Bab 41 Khusus buat Mas Suami

63 0 0
                                    


Setelah sholat subuh dan membaca Al-Qur'an, Amara menapaki dapur untuk mempersiapkan sarapan. Sembari menunggu Albi yang mungkin aja langsung mengikuti pengajian fajar di masjid setelah sholat sibuh. Amara berjalan mendekati kulkas dan melihat ada bahan apa saja yang ada disana. Setelah acara lamaran dan akad dadakan menjadikan seisi kulkas kosong hanya tersisa, telur, sosis, bakso, serta kubis.

Kornea mata Amara tertuju pada nasi kemarin sore yang masih tersisa. Tanpa basa-basi Amara mulai menyalakan kompor dan merebus air untuk membuat minuman panas. Sembari menunggu Amara mulai meracik bumbu, memotong kubis, bakso dan sosis.

"Lhoh anak mama kok udah bangun si ?" tanya Rosa yang baru saja keluar dari kamarnya.

"Iya ma, Amara mau nyiapin minum buat mas Suami" Amara memamerkan deretan giginya.

"Iya deh yang udah akad secara dadakan. Ra mama boleh minta tolong sekalian batin minum buat papa sama mama nggak ?"

"Iya ma, mama mau teh angket kaya biasa ?" Rosa mengangguk

"Iya, tapi jangan pake garmen ya" Rosa terkikik ketika mengingat Amara yang salah memasukan garam pada kopi susu milih ayahnya saat pertama kali menginjakkan kaki di dapur.

"Ih mama, jangan keras-keras mau tau kalau mas suami denger" Rosa tak menghiraukan Amara dan langsung berjalan menuju ruang keluarga.

Amara membuat kopi susu untuk sang papa dan sang suami, teh manis untuk sang ibu, serta susu untuk dirinya.

Moodnya sangat bagus hari ini, dia berdoa semoga masakannya hari ini sebaik moodnya. Amara memang tidak terlalu pandai memasak, tapi dia berusaha belajar memasak saat ada di Semarang. Amara mulai menggoreng bumbu dan memasukkan telur, serta potongan sosis dan bakso selanjutnya nasi dan sayuran.

Terdengar derap langkah mendekati Amara tanpa dia sadari. Sosok tersebut mendekatkan bibirnya di telinga Amara.

"Assalamu'alaikum bi...aww" belum sampai orang tersebut melanjutkan perkataannya sudip untuk menggoreng langsung menghantam kepalanya dan langsung terdengar pekikan kesakitan.

"Astagfirullah mas Albi, kok ngagetin si. Kan jadi kena getok" Amara menyentuh dahi Albi yang memerah karena ulahnya.

"Maaf ya mas, aku nggak tau" Albi tersenyum dan memegang tangan Amara yang masih mengelus luka di dahinya.

"Nggak apa-apa sayang... mas yang salah. Kamu lagi ngapain ?" pertanyaan Albi sontak membuat Amara ingat bahwa kompornya belum di matikan.

"Ya Allah mas.... aku masak" Amara langsung berbalik dan melihat nasinya sudah agak kehitaman bagian bawah.

"Ya...gosong deh" Raut kecewa tersirat dari wajah Amara.

"Sayang... jangan sedih dong, itu yang atas kan masih bisa di makan" Albi mengambil piring dan hendak mengambil nasi goreng yang ada di penggorengan tapi langsung di hentikan oleh Amara.

"Jangan mas, nggak enak. Baunya aja gini. Makan roti tawar aja ya biar aku siapin"

"Nggak apa-apa sayang. Ini masakan perdana istriku loh. Lagian ini juga gara-gara aku gangguin kamu"

"Tapi..." Amara langsung terdiam melihat senyuman Albi, dan membiarkannya mengambil nasi goreng yang sedikit gosong itu. Amara beralih ke pemanggang roti dan mulai membuat roti bakar untuk sarapan. Amara sengaja membuat 4 porsi untuk jaga-jaga kalau Albi tidak bisa makan masakannya yang failed.

Roti bakar sudah terhidang di meja makan. Amara memanggil kedua orang tuanya untuk ikut sarapan.

"Loh kok roti bakar Ra ? bukannya tadi kamu buat nasi goreng ?" Amara yang ditanya hanya mampu meringis.

"Apa iya ma ? wah papa pengen dong minta nasi gorengnya" belum Amara menjawab, Albi sudah datang membawa sepiring nasi yang tadi hampir gosong.

"Maaf ya pa, ini nasi gorengnya khusus buat Albi" Sejak mereka menjalin kerja sama dan kini menjadi menantu dan mertua. Albi dan Adi sangat akrab bahkan sudah seperti anak sendiri. Mereka juga beberapa kali pernah main catur bersama dan membahas permasalahan perusahaan.

"Ck... susah si kalau urusan sama pengantin baru pasti main khusus-khusus an" Mereka terkekeh dan duduk di kursi masing-masing.

"Eh sebentar... itu Albi makan nasi goreng. Tapi kok ini rotinya ada empat porsi ?"

"Ini khusus buat suami Amara ma. Mas Albi harus makan yang banyak biar kuat" katanya polos. Perkataan Amara ini membuat ketiga orang di meja makan tersebut menghentikan kegiatannya dan mendapat tatapan aneh dari ketiganya.

"Emang Amara salah ngomong ?" Sepertinya Amara tidak menyadari perkatannya. Mereka menghiraukan Amara dan melanjutkan makannya. Sedangkan Amara tidak langsung makan, Amara ingin memperhatikan ekspresi Albi ketika makan masakannya.

Sendok pertama nasi goreng setengah gosong itu sudah masuk ke dalam mulut Albi, Amara terus memperhatikan Albi dan memperhatikan ekspresi aneh yang muncul di wajahnya. Amara langsung mengambil air dan menyodorkannya pada Albi. Albi tersenyum ke arah Amara sebelum mengambil minuman yang disodorkan.

"Maaf ya mas, tadi kan udah aku bilang kalau jangan makan ini. Ganti roti aja ya ?" Amara ingin mengambil piring Albi dan menggantinya dengan roti bakar yang dia buat. Albi menahan tangan Amara yang akan mengambil piringnya dan menggeleng.

"Nggak sayang ini beneran enak kok"

"Ya udah kita makan barengan" Amara meminggirkan rotinya dan meraih piring berisi nasi milik Albi.

"Jangan sayang, aku nggak mau berbagi, ini enak banget nanti kalau kurang gimana ?"

"Tapi aku maunya sepiring berdua, kalau mas nggak mau aku nggak usah sarapan lah" dengan berat hati Albi menuruti keinginan Amara untuk makan sepiring berdua. Perdepatan di meja makan yang kelewat romantis ini menjadikan Adi dan Rosa terkekeh geli.

"Susah kalau makan sama pengantin baru, romantisnya kebangetan. Sampe lupa di sini masih ada kita ya kan ma" Kata Adi yang diangguki Rosa.

"Ya udah pa, kita makan rotinya di taman belakang aja biar lebih romantis" kata Rosa menekankan kata romantis sambil melirik anak dan menantunya. Sedangkan Amara yang di sindir wajahnya langsung memerah. Albi memanfaatkan situasi untuk mengambil nasi goreng.

"Mas..jangan di ambil. Mas nggak tau cerita Rasulullah yang makan sepiring dengan Aisyah. Apa mas emang nggak mau sepiring sama aku. Oke" Amara merajuk memutar duduk membelakangi Albi.

"Nggak gitu sayang, nasi goreng ini tuh terlalu enak mas nggak mau berbagi" Tetap tidak ada jawaban dari Amara. Albi mengiakan dan kebalikan badan Amara.

"Ya udah kalau bidadari Mas ini maunya makan berdua. Yuk sini" Albi menyodorkan sesendok nasi goreng ke arah Amara. Dengan ragu Amara memakan makanannya. 'Asin..agak pahit' batinnya. Dia ingin sekali memuntahkan nasi tersebut, tapi melihat Albi mekan dengan lahab mengurungkan niatnya dan menelan nasi goreng tersebut.

"Mas udah ya, makan roti aja"

"Ini enak sayang mas suka"

"Mas jangan bohong deh, orang aneh gitu rasanya" Albi tak menghiraukan perkataan Amara dan tetap menyendokkan nasi untuk dia makan. Amara meraih tangan Albi yang akan memakan nasi goreng dan membelokkan sendok berisi nasi tersebut ke arah mulutnya.

"Kok dimakan si yang... aku aja yang makan" protes Albi

"Kita makan bareng-bareng sampai habis" senyum terbit dari bibir Albi dan mengusap penuh sayang ke pala Amara dengan tangan kirinya. 'Kata orang paskah menikah itu haru mampu menekan ego, harus saling membantu dan tidak egois. Semoga ini menjadi awal yang baik untuk pernikahanku dengan Mas Albi. Bissmillah'

Hijrahku Menamukanmu (Takdir Terbaik)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang