Bab 53 Memilih menjemput atau Menunggu Hidayah

45 0 0
                                    


Amara, Albi dan Lubna sudah sampai di depan rutan tempat Hana di tahan. Amara menggandeng Albi dan Lubna dan menyeret mereka masuk ke dalam. Albi dan Lubna sepertinya sangat malas bertemu dengan Hana apalagi setelah perbuatan perempuan itu pada Amara, tapi karena itu keinginan debay jadilah dengan terpaksa mereka mengabulkan keinginan Amara.

Langkah mereka terhenti ketika melihat Icha dan sang suami keluar dari pintu. Wajah Icha tampak lebih gemuk serta ruh wajanya yang bersinar. Oh jangan lupakan senyum yang menghiasi wajahnya.

"Assalamualaikum" sapa Amara. yang dijawab oleh Zaid dan Icha bersamaan.

"Wa'alaikumsalam"

"Kalian ini abis jenguk kak Hana ?" tanya Amara. Tanpa menjawab Icha langsung meraih tubuh Amara dan memeluknya erat sambil mengucapkan terimakasih tanpa henti. Albi dan Lubna terkejut dengan Icha yang langsung berhambur memeluk Amara yang tadinya menggandeng tangan mereka. Amara terkejut tapi dengan perlahan dia membalas pelukan Icha yang sepertinya sudah menangis. Amara yang bingung kemudian mengurai pelukannya dan memberanikan diri bertanya kepada Icha.

"Terimakasih untuk apa ?" Icha kemudian menatap Amara dan beralih ke arah Zaid. Setelah Zaid mengangguk Icha mulai berbicara.

"Kak Hana... Kak Hana udah mau bersyahadat.."katanya lirih.

"Alhamdulillah" kata Amara, Albi dan Lubna.

"Kok bisa ? bukannya dia itu keras banget ya ?" tanya Lubna

"Aku nggak tau pasti tapi aku yakin pasti karena Ara, soalnya sejak tadi Kak Hana selalu memeluk Al-Qur'an. Dan saat aku tanya itu dari Ara"

Senang itulah gambaran hati mereka saat ini, wanita yang dahulu sangat semangat belajar agama tiba-tiba menjauh dan bahkan tak mau mengenal sang pencipta. Tak ada yang tau pasti tentang alasan Hana memilih menjauh, tapi firman Allah dalam Surat Faatir ayat 8 yang artinya 'Sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan memberi hidayah (taufik) kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya' membuktikan bahwa Allah benar-benar memberi hidayah kepada hambanya.

Jika kita mengingat Umar bin Khattab adalah sahabat Rasulullah yang dahulu sangat menentang islam, bahkan ikut menyiksa kaum muslimin pengikut Rasulullah. Amarah Umar pecah ketika mendengar bahwa Adik beliau masuk islam. Dengan emosi yang membuncah Umar pergi ke rumah sang adik dan mendengar sang adik dan suaminya . Umar manampar sang adik hingga tersunggur dan menangis. Umar kemudian melihat bacaar Al-Qur'an yang sedang di baca Adiknya. Hati Umar luluh ketika melihat bacaan surat Taha. Niat Umar ingin membunuh Rasulullah membuatnya berbalik dan memilih bersyahadat.

Hidayah itu buah hanya harus di tunggu tapi juga di jemput. Caranya ? dengan mendekatkan diri kepada orang-orang yang lebih paham tentang agama, menjalih hubungan dengan Allah dengan mematuhi perintah dan menjauhi larangannya, dan tentu bersabar dalam setiap prosesnya. Karea yang paling berat dalam proses memperbaiki diri adalah istiqomah.

Rasa syukur kembali dalam hati Amara, sesegera mungkin dia ingin menemui Hana, tapi dengan cepat tangannya di cekal oleh Icha. Amara menatap Icha seolah bertanya 'kenapa ?'

"Kak Hana bilang kalau dia malu kalau harus bertemu dengan kamu, di malu kalau harus berhadapan sama kamu. Kak Hana bilang sama aku untuk memberikan ini sama kamu sebagai tanda maaf dari dia. Kata kak Hana dia yang membuatnya sendiri sewaktu ada kegiatan pelatihan" Icha memeberikan gelang dari manik-manik yang terlihat sangat indah.

" Kata Kak Hana Ini bisa buat tasbih juga Ra" Amara mengambil gelang tasbih yang dibuat Hana untuknya.

"Bagus aku suka, emt.. Cha aku boleh intip ini nggak buat Kak Hana ?" Amara menyodorkan paperbag cokelat yang bertuliskan Islamic kepada Icha.

Hijrahku Menamukanmu (Takdir Terbaik)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang