Not A Wrong Bride || 14. Pesta

21.8K 1.4K 65
                                    

Gila ya kalian, cepet banget gila. Aku up sekarang biar gak nunggu lama.

Jangan lupa vote sama komen ya!

Happy Reading!
.
.

Gaun silver membungkus tubuh Elena dengan indah. Terlihat menawan juga serasi dengan Reza yang memakai jas dengan warna senada. Rambutnya digelung tinggi, menyisakan beberapa anak rambut yang membuat kesan manis diwajahnya. Oh, jangan lupakan aksesoris di rambutnya yang membuat ia semakin menawan.

Tampilan Elena sudah sempurna, Reza akui itu. Istrinya terlihat cantik, sangat cantik malah. Hanya saja, potongan gaun Elena malam ini membuatnya kesal. Lihat saja punggung Elena yang terlihat sengaja di pamerkan itu. Alih-alih menggerai rambutnya agar menutupi punggung mulusnya, Elena malah menata rambutnya keatas. Belum lagi bagian bawah, dimana salah satu kaki jenjang Elena akan terekspos hingga paha ketika berjalan. Sungguh Reza benci gaun ini.

Sejak memasuki ballroom tempat pesta di selenggarakan, tangan Reza tak pernah lepas dari pinggang Elena. Mata elangnya menajam, menghunus siapapun yang berani menatap istrinya dengan pandangan berlebihan.

Aku bersumpah akan membakar gaun ini. Tekadnya dalam hati.

Acara berjalan lancar. Meski Elena tahu ada Revika dan Galih disini, sebisa mungkin ia menghindar. Walau pesta ini termasuk untuk peresmian gedung Falcon yang baru, acaranya tetaplah di hotel. Secara bergantian peresmian gedung Falcon, lalu pengangkatan Gava, diakhiri dengan peresmian Reza menjadi direktur utama Wiratama Group oleh Rian juga Gifri.

Sembari menikmati kudapan, Elena mengobrol dengan ibu mertuanya, Alina. Awalnya mereka basa-basi lalu merambat ke hal-hal bisnis. Ia menikmati perbincangan tersebut sampai Reza duduk di sampingnya lagi.

"Aku ingin cake mu," Reza bersuara rendah. Pria itu sedikit mencondongkan tubuhnya agar Elena bisa mendengar suaranya.

Sembari menanggapi ucapan Alina, Elena mendorong pelan piring kecilnya kearah Reza. Wanita itu terkekeh kecil ketika mendapat pujian dari Alina. "Aku masih kesulitan Mah, membangun gedung lebih mudah ketimbang mengurus semua itu menurutku." balasnya.

"Suapi aku," bisik Reza disela ucapan Alina. Ia berbisik dengan pandangan lurus ke depan.

Sontak saja kepala Elena menoleh. Ia menatap tajam Reza kemudian mencubit pria paha pria itu. Kemudian dia kembali menoleh pada ibu mertuanya, memasang wajah tidak enak.

"Sepertinya Mamah harus mencari Papah, nikmati waktu kalian disini." Alina berpamitan kemudian beranjak dari sana.

"Lena, suapi aku."

Belum sempat Elena menjawab, dua orang pria bergabung ke meja mereka. Pasha, partner bisnis Elena yang merangkap sebagai teman Reza. Menurut informasi keduanya berteman sejak kuliah. Yang kedua Dani, seorang pengacara yang juga teman Reza. Elena hanya pernah bertemu saat acara pernikahan mereka dulu. Itupun sekilas.

"Parah sih lo, nempel mulu sama bini lo daritadi." Dani mencibir, menatap mengejek pada Reza.

"Duda kayak lo mana paham?" bukan Reza, melainkan Pasha yang mengejek.

"Sialan!"

"Lena, lo-"

"Selamat malam Tuan Tuan sekalian," sapaan seorang wanita memotong ucapan Pasha. "Kita gabung ya?" tanpa menunggu jawaban, wanita itu bersama beberapa temannya ikut bergabung. Sepertinya mereka adalah kenalan Reza.

"Elena? You look so... Cantik aja nggak cukup sih ini. Beautiful, elegant, and... Sexy." Mike mengerling, terlihat begitu berani menggoda Elena di depan Reza.

Elena memberikan senyum menawannya. "Kamu terlalu berlebihan," ujarnya merendah. Ia mengambil gelas berisi wine yang baru di sesapnya sedikit.

"Hey Lena, ku dengar kamu yang memegang TM Company. Kenapa tidak dirumah saja menikmati hasil suamimu? Kamu bisa lebih menikmati hidupmu." Rossa, istri dari Dean memberi pendapat. Elena tersenyum mendengarnya, apa wanita ini mau mengajarkan cara menghamburkan uang suami?

"Aku sudah biasa bekerja,"

"Reza, sepertinya aku ingin mengajak istrimu makan siang someday," Mike berucap santai.

"Tentu aku tidak mengijinkan," Reza menjawab dengan tenang dan lugas. Tangannya terulur untuk menyentuh tangan istrinya. "Kamu benar Mike, istriku terlihat begitu menawan malam ini." pria itu menoleh, menatap istrinya kemudian menyeringai tipis. "Jadi sayang, bagaimana kalau kita pergi lebih awal?" tanpa persetujuan, ia beranjak kemudian berpamitan pada yang lain. Menarik lembut istrinya untuk pergi darisana.

Elena bingung, akan tetapi dia menurut saja. Mungkin mereka akan pulang ke penthouse, pikirnya. Siapa sangka jika Reza akan menariknya ke resepsionis lalu meminta sebuah kamar.

"Kenapa kita menginap disini?" Elena bertanya ketika mereka sedang berada di lift menuju kamar mereka.

"Menurutmu?" mata Reza terlihat tajam, ia menatap Elena penuh arti. "Kita sudah menikah, ini hal wajar bukan?"

Belum sempat Elena mencerna ucapan Reza, pintu lift sudah terbuka. Tangannya kembali di tarik. Keduanya masuk kedalam kamar, kamar luas yang dilengkapi ruang tamu juga dapur kecil. Ada kolam renang yang tak begitu luas disini, menghadap ke jendela besar. Menyuguhkan pemandangan langit malam tanpa bintang. Reza membuang uang cukup banyak hanya untuk menginap satu malam disini. Bahkan rumah mereka pun tak jauh dari sini!

"Reza ini--"

Bibir Elena dibungkam. Ciuman Reza terasa begitu ganas. Kedua tangan pria itu menahan rahangnya, membuat wajahnya mendongak. Matanya masih terbelalak untuk beberapa saat, menatap tajamnya mata elang milik Reza.

"Aku menahannya Elena," suara Reza terdengar serak, lebih berat dari sebelumnya. "Gaun sialanmu ini, mengundang banyak mata menatapmu. Kamu suka?"

Lagi, belum sempat Elena menjawab dia kembali di bungkam. Padahal jelas-jelas Reza yang bertanya tadi. Merasa kesal, dia membalas ciuman pria berstatus suaminya ini. Mencoba mengimbangi permainan Reza. Damn! He is a good kisser.

"Aku tidak suka Lena! Aku tidak suka saat banyak mata menatapmu, aku tidak suka mereka melihat hal yang seharusnya hanya aku yang lihat." Reza berbisik rendah.

Sial! Pesona Reza, cara pria itu menciumnya, cara pria mengatakan isi hatinya membuatnya pening. Pria itu berkata tidak suka, apa Reza merasa cemburu?

"Are you jealous?"

"Yeah, i'm jealous."

Kalau sudah begitu, bagaimana Elena bisa melawan ketika Reza kembali menciumnya? Menariknya mendekat, memprovokasi dirinya agar membalas. Bahkan dia tidak bisa protes ketika pria itu dengan kasar merobek gaunnya. Hell, dia harus membayar mahal untuk ini.

"You're mine, Lena."

Tidak ada yang bisa Elena pikirkan lagi ketika pria ini, suaminya sendiri memberinya kenikmatan tiada tara yang baru ia rasakan. Hal yang sudah ia jaga selama ini sudah diambil. Sekarang dia benar-benar menjadi istri dari Reza Davillio Wiratama. Pria iblis yang tak pernah ia sangka akan membuat jantungnya berdegup begitu kencang hanya karena namanya disebut. Bisa beritahu apa yang terjadi padanya?

🍁🍁🍁🍁

TO BE CONTINUE

JANGAN HARAP ADA ADEGAN PLUS PLUSNYA! GUE MASIH KECIL, SEKIAN.

Part ini pendek, gak boleh marah loh ya wkwk. Bonus up-nya malem minggu aja lah nanti. Kalau nggak lupa tapi wkwk.

See you...

Not A Wrong Bride (#4 Wiratama's)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang