Bab 30 Gara-gara Melati

55 0 0
                                    


Icha dan Amara berjalan tergesa-gesa ke asrama, untuk mempercepat perjalanan mereka menggunakan taksi. Meskipun agak mahal tapi paling tidak taksi adalah tempat yang cocok untuk Amara meminta penjelasan kepada Icha tentang perkataannya waktu di rumah Lubna.

'Kok bisa langsung gitu si ?' batin Amara.

"Jadi gimana ceritanya ?" tanya Amara mereka sudah di dalam taksi. Sedangkan yang ditanya malah senyum-senyum gak jelas. Amara menyenggol Icha dan mengulang pertanyaannya.

"Eh hehe gak tau si tapi kata bu dhe aku di jodohin" Amara yang mendengarnya langsung menautkan kedua alisnya merasa heran.

"Terus kamu langsung mau gitu ?" Icha mengangguk antusias sedangkan Amara langsung menepuk jidatnya.

"Apa alasannya ?" tanya Amara lagi.

"Ya karena ibadah" sesingkat itu jawaban Icha. Tentu langsung membuat Amara menggelengkan kepala.

"Udah kamu pikirin ? udah tukeran CV ? kamu udah tau betul yang akan jadi suami kamu ?" Icha hanya menggeleng mendengarkan rentetan pertanyaan dari Amara.

"Astagfirullah, Cha aku tau nikah itu untuk menyempurnakan separuh agama. Tapi ya gak asal dapet juga dong. Nikah itu seumur hidup sekali. Atau kamu mau berkali-kali ?" Icha yang kaget dengan perkataan Amara langsung memelototkan matanya ke arah Amara.

"Naudzubillah, ya gak lah. Nikah ya sekali aja ngapain berkali-kali Astagfirullah. Kamu kalau ngomong asal aja deh" Amara menghembuskan nafas kasar. Dia bukan nggak rela atau iri dengan Icha yang mendapat jodoh tapi Amara takut temannya ini salah langkah.

"Aku tanya kamu udah tau orangnya ?" Icha menggeleng

"Udah tau sifatnya gimana ? Kamu udah tau sikap dia sama keluarga gimana, terus agamanya gimana udah ?" Icha menggeleng

"Aku pernah denger pas kajian kemarin, dalam surah Al Baqarah ayat 221 yang artinya '...sungguh, hamba sahaya laki-laki yang beriman lebih baik dari pada laki-laki musik meskipun dia menarik hatimu. Mereka itu mengajak ke neraka' kalau sepenangkapan aku si kita harusnya ya cari yang baik agamanya seenggaknya dia bisa membimbing kita dalam hal beribadah. Yang baik juga sama kedua orang tuanya. Kalau dia baik sama orang tuanya InsyaAllah dia akan baik juga pada istrinya. Kan dia nantinya akan jadi Imam dalam rumah tangga paling tidak dia hafal beberapa surat dalam Al-Qu'an lah. Kalau belum tau sama sekali apa kamu yakin dia akan jadi imam yang baik. Cha jodoh itu gak perlu harus cepet-cepetan, nikah itu bukan perlombaan. Ingat Maut, jodoh dan rezeki itu Allah yang natur kita nggak perlu resah"

"Tapi Ra, bukannya menolak pinangan itu dosa ya ?"

"Ingat cerita putri Rasulullah Fatimah yang menolak Abu Bakar R.A padahal beliau adalah sahabat terbaik nabi, beriman paket komplit dan Rasulullah tidak keberatan kan" Icha mengangguk pelan.

"Terus aku harus gimana Ra ?"

"Gini aja, kamu minta dulu CV-nya orang yang mau dijodohin sama kamu itu, kamu minta petunjuk sama Allah, sholat Istikharah biar gak salah pilih"

"T..tapi Ra.." Icha menggantungkan kata-katanya dan sedikit gugup. Amara mengerutkan ketingnya.

"Aku sudah terlanjur menerimanya" mata Amara membola mendengar perkataan Icha.

"Aku terlalu semangat gara-gara melati tadi aku langsung jawab iya aja"

"Terus ini kita mau kemana ?"

"Ini mau ke Asrama Ra, bu dhe ku udah di sana sama orang yang dijodohin sama aku"

"Ke Asrama ? ngapain ? kok bisa si, bukannya kamu baru di tanyain tadi ?"

"Jadi ceritanya, orang yang dijodohin sama aku itu orang sini Ra pas tadi aku bilang mau langsung deh mereka berangkat ke Asrama. Makanya aku buru-buru ajak kamu balik"

"Kenapa lamarannya gak di rumahmu aja ?"

"Kamu kan tau aku udah gak ada orang tua, jadi ya udah di Asrama aja" Amara menghela napas kasar. Kenapa temannya ini sangat-sangat ceroboh dan selalu terburu-buru dalam mengambil langkah.

"Cha kamu kebiasaan deh selalu aja buru-buru. Inget terburu-buru itu adalah sikap setan" Icha mengerucutkan bibirnya dan meminta maaf pada Amara. Tapi agaknya semua itu percuma, Amara hanya bisa mendoakan semoga perjodohan Icha dan sang calon berjalan lancar dan orang yang di jodohkan dengan Icha menjadi imam terbaik untuknya.

***

Acara lamaran dadakan Icha dilaksanakan setelah Isya' dan sekarang acaranya telah selesai. Acara berjalan lancar berkat bantuan teman-teman kos yang awalnya kaget karena tiba-tiba Icha datang dan berkoar-koar meminta bantuan. Untunglah hari ini hari Minggu jadi semua libur kerja. Dengan sigap para penghuni kos memecan berbagai macam camilan karena waktunya terlalu mepet jika harus membuatnya sendiri. Apalagi perlengkapan di asrama tidak selengkap di toko. Tak lupa sebelumnya Icha telah mempertanyakan perihal hafalan dan juga beberapa pertanyaan yang telah dia susun bersama dengan Amara ketika di taksi. Amara terlalu khawatir karena lamaran yang mendadak tanpa proses ta'aruf terlebih dahulu.

Jawaban dari calon mempelai pria sepertninya sesuai dengan yang diharapkan Icha. Icha sepertinya yakin dengan calon pilihan bu dhe nya ini. Acara berjalan dengan lancar, dan telah ditetapkan pernikahan Icha akan diadakan sebulan lagi. Icha juga meminta agar acaranya sederhana cukup keluarga dan teman-teman dekatnya yang datang.

Setelah acara lamaran Icha, Amara merebahkan tubuhnya di kasur kesayangannya. Rasa lelah dan lemas membuat Amara menerawang ke arah langit-langit kamar dan pikirannya melanglang buana.

'Lubna, semoga kamu bahagia ya, dan Icha semoga kamu juga bahagia. Doakan aku menyusul. Eh kok menyusul si.. Astagfirullah. Sadar Amara kamu harus fokus belajar jangan mikir nikah-nikah dulu. Gak boleh iri Maut, jodoh, dan rezeki udah ada yang natur. Mendingan kamu fokus perbaiki diri dulu' Amara berbicara pada diri sendiri menyiapkan mental untuk tetap tegar meski hanya dirinya yang belum menemukan jodohnya. Apalagi keputusan Icha yang akan berhenti bekerja setelah menikah, semakin membuatnya merasa sendiri. Kesendirian ini lah yang mambuatnya selalu berfikir tentang jodoh.

'Ya Allah sebenarnya hamba mau fokus kuliah dulu apalagi ini baru semester awal' Amara menghembuskan nafasnya. 'Nggak..nggak fokus Amara fokus jodoh datang pada waktu yang tepat, jodoh bukan perlombaan'

Amara terduduk dan termenung. Besok liburan kuliah sudah mulai dan pastinya dia akan pulang ke rumah. Amara langsung meraih ponsel dan memesan tiket untuk pulang ke rumah. Amara mulai membereskan beberapa baju yang akan di bawa besok. Lelah karena acara hari ini Amara merebahkan tubuhnya dan beranjak ke pulau mimpi.

**** 

Hijrahku Menamukanmu (Takdir Terbaik)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang