Bab 60 Ekstra Part 2

94 0 0
                                    


Ketika seseorang merasakan yang namanya cinta kepada suatu makhluk, dan orang tersebut sangat berharap pada makhluk tersebut maka Allah membalasnya dengan sebuah kekecewaan. Tapi ketika orang tersebut menyerahkan cintanya untuk Allah sang maha cinta, maka Allah akan melimpahkan cinta untuk hidupnya. Amara telah merasakan semuanya, merasakan cinta untuk manusia dan berharap terlalu dalam hingga akhirnya dia di tenggelamkan dalam rasa kekecewaan. Rasa kekecewaan yang membuatnya harus pergi meninggalkan kota kelahirannya. Bukan untuk lari, tapi untuk menjadi lebih baik. Layaknya Rasulullah yang berhijrah ke Madinah, karena di Makkah kaum Quraisy secara terang-terangan melawan keras penyebaran agama Islam.

Kini Amara telah mendapatkan buah manis dari hijrahnya dari Jakarta ke Semarang.Menemukan sahabat yang menuntunnya lebih dekat kepada sang pencipta, hingga menemukan jodohnya yang jauh lebih sempurna menurutnya.

"Mas aku nanti intip Aydan ya, soalnya mau ada pembekalan untuk magang hari senin nanti" ucap Amara sambil menghidangkan sarapan di depan Albi.

"Kok mendadak si sayang ? kan nanti mas mau ke lokasi kliennya mas"

"Ya udah ajak Aydan aja, Aydan mau kan ikut Abi ?" Amara kemudian mengarahkan pandangannya kepada Aydan yang sudah berumur 3 tahun. Aydan mengangguk senang kemudian kembali mengaduk-aduk piring nasinya dengan tangan.

"Sayang... sini-sini Umi suapin aja ya ? tuh tangannya kotor kalau nggak di suapin. Tadi udah baca Bissmillah belum pas makan ?" Aydan meringis dengan pertanyaan Uminya.

"Beyum Umi" (belum Umi)

"Ya udah ayo Bismillah dulu" Aydan kemudian mengucapkan 'Bissmillah' khas nada bayi.

"Umi tolong ambilin, lauk buat Abi dong. Masa Abi makan nasi doang" ucap Albi dengan nada merajuk.

"Ya Allah mas, ini kan Umi lagi suapin Aydan. Ambil sendiri ya"

"Sayang Ambilin ya ?" Albi kembali dengan nada merajuk. Amara mnghela napas, kemudian bangkit dari tempat duduknya.

"Umi.. dangan pelgi duyu, aaa... Idan mau akan agi" (Umi jangan pergi dulu, aa. ... Idan mau makan lagi) ucap Aydan kemudian membuka mulutnya untuk mendapat suapan dari sang Umi padahal makanan di mulutnya masih penuh.

"Aydan itu makanannya kan belum ditelan, gantian Abi dong. Tadi kan Umi udah sama kamu. Kemarin-kemarin juga udah sama kamu" Albi mencoba membujuk.

"Ndak mau, Umi tama Idan aja. dangan tama Abi" (nggak mau, umi sama Aydan aja, jangan sama Abi)

"Udah-udah.. Aydan Umi ambilin Abi lauk dulu bentar ya, sebagai gantinya nanti Aydan ikut Abi jalan-jalan nanti di beliin pukis mau nggak ?"

"Maktud Umi tue pukit oping ketju itu umi ?" tanya Aydan kemudian diangguki Amara. Setelah Aydan setuju Amara langsung menghampiri.

"Ini mas" Amara meletakkan piring Albi yang penuh dengan lauk di depan Albi.

"Sayang.. Aydan kok manja banget si. Kayaknya dia butuh tanggung jawab deh" bisik Albi.

"Ya wajar mas, namanya juga anak kecil masih umur 3 tahun juga. Tapi maksudmu butuh tanggung jawab itu gimana mas aku nggak ngerti" Aydan menarik kursi di dekatnya dan menyuruh Amara duduk.

"Emm gini sayang ... jadi maksud aku..." Albi tampak ragu untuk mengucapkannya.

"apa mas ? cepet ih" Amara mulai kesal dan menyambar teh yang ada di depannya.

"Ini.. kita.. kasih adik buat Aydan gimana ?" mendengar perkataan Albi, Amara yang sedang minum langsung tersedak.

"Eh.. hati-hati yang... ini minum lagi" Amara memukul pelan lengan Albi.

"Kamu si ngomongnya sembarangan, Aydan masih kecil mas belum bisa jaga adiknya" tanpa Amara sadari Aydan mendengar perkataannya.

"Umi... Idan bita kok jaga adik, Idan kan tuat. Talau ada yang danduin adik nanti Idan yang maju" (Umi Aydan bisa kok jaga adik, Aydan kan kuat. Kalau ada yang gangguin adik nanti Aydan yang maju)

"Tuh sayang, Aydan sendiri loh yang minta" bisik Albi yang mendapat sorotan mata tajam dari Amara.

"Boyeh kan Mi, kalau Idan punya adik ?" dengan berat hati Amara mengangguk dan membuat Albi dan Aydan kegirangan.

'Dasar like father like son' batin Amara. Mereka melanjutkan sarapannya dan melakukan aktivitas masing-masing. Albi dan Aydan pergi ke tempat klien. Sedangkan Amara bersiap untuk bimbingan.

Setelah sarapan Amara meraih teleponnya yang berdering, ternyata itu dari Lubna.

"Halo..Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumsalam.. mba Araaaa" teriakan Lubna berhasil membuat Amara menjauhkan telepon dari telinganya. Ya sekarang Lubna sudah biasa memanggil Amara dengan sebutan "Mba" baik di depan Albi maupun di belakang Albi.

"Astagfirullah ada apa si adik ipar ? nggak usah terik-terik juga lah. Kamu mau kakakmu jadi duda ?"

"Ya Allah ya nggak lah mba, aku mau ngasih kabar gembira buat mba" ucap Lubna dengan nada penuh kegembiraan.

"Alhamdulillah, emang kabar apa Na ?"

"Jadi...aku tes dan hasilnya positif"

"Positif hamil ?"

"Iya.... aku hamil"

"Alhamdulillah, akhirnya setelah menunggu 4 tahun kamu isi juga ya"

"Iya Alhamdulillah, udah ya mba aku mau ngabarin papa, mama sama mertuaku dulu"

"Iya jaga kandunganmu baik-baik ya, jangan cape-cape. Makannya jangan telat, kalau pengen apa-apa bilang sama suamimu"

"Siap kakak ipar bawel banget. Udah ya Assalamu'alaikum" ucap Lubna

"Wa'alaikumsalam"

Sebelum Amara berangkat ke kampus, Amara mengirim pesan singkat ke pada Albi yang sudah berangkat kerja dan mengabarkan bahwa Lubna positif hamil. Tentu saja Albi bahagia, setelah penantian mereka selama 4 tahun akhirnya mereka diberi kepercayaan oleh Allah.

Amara memang telat menyelesaikan kuliahnya, bukan karena dia tidak niat, karena Amara mengambil cuti 2 tahun ketika dia Hamil. Dan sekarang adalah waktunya dia menyelesaikan apa yang sudah dia mulai. Yaitu menjadi Amara Nurunnisa, SE.

Mungkin kebanyakan orang berfikir bahwa menikah saat kuliah akan menghambat studi mereka. Mungkin memang benar, tapi kalau skripsian pas udah punya suami kan enak, ngeluhnya sama suami pasti dibantuin apalagi Albi dulunya kuliah di jurusan yang sama dengannya. Bahkan karena bantuan Albi, skripsi Amara menjadi lebih cepat selesai. Dari mulai awal skripsi hingga penyelesaian bab 4 Albi tak henti-hentinya membantunya.

Bahkan Albi menggunakan relasinya untuk membantu Amara memperoleh data dari suatu perusahaan. Wah enak kan ? jadi ketika Allah bilang kalau nikah itu dapat memperlancar rezeki itu benar adanya. Tinggal manusianya aja mau berusaha atau tidak, dan seberapa percara orang tersebut dengan janji Allah. So, jangan tunda menikah dengan alasan masih kuliah, yang pada akhirnya menjerumuskan kita pada pintu zina dengan berpacaran, Naudzubillah.

Kalau pas kuliah tiba-tiba ada yang melamar, selagi agamanya bagus, memiliki pekerjaan tetap ya di terima. Tapi jangan lupa tanya sama sang pemilik takdir dengan sholat istikharah. 

Hijrahku Menamukanmu (Takdir Terbaik)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang