Bab 2 Matchalatte

97 3 0
                                    


"Ma, jangan tebel-tebel ntar kaya emak-emak kompleks sebelah" menahan tangan Rosa yang terus saja memoleskan bedak di wajahnya.

"Ini wajar Ra, emang kamu aja yang nggak pernah dandan makanya ngerasa kaku di wajah" omel Rosa karena anaknya terus saja bergerak-gerak tak mau diam.

"Udah, cantik sekarang anak mama" Rosa tersenyum melihat pantulan anaknya di kaca. Dia senang akhirnya anaknya mau juga didandani.

Amara merasa kagum dengan hasil karya mamanya. Dia sempat berpikir tidak akan datang ke upacara pelesapan alumni karena kejadian pernyataan cintanya pada Brian. Pikirannya berubah setelah kemarin Brian berkunjung kerumahnya. Amara tidak berfikir dia akan diterima menjadi kekasih Brian, mendapatkan maafnya saja sudah membuatnya senang. Semalaman dia berpikir dan merenung, dia berjanji akan melupakan perasaannya kepada Brian setelah Brian memaafkannya.

Amara diantar oleh papanya ke sekolah, Amara menggunakan gamis brukat warna Navy dipadu kerudung abu-abu tua yang membuatnya elegan dan anggun.

"Amara.. ya Allah cantiknya. Tiga tahun baru kali ini gue liat lo cantik banget" Ucap Sarah-teman kelas Amara

"Oh jadi maksud lo gue jelek selama ini gitu hm?"

"Haha iya gitu deh, abisnya lo nggak pernah dandan. Jangankan dandan pake bedak baby aja lo nggak pernah" Sarah mengejek Amara dan sedikit tertawa

"Udah ah, yuk duduk. Tuh acaranya udah mulai" Amara menarik tangan Sarah untuk duduk di tempat yang telah disediakan oleh panitia"

Acara berlangsung mulai dari pembukaan, sambutan, acara inti dan Penutupan. Sepanjang acara Amara tak henti-hentinya celingukan mencari keberadaan Brian di tempat duduk khusus laki-laki. Perasaannya tidak enak, karena sejak tadi dia tidak melihat Brian. Dia menggerutu sendiri menyalahkan panitia yang memisahkan tempat duduk untuk laki-laki dan perempuan.

"Tenang aja kali Ra Brian nggak akan ke mana-mana kok, tuh dia ada di sana" goda Sarah yang sejak tadi melihat kegelisahan Amara

"Apaan si Sar" Amara menyenggol pinggang Sarah dan terlihat malu-malu.

Acara selesai dengan sesi foto bersama. Brian menghampiri Amara yang sedang asik berbicara dengan Sarah. Sarah yang merasa akan menjadi obat nyamuk inipun akhirnya berpamitan dengan Amara dan Brian.

"Yuk ke kafe ?" ajak Brian mempersilahkan Amara jalan duluan. Kafe yang dimaksud tidak jauh dari tempat pelepasan, jadi mereka memutuskan untuk berjalan kaki. Mereka berjalan tanpa bicara apatah katapun. Ungkapan perasaan Amara menjadikan suasana hari ini menjadi canggung. Amara mempercepat langkahnya agar segera sampai di kafe. Amara langsung memilih tempat duduk yang berada di agak pojok dengan niat supaya pembicaraannya tidak didengar oleh banyak orang. Apalagi pengunjung disana kebanyakan teman-teman mereka.

"Oke jadi lo mau ngomong apa Yan ?" Amara tanpa basa-basi langsung mengajukan pertanyaan pada Brian

"Kita makan dulu ya gue laper sama haus" Brian memegang perutnya

"Dasar lo ya tadi kan udah makan siang"

"Tadi Cuma nasi kotak Ra, mana kenyang" Brian melambaikan tangan untuk memanggil waiters dan memesan makanan. "Mau makan apa Ra ?" lanjut Brian

"Gue nggak makan minum aja Machalatte gulanya diganti susu"

Waiters mencatat pesanan Amara, tapi Brian yang tadi bilang akan makan malah tidak memesan makanan dia malah ikut memesan minuman seperti Amara.

"Ngapain lo persen machalatte ?" Amara heran pada Brian. Brian itu tidak pernah sekalipun minum machalatte bahkan dia pernah bilang kalau dia nggak akan suka minum machalatte dan tidak akan meminumnya.

"Ya diminum lah Ra masak mau dibuang"

"Kanapa lo harus maksain diri sih Yan ?"

"Machalatte itu kayak lo Ra" Brian menatap Amara

"Maksudnya ?" Amara mengernyitkan dahinya tidak mengerti maksud dari Brian. Belum sempat Brian berbicara waiters datang membawa pesanan mereka.

"Lo liat kan, ini langkah awal gue. Gue berusaha suka sama hal yang lo suka. Salah satunya ya ini Machalatte" Brian memegang cangkir berisi Machalatte

"Bentar, lo ngomong yang jelas deh Yan, gue nggak paham maksud lo" Lubna mulai bingung dengan penjelasan Brian. Brian memegang kedua tangan Amara dan menatapnya berusaha menjelaskan apa yang dimaksud

"Ra gue nggak mau nyakitin perasaan lo, gue mau berusaha suka sama lo. Jadi nggak akan ada jarak antara kita Ra. Gue nggak suka suasana canggung antara kita. Jadi mulai saat ini gue janji gue bakal berusaha keras buat balas perasaan lo" Amara menarik tangannya dari genggaman Brian. Dia merasa kecewa dengan pernyataan Brian. Amara tidak mau egois dengan perasaannya dan mengorbankan kebahagiaan Brian.

"Sorry Yan, kalau lo nggak bisa balas perasaan gue, gue terima. Tapi kalau lo mau maksain bales perasaan gue, gue nggak mau Yan" Amara memegang pundak Brian

"Tapi Ra.."

"Denger yan gue juga mau lo bahagia. Gue nggak apa-apa misalkan lo suka sama orang lain. Gue janji nggak bakal buat suasana diantara kita berjarak gue janji" Amara menyodorkan jari kelingkingnya kepada Brian. Tapi Brian enggan untuk mengaitkan kelingkingnya. Brian malah menggenggam tangan Amara.

"Ra gue serius, gue nggak mau kehilangan Lo" Amara sontak langsung menarik tangannya dan mengalihkan pembicaraannya.

"By the way lo mau lanjut kuliah dimana hm ?" Amara mengganti topik pembicaraannya.

"Gue nggak tau Ra"

"Gimana si payah lo masak nggak tau mau kuliah dimana" Amara menyesap machalatte yang ada didepannya. "Nih minum biar ada otak dikit buat mikir" lanjutnya menyodorkan machalatte pada Brian

Brian menyecap Machalatte di depannya. Brian menunjukkan ekspresi aneh yang menunjukkan tidak suka. 'Gini aja lo udah tersiksa banget, apa lagi lo maksa mau bales perasaan gue' pikirnya.

"Baru minum dikit udah langsung encer otak gue" Amara membuyarkan lamunannya dan fokus pada perkataan Brian.

"Gue mau kuliah di Bandung, gue inget waktu itu lo pernah bilang kan kalau lo mau kuliah di Bandung ?" Amara menjawab dengan anggukan.

'Lagi-lagi lo mikirin kesukaan gue, betapa egoisnya gue kalau gue maksain perasaan lo ke gue' pikir Amara. Amara mencoba untuk membuat Brian merasa tak ada jarak diantara mereka. Amara berusaha semaksimal mungkin untuk membuat suasana seperti biasa sebelum dia pergi dari Brian. Ya Amara akan pergi dari Brian.

********* 

Terimakasih sudah membaca, semoga semakin bertambah menarik ceritanya. Jangan lupa memcaba Surah Al-Waqi'ah biar rezeki lancar. Dan lagi, kalau boleh komen hehe. Assalamu'alaikum ketemu lagi besok.

Hijrahku Menamukanmu (Takdir Terbaik)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang