Bab 29 Minta Bantuan

51 1 0
                                    


Amara yang semula membuang muka langsung menghadap Bima dengan tatapan melotot. 'Duh mati kamu Ra, kamu harus gimana sekarang ?' katanya dalam hati.

"Ada kok" Amara mengedarkan pandangan pada seluruh penjuru. Dia mencoba mencari seseorang yang dia kenal. Nyatanya tak satupun tamu laki-laki yang datang tak satupun yang dia kenal kecuali Albi dan si Bima yang kini ada di depannya. Sesosok pria yang baru saja keluar dari aman mandi membuat Amara langsung berdiri dari tempat duduknya.

"Bentar ya Kak, aku mau panggilin calonku dulu" Amara langsung menghampiri pria yang tadi dia lihat.

"Mas Al" ya dia Albi. Merasa namanya dipanggil Albi langsung menoleh kearah Amara yang mendekatinya sengat sedikit tergesa-gesa. 'Kenapa dia ?' batin Albi.

"Mas tolongin Ara ?" raut wajahnya tampak kebingungan dan kini dia berada di depan Albi.

"Kenapa ? ini aku mau makan loh"

"Bentar aja, mas please" Amara memohon sampai menganggupkan tangannya di depan Albi. Albi sedikit tersenyum dengan kelakuan Amara yang memohon dan memelas di depannya. Kalau saja Amara tidak sedang serius pasti dia akan tertawa melihat Amara yang saat ini di depannya.

"Iya kenapa ? Apa yang bisa saya bantu" Amara menghela napas lega mendengar perkataan Ambi.

"Mas ada yang resep sama Ara, Ara minta tolong supaya Mas Albi nyamperin tuh orang sama sekalian bilang kalau Mas itu calonnya Ara ya" Amara menunjuk seseorang yang tengah duduk memunggungi merak. Dan apa ini kenapa dengan entengnya Amara mengatakan CALON di depan Albi.

"Calon ? Calon apa ?" Albi yang pura-pura bodoh ingin menegaskan dan mendengar sendiri perkataan selanjutnya dari Amara.

"Ya bilang kalau Mas calon suaminya Ara" entah kenapa mendengar kata CALON SUAMINYA ARA membuat dada Albi mendesir seperti pasir yang terbawa angin di tepi pantai. Senyuman langsung tercetak di bibirnya.

Dengan penuh rasa percaya diri Albi berjalan kearah laki-laki yang di tunjuk oleh Amara. Tangan Albi terulur dan memang pundak orang tersebut. Bima yang merasa tangan seseorang menyentuhnya dia langsung kebalikan badannya.

"Bang Albi ?"

"Bima ?" kedua orang itu kini malah saling berpelukan. Hal ini tentu membuat Ara yang melihatnya dari kejauhan menjadi heran dan berjalan mendekatinya.

"Kamu gimana kabarnya ? masih sering demo ?" Kata Albi yang kini mengambil tempat duduk di sebelah Bima

"Alhamdulillah masih kalau ada yang perlu di demo"

"Bim kamu udah kenal sama Mas Albi ?" suara Amara yang tiba-tiba muncul di depan kedua pria itu membuat mereka kaget.

"Dia ini panutanku waktu masih aktif organisasi ya kan bang"

"Kamu bisa saja, Nyanjungnya ketinggian Bim lebay tau nggak" mereka terkekeh bersamaan sedangkan Amara kini mengambil tempat duduk di sebelah Albi.

"Eh tapi bang, abang kenal sama Ara ?" tanya Bima yang menunjuk Amara yang duduk di debelah Albi.

Albi tersenyum "Ini Amara Khairunnisa calon istriku" Mata Bima membola. Sedangkan Amara tersenyum mengejek ke arah Bima.

"Wah maaf bang, maaf banget aku gak tau kalau dia yang .... aaww" Injakan kaki Albi membuat Bima menghentikan perkataannya. Amara yang memperhatikan mereka kini merasa curiga sekaligus penasaran.

"Dia yang apa ?"

"Anu.. itu dia yang sahabatnya Lubna. Iya kan BIMA" Albi menekankan kata Bima sambil menekah bahu Bima. Sedangkan Bima hanya mampu menahan nyeri dan mengangguk pasrah. Memang kakak tingkatnya ini keterlaluan sudah merebut pujaan hatinya kini dia juga yang disiksa kasian-kasian. Merasa aneh dengan interaksi kedua Amara berdiri kemudian mengambil minuman. Kepergian Amara tentu menjadi kesempatan bagi Bima untuk bertanya kenapa si kakak tingkatnya ini menyiksanya secara tiba-tiba.

Hijrahku Menamukanmu (Takdir Terbaik)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang