Bab 35 Mulai Yakin

44 1 0
                                    


Amara mulai memikirkan apa yang di katakan oleh kedua orangtuanya. Amara yang kini sendirian di taman belakang karena kedua orang tuanya pamit akan pergi keluar. Amara merogoh kantung dan mengambil ponsel. Amara berniat ingin menelpon Icha tapi niat itu di urungkannya karena mungkin Icha akan serbuk dengan segala persiapan pernikahannya yang tinggal menghitug hari. Amara kembali mencari nomor Lubna, tapi lagi-lagi dia mengurungkannya karena tak mau mengganggu pengantin baru.

Amara menghela napas karena saat ini dia benar-benar merasa sangat kesepian memeluk kebingungan dan kegalauan hatinya. Amara menatap langit yang cerah tapi tak tampak kebiruan karena tertutup polusi kota Jakarta.

"Ya Allah hanya Kau yang aku punya, apa aku pantas untuk dia yang sangat baik ?" Amara berbicara dalam pikirannya dan memejamkan matanya.

Amara berlari sangat kencang, napasnya tersengal-sengal. Semakin dia lari, semakin dia jauh masuk ke dalam hutan yang sangat lebat dan gelap. Kakinya mulai terasa lelah, tetapi rasa takut dan kabut hitam kembali muncul di belakangnya. Amara tak berani untuk menoleh kebelakan karena takut dengan kabut hitam yang mengikutinya.

Kakinya semakin lemah, pandangannya kabur dan akhirnya dia jatuh tersimpuh karena tersandung sesuatu. Rasa takutnya semakin menjadi ketika kabut hitam mulai menyentuh kakinya dan...Sreeet. Dia masuk dalam kabut khitan tersebut. Hutan yang sedari tadi tak berujung menjadi tempat yang sangat gelap dan hampa. Dirinya memanggil kedua orang tuanya dan sahabat-sahabatnya. Tapi tak ada yang menjawab, dia hanya ditemani udara hampa disekitarnya.

Sekelebat bayangan dan wajah seorang pria dengan sinar di wajahnya mulai tampak dari dalam kegelapan, memakai baju Koko berwarna navy dan berpeci tengah mendekat kepadanya. Amara yang sedang duduk bersimpuh mulai menajamkan matanya untuk melihat siapa sosok yang ada di depannya. Tapi gagal karena cahaya yang terlalu terang dan menyilaukan matanya. Sosok itu semakin dekat tetapi anehnya dia tak mampu melihat dengan jelas wajah orang tersebut.

"Izinkan aku bersamamu dalam setiap kesulitanmu dan kebahagianmu. Izinkan aku menjadi imammu" suara tersebut sangat lembut dan terdengar tak asing di telinganya. Uluran tangan seseorang kini ada di depannya. Dia agak ragu untuk menerima uluran tangan tersebut. Saat dia akan menyentuhnya tiba-tiba cahaya terang menyilaukan melahap tubuhnya dan membuatnya terbangun dari tidurnya.

"Astagfirullah" katanya dia baru tersadar dari tiburnya ketika mendengar suara adzan Ashar. Amara buru-buru ke kamar dan menunaikan sholat Ashar. Selesai sholat dan tilawah, Amara yang masih mengenakan mukena membuka ponselnya. Dia teringat seseorang yang mungkin akan membantunya untuk menghilangkan kegalauannya. Ustazah Alfi. Dia langsung menelfon beliau.

"Assalamu'alaikum" ucapnya

"Wa'alaikumsalam Ra, gimana kabar kamu ?" tanya suara yang ada di seberang sana.

"Alhamdulillah baik ustazah, tapi ada beberapa hal yang membuat saya galau"

"Wah... ternyata Amara bisa galau juga ya.." kata Ustazah Alfi sembari tersenyum tipis dan nada menggoda dari seberang sana.

"Iya ustazah, saya juga merasa malu sebenarnya ustazah. Tapi saya kira saya masih banyak kekurangan dalam hal ilmu agama. Makanya saya mau bertanya sama ustazah"

"Iya-iya akan saya jawab semampu dan sebisa saya Ra. Tapi ini masalah apa ya"

"Hehe.. ini ustazah sebenarnya ini masalah hati dan jodoh" ucapnya sedikit mengecilkan suaranya.

"Oh jadi masalah hati, kamu dilamar ?"

"Eh.. anu bu..bukan ustazah. Ini anu saya dapat Cv ta'aruf dari seseorang. Tapi setelah melihat CVnya saya jadi minder Ustazah. Saya merasa tidak pantas jika bersanding dengan dia"

Hijrahku Menamukanmu (Takdir Terbaik)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang