Not A Wrong Bride || 17. Bawaan Bayi

21K 1.3K 57
                                    

"Mereka... Lagi bahas kerjaan?" Elena terlihat tidak percaya akan pemandangan di ruang tamu rumah Regan dan Clara ini. Padahal ketika mereka tinggal untuk menidurkan baby Krystal, mereka hanya terlibat perbincangan ringan seputar mobil keluaran terbaru. Sejak kapan berkas-berkas itu ada di meja berserta dengan laptop.

"Regan agak maniak kerja semenjak perusahaan resmi digabungin." Clara terlihat biasa saja melihat suami dan iparnya tengah bekerja padahal baru beberapa menit lalu mereka selesai makan.

"Aku juga sibuk, tapi nggak seberlebihan mereka." Elena melirik sinis pada dua orang yang terpisah beberapa meter darinya. Dia berada di ruang santai sedangkan mereka di ruang tamu.

"Posisi kalian berbeda." jawaban Clara terdengar begitu jujur. Memang, dibanding Regan, jelas Elena tidak ada apa-apanya.

"Mereka benar-benar gila kerja." Elena tidak bisa menutupi kesinisannya. Ia pikir Regan tidak akan seperti Kakaknya, ternyata sama saja. Mungkin semua Wiratama gila kerja makanya harta mereka melimpah.

"Awal-awal Regan bawa kerjaan ke rumah aku juga kesel. Dia udah kerja dari senin sampai jum'at, kalau pulang sering malem. Masih aja weekend urus kerjaan." Clara terlihat menggebu ketika bercerita, setelahnya ibu dari Krystal itu malah terkekeh sendiri. Entah kejadian apa yang diingatnya hingga seperti itu. "Lama-lama juga biasa kok, nanti Kakak juga gitu." tambah Clara.

Dalam hati Elena mencibir. Biasa? Sudah sangat biasa malah. Saat honeymoon saja Reza masih mengurus pekerjaan. Ralat, honeymoon mereka malah terasa seperti business trip karena delapan puluh persen Reza gunakan untuk bekerja dan bertemu klien. Mengingat itu dia jadi ingin minta ganti rugi, sepertinya honeymoon lagi tidak buruk juga.

Tapi waktu Reza yang buruk. Rutuknya dalam hati ketika melirik Reza sebentar sebelum kembali terlibat obrolan dengan Clara. Perempuan yang dulunya ia pikir buruk, ternyata tidak. Pilihan Regan memang tidak salah.

🍁🍁🍁

Sore hari mereka berniat untuk pulang. Agak berat sebenarnya karena baby Krystal masih terlihat nyaman di gendongan Elena. Mengemut jempolnya, sepasang mata bulat nan jernih itu terus menatap Elena, lalu tertawa ketika Elena mengajaknya bicara. Sangat menggemaskan, diusianya yang baru beberapa bulan ini tubuhnya terlihat begitu berisi. Pipinya sangat enak untuk dicium, belum lagi aroma khas bayi yang membuat betah. Tadi, sesampainya disini dia menghapus make-upnya agar bebas mencium Krystal. Katanya kulit bayi sensitif.

"Makanya Kak, cepet-cepet punya. Jadi bisa seharian mainnya." Regan --yang sejak tadi duduk disebelah istrinya sambil memeluk Clara dengan satu tangan-- berkomentar yang terdengar seperti nyinyiran ditelinga Elena.

"Coba aja Ital nggak minum ASI, udah aku bawa pulang." Elena berucap seraya menatap gemas anak dari Regan dan Clara ini. Berat rasanya untuk berpisah dengan bayi gempal ini.

"Aku juga sebenernya ikhlas kok kalau dipinjam sehari-- aw! Sakit Yang." Regan menoleh, mendapati tatapan maut istrinya. Padahal dia kan berkata benar, toh hanya dipinjam sehari anaknya itu. Lumayan kan dia bisa seharian dengan Clara, sejak anaknya lahir, dia mulai tersisihkan.

"Krystal-nya kembalikan, nanti sampai malam kamu tidak mau pulang." akhirnya Reza bersuara, mengusap pelan kepala istrinya. Kepalanya condong kesamping, mendekat pada kepala Elena. "Nanti kita bikin yang kayak gini dirumah." bisiknya pelan.

"Kadang gue ngerasa denger orang kantor ngomong kalau denger Bang Reza ngomong." Regan menyeletuk sambil menggeleng-gelengkan kepala. "Untung nggak make 'saya' segala."

Not A Wrong Bride (#4 Wiratama's)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang