Bab 56 Menjadi Lebih Baik

42 0 0
                                    


Amara menarik tangan Albi setelah mobil berhenti di tempat tujuan mereka. Albi dengan berat hati mengikuti langkah sang istri yang sepertinya tak sabar bertemu dengan orang yang ada di dalam sana. Setelah Amara mendengar bahwa Hana mengucapkan Syahadat, Amara selalu ingin bertemu dengannya tapi tentu saja Albi selalu melarangnya.

"Sayang nggak usah buru-buru jam besuknya kan masih lama. Lagian nggak sabar banget si ketemu dia"

"Pokonya aku pengen lihat mba Hana mas, dan harus gunggu di luar ya. Aku mau bicara serius sama kak Hana. Dan ini urusan wanita" Albi memutar bola matanya merasa kesal dengan permintaan sang istri.

Setelah diperbolehkan masuk oleh penjaga tahanan Amara masuk tanpa di temani Albi, tapi tentu saja dengan pengawasan dari penjaga. Kali ini Amara bertemu dengan Hana dalam sebuah ruangan khusus tanpa ada penyekat kaca diantara mereka karena memang ini sudah di lapas bukan di ruangan tahanan sementara. Amara langsung berdiri dan merasa terkejut ketika melihat penampilan Hana.

Hana menggunakan baju tahanan panjang dengan jilbab yang dia berikan. Saat sampai di depan Hana, Amara terdian mengamati Hana dari ujung kaki hingga kepala dengan penuh kekaguman. Sedangkan Hana yang di tatap hanya bisa menunduk. Selain merasa malu atas perlakuannya terhadap Amara, dia juga merasa masih belum pantas menggunakan jilbab yang Amara berikan.

"Maaf aku memakai hadiah darimu, aku tau aku tidak pa.."

"Cantik...." ucap Amara memotong perkataan Hana. Hana yang semula menunduk langsung mendongakkan kepalanya menatap Amara.

"Apa aku pantas ?" tanya Hana, Amara tersenyum kemudian mengajak Hana duduk di kursi yang telah disediakan.

"Menggunakan jilbab bukan soal pantas dan tidak pantas. Menggunakan jilbab itu merupakan kewajiban bagi semua Muslimah. Aku yakin kamu pasti tau kan kalau ketentuan menggunakan jilbab sudah diatur dalam surah Al-Ahzab ayat 59 yang artinya 'Wahai Nabi, katakanlah kepada istri-istri, anak-anak perempuan dan istri-istri orang mukmin, Hendaklah mereka mengulurkan jilabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supada mereka mudah dikenali, oleh sebab itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang'. Jadi kalau ada yang bilang kamu nggak pantas memakai jilbab itu salah. Karena menggunakan jilbab dan perilaku itu beda jauh tidak bisa disamakan"

"Tapi aku takut, bagaimana jika Allah tak memaafkan semua dosaku. Aku banyak melakukan kesalahan. Hati, pikiran, perlakuanku semuanya buruk" ucap Hana dengan air mata yang mulai turun membasahi pipinya.

"Bahkan Rasulullah pernah bersabda bahwa ada seseorang yang membunuh 100 orang kemudian di bertaubat dengan hati yang tulus InsyaAllah Allah akan mengampuni dosa kita" Hana menangis tersedu-sedu mendengarkan perkataan Amara. Selama ini dia sudah sangat jauh dari jalannya.

Hana sangat menyesali bagaimana dia bisa sampai tak percaya akan keberadaan Allah, padahal alasan dia hidup, untuk apa dia hidup itu sudah di tentukan oleh Allah. Hana menyesali betapa sombongnya dia yang menganggap semua yang dia lakukan itu atas kemuampuannya sendiri tanpa campur tangan dari Allah.

"Kak, kita kembali ya. Kita sama-sama belajar dan memperbaiki diri. Mendekati kebaikan dan meninggalkan keburukan, saling mengingatkan, saling menyayangi dan saling mendukung" Hana kembali menatap Amara.

"Aku tahu kenapa Albi memilih kamu sebagai istrinya, dan aku ikhlas kamu menjadi istri Albi. Kamu orang baik Ra. Bukan seperti aku.."

"Kak semua orang mempuanyai keburukan masing-masing, aku juga punya sisi buruk tapi Alhamdulillah Allah menutupi aibku dengan sangat rapi. Dan untuk menjadi lebih baik itu pasti ada prosesnya, ada tahapannya, dan ada niatnya juga"

"Makasih ya Ra, semua ini berkat kamu" Hana memeluk Amara tetapi tidak terlalu kencang karena terhalang perut Amara yang mulai membesar.

"Ini keponakan tante udah gerak-gerak ya" ucap Hana yang melepaskan pelukannya ketika merasakan pergerakan di perut Amara.

"Hai tante Hana, baik-baik ya tante. Aku akan sering berkunjung kesini tante" kata Amara sambil menirukan suara anak kecil.

***

Albi yang sedari tadi diluar mondar-mandir di depan ruang besuk. Albi masih saja merasa gelisah meskipun di dalam sudah ada dua penjaga tahanan. Maklum lah Amara kan sedang hamil besar, apalagi perlakuan Hana sebelumnya masih mengiakan trauma mendalam dalam hatinya. Pintu besuk terbuka dan menampilkan Amara yang sedang tersenyum gembira.

"Ada apa sayang apa dia melukaimu ?" tanpa menjawab Amara memeluk suaminya tanpa memperhatikan orang-orang di sekitarnya yang mungkin ada jomblo fisabilillah diantara mereka.

"Sayang ini di muka umum loh" bisik Albi kemudian Amara melepas pelukannya dan beralih menggandeng tangan sang suami. Amara membawa Albi masuk ke ruang besuk, tentu Albi merasa bingung. Batinnya berkata 'pasti dia sudah melakukan sesuatu terhadap Amara'

Albi melihat pemandangan di depannya dan merasa terkejut melihat Hana yang sudah berjilab dan duduk di depan mereka.

"Mas... kamu mau kan maafin kak Hana ?" Albi memandang Amara dan Hana yang masih menunduk.

"Nggak, dia sudah menyakiti kamu sayang"

"Mas... tapi aku sekarang nggak apa-apa kan ? Kak Hana benar-benar menyesal mas. Apa hukuman ini belum cukup juga untuk membalas perlakuan Kak Hana di masa lalu" Albi terdiam dan melipatkan kedua tangannya di depan d@d@.

"Mas.. Allah saja Maha Pengampun, masak iya kita hambanya malah sombong dan tidak mau memaafkan orang lain. Apa pantas ?"

"Hufftt... Bissmillah Mas akan mencoba maafin dia"

"Alhamdulillah" kata Amara dan Hana bersamaan.  

Hijrahku Menamukanmu (Takdir Terbaik)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang