Bab 38 Keputusan

49 0 0
                                    


Amara semakin yakin dengan keputusannya untuk menerima proses ta'aruf dari Albis setelah cerita dari Sarah. Ya beberapa hari yang lalu setelah menghubingi Albi, Sarah langsung menceritakan semua tentang Albi. Dari cerita tentang Albi kecil hingga Albi dewasa. Sekarang Albi sudah ada di rumahnya tengah menyeruput teh yang dia buat bersama Papanya. Awalnya, setelah memberikan teh, Amara berencana langsung ke dapur. Tapi sang papa memintanya untuk duduk di sampingnya.

"Sayang, gimana keputusanmu ?" Amara memandang ayahnya dan mendekatkan bibirnya ke telinga sang papa.

"Pa..kan kemarin Amara udah bilang" Adi tersenyum mendengar rengekan putrinya.

"Ya kamu ngomong dong keputusanmu" Adi membalas dengan berbisik tapi mampu di dengar Albi.

"Papa aja deh yang bilang ya.. Amara malu pa" Adi tersenyum dan mengangkuk

Albi yang memandang interaksi mereka hanya bisa terdiam sembari jantungnya meledak-ledak karena gugup. Dia menautkan kedua jarinya dan meremas-remas jarinya sendiri untuk menahan kegugupannya.

"Nak..Albi saya yang akan mewakili jawaban Amara, Kemarin dia sudah bilang ke saya. Tapi sekarang disuruh bilang langsung malah malu katanya"

"Iya om. saya mengerti" Sekarang Albi memanggil Adi dengan sebutan Om karena saat ini dia sedang ada urusan pribadi. Sedangkan kemarin dia memanggil Adi dengan sebutan pak karena waktu itu mereka sedang menjalin kerja sama.

"Jadi.. Amara memutuskan untuk melanjutkan ta'aruf ini ke proses selanjutnya" Albi langsung mengucapkan hamdallah.

"Kalau begitu kapan kamu akan membawa orangtuamu kemari ?"

"InsyaAllah lusa saya dan keluarga akan datang kemari" Adi tersenyum sedangkan Amara tampak sersipu malu dan menundukkan wajahnya.

Setelah makan, Albi berpamitan untuk pulang ke apartemen miliknya. Awalnya Albi ingin menolak ajakan makan bersama dari Adi. Tapi Adi dan Rosa membujuknya untuk ikut makan siang bersama. Katanya itung-itung latihan punya menantu.

***

Albi pulang ke apartemennya dan langsung memberikan kabar baik kepada kedua orangtuanya.

"Assalamu'alaikum"

"Wa'alikumsalam le, gimana tadi jawabannya ? bisa kita langsung berangkat sekarang ?"

"Alhamdulillah ma, Amara mau melanjutkan prosesnya. Iya ma, biar besok mama sama papa langsung bisa istirahat di sini dan sekalian persiapan"

"Alhamdulillah, akhirnya mama ada penggantinya dek Una"

"Oh iya, ma Una sama Putra ikutan nggak ?"

"Lah adekmu sama iparmu kan ada di sana to le, kamu langsung hubungi aja"

"Mereka udah di Jakarta ? kok Albi nggak tau kapan dia berangkat ma ?"

"Kemarin mereka berangkat, tadi pagi katanya sudah sampai di rumah mertuanya"

Setelah perbincangan tersebut, Albi langsung menghubungi Lubna dan meminta bantuan untuk mempersiapan perkakas untuk lamaran besok. Albi juga meminta Lubna untuk membeli cincin yang sesuai dengan selera Amara.

"Iya...iya mas bawel banget si. Banyak maunya lagi" gerutu Lubna yang kelewat jengkel dengan kakaknya yang super-super ribet ini.

"Harus dong dek, dia itu calon istri masmu jadi acara lamarannya harus berkesan"

"Iya masku, siap"

"Dulu aja susah banget minta restunya mas, sekarang pas lamaran minta dibantuin. Nggak adil nih" ucap Brian yang ada di samping Lubna

Hijrahku Menamukanmu (Takdir Terbaik)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang