Bab 3 Pergi Jauh

89 3 0
                                    

Usai pertemuan di kafe bersama Brian, Brian mengantarkan Amara pulang. Tak lupa sebelum pulang mereka melakukan foto bersama sebagai kenang-kenangan. Awalnya Brian tidak mau, karena Brian rasa itu tidak penting karena Brian pikir mereka akan selalu bersama.

"Om, Tante Brian pulang dulu ya" pamit Brian pada kedua orangtua Amara yang berada di teras rumah

"Hati-hati Yan" kata Amara menepuk pundak Brian. Brian tersenyum melihat Amara sudah seperti biasanya

"Assalamualaikum" Brian melangkah pergi

"Waalaikumsalam" jawab mereka bertiga

Amara menarik tangan mama dan papanya menuju ruang tengah. Dia akan membicarakan sesuatu yang penting dengan mereka. Hal penting yang menyangkut kehidupannya dan juga Brian.

"Ma, Pa Amara mau kerja di Semarang ?"

"Kerja ?" Adi-Papa Amara terkejut

"Mau kerja apa nak, kamu lulusan SMA ?" Rosa mendekati tempat duduk Amara dan memeluknya

"Kerja di supermarket bu, Amara mau cari uang buat kuliah ma" Amara mengeratkan pelukannya ke pinggang mamanya

"Papa ada simpanan uang buat kamu kuliah nak, kamu nggak usah kerja. Kuliah kamu itu tanggung jawab papa" Adi meyakinkan Amara bahwa dia masih mampu membayar kuliah Amara meskipun keadaan perusahaan tidak stabil.

"Amara tau ma.. pa, perusahaan papa lagi nggak stabil kan. Amara mohon izinin Amara kerja. Izini Amara mandiri" Amara memegang tangan kedua orangtuanya berusaha meyakinkan mereka.

"Amara juga udah daftar di salah satu supermarket disana, disana juga ada mesnya Pa..Ma. Jadi papa dan mama nggak usah khawatir sama Amara" lanjut Amara

"Tapi kenapa harus disana nak, di sini kan juga ada supermarket lebih deket sama papa dan mama" Adi berusaha mencegah Amara. Kediaman mara menjadi jawaban pertanyaannya. Dia hanya menatap Rosa dan Adi dengan tatapan memelas memohon untuk di izinkan.

Adi dan Rosa saling berpandangan, mereka tidak tega anak sulungnya harus ikut merasakan ketidakstabilan dalam perusahaan mereka. Rosa yang melihat air mata putrinya jatuh akhirnya menganggukkan kepada kepada Adi sebagai isyarat menyetujuai keinginan Amara.

"Baiklah kalau itu maumu, papa sama mama izinkan" Rosa memalingkan wajah putrinya dengan kedua tangannya dan mengajukan persyaratan "Tapi Amara harus selalu memberi kabar, cerita sama kami apapun yang terjadi disana. Nggak boleh ada yang ditutupi ya. Sama satu lagi kamu gak usah kerja di supermarket kamu kerja di tokonya Om Budi sama Tente Nara saja ya" Rosa memberikan kelingkingnya kepada Amara untuk meminta janji pada putrinya. Amara mengangguk bahagia melingkarkan kelingkingnya pada kelingking Rosa. Mereka saling berpelukan.

"Oke. Emt...Tapi ma...pa... Amara punya permintaan" Amara melepas pelukan dan menggenggam tangan papa dan mamanya

"Apa sayang ?" kata Rosa penasaran

"Jangan kasih tahu hal ini sama siapapun termasuk ke Brian"

"Kasih tau dong dia ia sahabat kamu" Adi menyela

"Papa tolong ya.." Amara memelas melihat Papanya.

"Tapi kenapa sayang ?" Rosa penasaran.

"Amara nggak mau konsentrasi Amara buat bantu mama sama papa terganggu sama siapapun termasuk Brian" Amara masih memegang erat tangan mama dan papanya.

"Amara mau putus kontak dari semua temen Amara, Amara nggak mau terpengaruh sama mereka ma..pa" lanjut Amara

Rosa merasa ada hal yang disembunyikan Amara darinya. Sementara Adi hanya mengangguk menyetujui keinginan putrinya. Rosa akhirnya menarik putrinya ke kamar.

"Ada apa Ra ? Kamu ada masalah sama Brian ?" Rosa penasaran dengan sikap aneh putrinya.

Keadaan hening sejenak. Amara yang semula menyembunyikan airmatanya akhirnya tak mampu lagi membendungnya. Amara memeluk pinggang Mamanya dan menangis. Rosa mengelus rambut Amara dan menenangkannya.

"Ma.. Kemarin Amara ungkapin perasaan Amara ke Brian" Amara tanpa menatap mamanya

"Trus.."

"Tadi Brian ngajak aku kekafe, dia bilang dia akan berusaha membalas perasaan Amara ma"

"Bagus dong sayang, itu artinya Brian nggak mau kamu sakit hati"

"Tapi Ma, Amara juga nggak mau menyiksa Brian dengan memaksakan perasaan Brian ke Amara. Amara juga nggak aka bisa lupain perasaan Amara kalau masih deket-deket sama Brian. Amara mau pergi jauh dari Brian ma...hiks...hiks"

"Anak mama sudah besar, sudah bisa mengambil keputusan sendiri" Rosa mengangkat wajah Amara mendongakkannya untuk melihat wajah Rosa "Sekarang mama udah yakin ngelepas kamu ke untuk keluar kota" lanjut Rosa

"Maksih banyak ma sudah mau ngertiin Amara" Rosa kembali memeluk Amara.

*******************

Hijrahku Menamukanmu (Takdir Terbaik)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang