Bab 14 Pembuktian

66 0 0
                                    

"Maafkan Amara pa, ini semua akibat kebohongan Amara" Amara menitihkan air mata penyesalannya.

Keadaan Adi yang masih belum membaik, sehingga hanya bisa di jenguk tanpa masuk ke dalam ruangan. Amara duduk di kursi tunggu yang ada di depan ruang rawat Adi dan duduk terdiam sendiri dengan pandangan kosong ke arah depan. Amara menyandarkan punggungnya yang sedari tadi menopang kelelahannya. Matanya memanas mengingat kembali kebodohannya dengan membohongi Brian. 'Harusnya aku nggak melakukan semua itu' ucap Amara lirih yang membuatnya mengeluarkan air bening di sudut matanya tanpa suara.

Amara merogoh ponselnya dan berniat untuk melihat waktu, tapi ternyata ada beberapa pesan dari Lubna dan Ica yang beberapa kali menanyakan kabarnya. 'Apa aku harus bercerita kepada mereka ?' tanyanya dalam hati. Selama ini hanya Lubna dan Ica yang mengetahui ceritanya. Amara kembali melihat jam yang sekarang telah menunjukkan pukul 01.45, beruntung di kereta Amara sempat tidur. Amara berjalan menuju mushola yang ada di Rumah sakit tersebut. Dia berniat untuk sholat tahajud.

Dalam sholat Amara tampak beberapa kali menitihkan air mata, terutama saat berdoa. Amara melanjutkannya dengan membaca Al-Qur'an sembari menanti datangnya waktu subuh. Tanpa Amara sadari, sepasang mata kini sedang mengamatinya. Wanita yang semula berada di luar ruangan kini mulai melangkah masuk mendekati Amara.

"Amara.."Panggilnya lirih

Amara menoleh dan terkejut melihat siapa yang datang, ya itu adalah Rosa- mama Amara. Dia tampak lelah, matanya membengkak, air mata masih terlihat di pipinya. Amara bangkit dan memeluk Rosa.

"Ma Amara mohon percaya sama.."

Rosa mengusap kepala Amara penuh dengan lembut dan meraih tubuh Amara untuk memeluknya.

"Apapun yang kamu lakukan mama nggak bisa marah lama-lama sama kamu. Mungkin ini salam mama yang nggak pernah ngawasin kamu, kurang perhatian sama kamu maafin mama karena mama sudah menjerumuskan kamu dalam kegelapan nak" dalam pelukan Rosa Amara menggeleng.

"Nggak ma seharusnya Amara nggak bohong sama Brian dan..."

"Sssttt nggak apa-apa nak, Brian mau kok tanggung jawab ?"

"Apa ? nggak nggak aku nggak mau ma, aku nggak hamil aku masih suci ma"

"Tapi Brian..."

"Ma Amara mohon percaya sama Amara semua perkataan Brian salah ma"

"Mungkin kamu sedang lelah, sekarang kamu pulang ya, biar mama yang jagain papa"

Rosa meninggalkan Amara dan pergi ke ruang perawatan. Rosa menunggu di depan pintu karena kondisi Adi belum stabil sehingga tidak ada yang boleh berlama-lama di raung perawatan.

Amara menyusuri lorong rumah sakit berniat untuk pulang. Amara menunggu kendaraan umum tapi tak ada satupun yang melintas sepagi itu. Samar-samar Amara melihat cahaya mobil yang mendekatinya. Ternyata itu adalah mobil Brian. Ternyata Brian belum pulang padahal seingat Amara dia sudah mengusirnya.

"Ra ayo naik" Amara membuang muka dan menyembunyikan tangannya ketika Brian akan menariknya.

"Jam segini nggak ada kendaraan umum Ra, aku nggak mau kamu kenapa-nama"

"Apa urusanmu ?"

"Na aku sudah bilang tadi aku siap jadi ayah.."

"Dan aku sudah bilang bahwa aku tidak pernah hamil Brian"

"Baiklah aku tidak akan membahas ini, tapi aku mohon biar aku mengantarmu sampai rumah" Amara melihat Brian sejenak dan mengangguk.

Dalam perjalanan tidak ada percakapan diantara mereka. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing hingga sampailah mereka di depan rumah Amara.

Hijrahku Menamukanmu (Takdir Terbaik)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang