Bab 13 Akibat Kebohongan

68 0 0
                                    


Sejak kejadian waktu itu, Amara selalu mengajak Icha untuk pergi ke kajian bersama dan Ica dengan senang hati menerima ajakan Amara. Apalagi sejak pemikirannya tentang Lubna berubah, dulu dia pikir Lubna adalah cewe yang sok alim. Tapi ternyata sejak mengenalnya dan berbicara dengannya secara langsung Lubna memang gadis yang sangat lembut dan baik. Rasanya dia sangat malu telah berburuk sangka pada gadis tak bersalah itu hanya karena kecemburuannya.

Kini Ica, Amara dan Lubna sedang berjalan menuju tempat kajian yang ada di Masjid Ar-Rahman di dekat kampus Lubna. Tiba-tiba ponsel Amara berbunyi ternyata itu panggilan dari Rosa-Mama Amara

"Assalamualaikum" kata Amara membuka percakapan

"Waalaikumsalam, Ra kamu bisa pulang sekarang ?" Kata Rosa dengan sedikit serak khas orang menangis.

"Ada apa ma ? kenapa tiba-tiba ? Tapi Amara belum Izin sama Om dan tan.." Perkataan Amara terpotong karena Rosa langsung menyahutnya

"Mama sudah bilang ke Om dan Tante kamu, Mama juga sudah pesankan kamu tiket kereta. Sekarang cepat kamu pulang !" Perintah Rosa kali ini dengan nada agak meninggi.

"Tapi ma kan Minggu lalu Amara sudah Pu.."

"Tidak ada tapi Amara" Amara terkejut dengan sikap mamanya yang terkesan datar dan tampak menyembunyikan sesuatu tapi tanpa berpikir panjang Amara langsung meng-Iya-kan perintah Rosa.

Telpon diputus dengan sepihak oleh Rosa, bahkan tanpa mengucapkan salam. Hal ini menambah daftar keanehan yang terjadi. Amara langsung meminta izin Lubna dan Ica untuk pamit pulang

"Ica, Lubna aku mau izin pulang dulu ya ?" Ica dan Lubna menatap bergantian.

"Kenapa Ra kamu sakit ?" Ica menempelkan tangannya di dahi Amara.

"Nggak Ca, tadi mama telfon aku disuruh pulang ke Jakarta, katanya ada kepentingan mendadak"

"Loh tak kira pulang ke kos, aku antar aja gimana ? kamu udah beli tiket emang ?" Lubna memburu Amara dengan berbagai tanya

"Nggak usah aku udah pesan gr@b kok, ini tadi mama udah beliin aku tiket jadi tinggal pulang aja" Kata Amara.

Amara berpamitan dengan Lubna dan Ica, sebenarnya dia juga ingin diantar oleh Lubna tapi kasian Ica nanti pasti dia sendirian. Jadi Amara memutuskan untuk menggunakan gr@b saja.

****

Sepanjang jalan Amara merasa heran dengan sikap Rosa. Biasanya Rosa lembut, penyabar dan penyayang tapi suara serak dan perkataan yang cenderung memerintah membuatnya berpikir 'Apa yang terjadi ?'

Pikirannya berkelana memikirkan hal yang membuat sikap Rosa berubah, bahkan saat memutuskan telepon pun Rosa tanpa mengucapkan kata apapun. Padahal Amara sangat ingin menanyakan apa yang terjadi. Tiba-tiba dia teringat Adi-Padanya yang tadi tidak ikut berbicara. 'Kemana Papa ?, apa Papa masih kerja ? tapi ini sudah jam 4 ? apa terjadi sesuatu sama Papa ? Astagfirullah jangan berburuk sama Ra nggak boleh gitu' lagi-lagi Amara berargumen dengan dirinya sendiri dan menangkis semua pemikiran buruknya.

Amara tenggelam dalam pikirannya dan tertidur di bangku penumpang. Perjalanan Dari Semarang hingga ke Jakarta membutuhkan waktu kurang lebih 6 jam. Amara berangkan pukul 17.00 sehingga dia harus menunaikan sholat Magrib dan Isya' di dalam kereta.

***

Amara telah sampai di Stasiun, disana sudah ada Mamanya yang siap penjemputnya. Dia sangat heran, semalam ini kenapa mamanya sendiri yang menjemputnya kenapa bukan papanya. Amara mendekati Rosa dan hendak ingin menyalaminya tapi Rosa menghindar dan berbalik menuju tempat parkir. 'Kenapa ?' pikirnya. Di dalam mobil Rosa tak mengeluarkan suara apapun, begitupun Amara. Amara ingin sekali membuka percakapan tapi suasana dingin dan sikap mamanya yang terkesan tak bersahabat membuatnya mengunci rapat-rapat mulutnya.

Hijrahku Menamukanmu (Takdir Terbaik)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang