Bonus up!
Happy satnite guys! Apa sadnite nih?:v
Gak nyampe target tapi gapapa deh, aku hargai perjuangan kalian awokawok.
Bacotnya dibawah aja, happy reading!
Jangan lupa ramein😉
.
.
.Elena kembali seperti sebelumnya. Sengaja dia membawa istrinya pulang kerumah --bukan rumah orangtuanya-- tetap saja Elena menganggapnya kasat mata. Aksi diam Elena dimulai lagi setelah permintaan liburan saat itu. Ya, hanya berbicara sebentar --itupun meminta liburan-- setelahnya kembali membisu dan tak menganggap Reza ada.
Pekerjaan Reza banyak yang dibawa kerumah, tak jarang bawahannya pun datang kerumah jika ada hal penting. Bahkan pertemuan dengan klien penting pun berlangsung di rumahnya. Beruntung kliennya mau mengerti jika dia tidak mau meninggalkan sang istri dirumah sendirian.
Malam ini, Reza berhasil membujuk Elena agar mau ikut pergi dengannya. Meski mulut istrinya saja terkunci, setidaknya Elena masih mau keluar bersamanya. Makan malam dengan nuansa romantis di salah satu hotelnya Regan.
"Kamu ingin sesuatu?" tanyanya usai makanan mereka habis. Menyisakan desert yang tidak Elena habiskan. Entah karena tidak suka atau kenyang. Ketika ditanya tadi, Elena hanya diam saja.
Suara kursi berderit membuatnya sigap ikut berdiri. Istrinya sudah beranjak kursi, tandanya mereka harus pulang sekarang. Padahal bisa saja Elena ingin ke toilet, jika memang itu yang terjadi, dia akan mengikuti saja.
Reza mulai kehabisan cara untuk membujuk istrinya. Berusaha memasak untuk Elena pun tak wanita itu sentuh. Memperlakukan istrinya bak ratu pun tak kunjung membuat Elena membuka suara. Apa yang harus ia lakukan?
"Nyonya, tadi ada tamu, beliau menitipkan ini buat Nyonya."
Setibanya mereka dirumah, salah satu pelayan menghentikan jalan mereka. Memberikan sebuah map yang entah mengapa Reza memiliki firasat buruk tentang isinya.
"Terimakasih,"
Lihat, pada orang lain entah itu pelayan atau apa, Elena akan membuka suara. Sedangkan padanya? Satu kata pun enggan.
Dilihatnya sang istri yang mengeluarkan surat tersebut kemudian membacanya. Dahinya berkerut, apa isi surat tersebut? Tak lama kemudian, Elena meliriknya yang membuat dia langsung tersenyum. Ya, sesenang itu dia saat ditatap sang istri.
"Tanda tangani ini," isi map barusan diserahkan padanya.
Tanpa menyentuhnya, dia sudah bisa membaca isi dari surat tersebut. Surat perceraian. Kepalanya terangkat menatap istrinya dengan sorot tidak percaya. Walau dia memang sudah was-was jika hal ini terjadi, tetap saja dia tidak siap jika hari itu datang. Terlebih ketika Elena mau keluar dengannya. Barusan, mereka baru saja makan malam diluar, lalu sekarang?
Diambilnya surat tersebut, tanpa pikir panjang dia menyobeknya menjadi beberapa bagian. Di hadapan sang istri yang masih saja tenang, ia membuang kertas tersebut sembarangan. Membiarkan kertas-kertas tersebut berserakan di lantai.
"Kita nggak akan cerai Lena," Reza menarik nafas dalam kemudian menghembuskan nafas pelan. Emosinya tidak boleh terpancing. "Kita perlu bicarakan ini, okay?"
"Membicarakan apa?"
Akhirnya, Elena kembali membuka suara. Hanya saja kenapa harus disaat seperti ini? Dia suka mendengar suara istrinya tapi tidak suka jika harus berdebat dengan istrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not A Wrong Bride (#4 Wiratama's)
Romance[End] Gagal menikah, kehilangan kedua orangtuanya. Sebenarnya kesalahan apa yang telah ia perbuat sampai mendapat ujian bertubi-tubi? Tiba-tiba saja Reza datang, menawarkan sebuah pernikahan seolah hal itu hanyalah mainan. Saat ia berusaha menolak...