Bab 45 Sebuah Tragedi

50 0 0
                                    


Setelah membenahi kerudungnya, Amara berniat untuk keluar menemui Icha yang duduk di bawah pohon yang ada di samping parkiran. Baru Amara memegang gagang mobil, tangan Amara yang satunya di cekal oleh Albi.

"Sayang, kamu mau kemana ?" Amara menoleh ke arah Albi dan tersenyum.

"Mas, boleh ya aku bertemu Icha sebentar. Aku lihat dia sepertinya banyak masalah dan sangat sedih"

"Tapi Ra, kamu tau kan gara-gara tadi kamu ikut campur masalah dia sama Hana kamu jadi korban" Albi menatap istrinya lekat, menyiratkan bahwa dia tak ingin Amara menjadi korban. Amara yang di tatap hanya tersenyum teduh.

"Mas, Icha itu anak yatim piatu nggak punya siapa-siapa. Aku sebagai sahabatnya ingin membantu dia. Mengurangi bebannya"

"Tapi dia kan sudah punya suami Ra. Kita nggak usah ikut campur ya ?" Albi tampak memohon.

"Mas, please... aku tahu dia sudah menikah. Tapi lihat sekarang, apa suaminya bersama dia ? nggak mas. Aku merasa ada yang tidak beres dengannya. Apalagi setelah menikah dia sama sekali tak pernah menghubungiku. Mas tolong izinin aku ketemu Icha ya ?" Albi menghela nafas kasa.

"Aku temenin ya ?" Amara menggeleng

"Mas... kalau mas ikut aku yakin Icha nggak bakal mau cerita. Jadi aku sendirian saja ya. Lagian ini urusan perempuan masa Mas Albi mau ikut. Ya mas biar aku sendiri ya ?" Amara menangkupkan kedua tangannya memohon kepada Albi. Dengan berat hati Albi mengangguk disamput senyum kegirangan Amara. Amara membuka pintu mobil, kemudian mencekat ke arah Albi dan mencium pipinya secara cepat dan langsung keluar dari mobil. Albi yang mendapat serangan dadakan tampak terkejut dan tubuhnya membeku. Tanpa sadar dia memegang pipinya sambil senyum-senyum.

"Dasar bidadari surgaku" gumamnya memandang kearah Amara dari dalam mobilnya yang terlihat sedang menghampiri Icha.

Setelah mencuri ciuman dan lari dari sang suami, Amara berjalan mendekati Icha yang sedang duduk sambil melihat sepatunya. Amara memegang salah satu pundak Icha yang membuatnya mendongakkan kepala. Icha mungkin terliahat tersenyum, tapi matanya masih menyimpan kesedihan. Dan hal itu tak luput dari penglihatan Amara. Amara duduk di samping Icha, Amara memeluk Icha tanpa berkata apa-apa. Di detik setelah Amara merengkuh tubuh Icha, Ichi menumpahkan kesedihannya dalam dekapan Amara.

Amara tampak mengelus lembut punggung Icha yang tertutup krudung syar'inya. Beberapa puluh menit berlalu dan Icha sudah mulai tenang dan menegakkan duduknya. Amara memandang lekat wajah Icha yang masih terlihat sisa air mata di pipinya.

"Ra aku minta maaf, karena aku kamu harus jadi korban Kak Hana" Sorot mata Icha penuh penyesalah ia layangkan pada Amara.

"Nggak apa-apa. Sebenarnya ada banyak pertanyaan yang ingin ku tanyakan. Tapi sepertinya waktunya tidak tepat"

"Ra boleh aku menceritakan sesuatu padamu ?" Amara mengangguk.

"Ra apa salah seorang istri berniat untuk mempertahankan rumah tangganya ?" Amara mengernyitkan keningnya dan menggeleng

"Tidak salah, bahkan itu adalah sebuah kewajiban. Apalagi menikah itu kan ibadah seumur hidup. Allah bahkan tak suka adanya perceraian meskipun memang diperbolehkan"

"Ra.. itu tadi Kak Hana kakak sepupuku dan termasuk kakak tingkatmu. Dia seangkatan dengan Kak Albi" Amara mengangguk dan berkata "Aku tau namanya Hana tapi aku baru tau kalau dia kakak sepupumu" yang membuat Icha melongo tak percaya.

"Kok bisa ?" Amara menceritakan pertemuanya dengan Hana waktu di kereta kepada Icha.

"Kalau aku boleh tau, kenapa Kamu tanya tentang memperahankan rumah tangga ?" Icha menghembuskan napas kasar.

Hijrahku Menamukanmu (Takdir Terbaik)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang