yang harus diurusnya. Perusahaan kecil yang baru saja dirintisnya harus di pegang oleh orang lain. Ia harus mencari penggantinya yang kompeten jika tidak ingin perusahaannya hancur. Karena pernikahan ini dia sampai melepas beberapa kontrak kerja sama, kenapa? Karena dia lebih fokus memikirkan cara agar perusahaan ayahnya selamat. Sejak kematian ayahnya memang kondisi perusahaan menurun dan lagi-lagi Reza menjadi sosok malaikat penolong.
Bahasa Jepang, Elena tidak pernah mempelajarinya selama ini. Oleh karena itu dia hanya tersenyum ketika mendapati sambutan di bandara. Berjalan bersama Reza, oh jangan lupakan tangan pria itu yang merangkul bahu Elena. Seolah mereka adalah pasangan bahagia di dunia ini. Iblis ini memang sangat pandai berakting.
Suram. Begitulah gambaran keadaan saat ini. Elena menghela nafas, menyandarkan punggungnya pada kepala sofa mobil. Melihat jalanan Kota Kyoto. Mungkin mengabadikan beberapa momen disini akan dia lakukan. Tentu jika dia mood, toh kapan-kapan dia bisa kembali kesini.
"Turun,"
Elena menatap Reza lama. Pria ini berhasil membuatnya kesal dalam waktu lama. Ketika akan turun, dia melihat beberapa orang mengambil barang-barang mereka untuk dibawa ke kamar hotel. Pandangannya kembali kearah Reza yang terlihat menunggunya.
Mengulas senyum, ia menatap Reza dalam. "Baby, I'm feeling tired, can you carry me?" sengaja Elena mengeraskan suaranya. Semoga saja orang-orang disini mengerti bahasa Inggris. Tak lupa ia mengulurkan kedua tangannya lalu memasang wajah memelas. "Please..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Not A Wrong Bride (#4 Wiratama's)
Romance[End] Gagal menikah, kehilangan kedua orangtuanya. Sebenarnya kesalahan apa yang telah ia perbuat sampai mendapat ujian bertubi-tubi? Tiba-tiba saja Reza datang, menawarkan sebuah pernikahan seolah hal itu hanyalah mainan. Saat ia berusaha menolak...