Bab 59 Ekstra Part 1

56 0 0
                                    


Allah tidak pernah membuat manusia kecewa, tapi manusialah yang terlalu berharap kepada manusia lain sehingga berujung kepada kekecewaan. Kekecewaan itulah yang mungkin saja merupakan teguran dari Allah karena manusia sering lupa dengan keberadaan Tuhannya. Padahal dalam surah Al-Insyirah Allah berfirman "Dan hanya kepada Tuhanmulah (Allah SWT) hendaknya kamu berharap". Ketetapan Allah lebih indah dari harapan kita. Ketika kita mengharapkan sebutir emas, tapi Allah akan memberikan setumpuk berlian ketika kita yakin dan berserah diri padanya.

Dan Amara merasakan nikmat yang Allah berikan. Dia pernah dititik dimana dia sangat kecewa dan memutuskan untuk berhijarah dari tempat yang membuatnya bersedih ke tempat dimana dia tak mengenal siapapun. Kemudian Allah mempertemukannya dengan seorang sahabat yang membantunya menjemput hidayah yaitu Lubna. Dalam perjalanannya menjadi lebih baik, Allah kembali mengujinya dengan memberikan kenyataan yang membuatnya kembali mengingat kekecewaannya. Tapi karena Amara telah mengerti bahwa Allah selalu bersamanya, dia berusaha sabar dan ikhlas menghadapi semua cobaannya. Hingga Amara menemukan Albi, seseorang yang dihadirkan Allah untuk menyembuhkan, dan menyempurnakan imannya. Albi bahkan lebih baik dari yang dia bayangkan. Sedikitpun Amara tak pernah menyesal terhadap semua kejadian yang dia alami karena pada akhirnya dia menemukan Albi dalam prosesnya berhijrah.Bersama dengan Albi, dia yakin bahwa semua masalah yang akan di hadapinya akan terasa lebih mudah. Masalah apapun termasuk dalam hal mengurus buah hatinya, Aydan.

Tiga bulan setelah lahirnya Aydan, aktivitas berjalan seperti semula. Tetapi bedanya Amara mengambil cuti selama setahun agar fokus mengurus Aydan. Meskipun waktu pertama mereka kesusahan mengurus Aydan, tetapi lama kelamaan Amara menjadi terbiasa. Dia bersyukur diberi suami seperti Albi yang selalu membantunya dalam hal apapun, termasuk membantunya memasak, membersihkan rumah jika Aydan sedang rewel, bahkan Albi juga rela kerja sambil membawa Aydan ketika Amara sedang tidak enak badan.

Waktu telah menunjukkan pukul 12.40 dini hari, Amara masih terlelap dalam keadaan badan miring ke kanan dengan tangan kirinya memegang susu formula. Lain dengan Amara yang sudah tertidur, Aydan masih asik memainkan jarinya sambil meminum susu formula. Albi yang baru saja keluar dari kamar mandi menatap lekat kedua permatanya dan melangkan mendekati mereka.

"Kamu cape banget ya sayang ?, terimakasih ya telah menjadi istri dan ibu yang sangat baik buat aku dan Aydan" Setelah mencium kening Amara, Albi beralih ke Aydan putra pertamanya.

"Hey jagoah abi, kenapa belum tidur. Liat tuh Umi udah capek banget" Albi mengambil alih botol yang ada di tangan Amara dan menggendong Aydan berniat untuk menidurkannya. Aydan tampak tenang di dalam gendongan Albi, sepertinya anak ini akan sangat dekat dengannya. Albi ingat ketika pertama kali Aydan rewel dan terus saja menangis karena seharian tak bertemu dengan Albi. Kala itu dia sedang memenuhi keinginan klien untuk fotoshoot di luar (outdoor) yang tempatnya lumayan jauh. Jadilah Albi pulang larut malam. Saat itu, Albi terkejut melihat Amara menangis sambil menggendong Aydan.

Flasback

"Loh sayang kamu kenapa ?" tanya Albi mendekati Amara yang masih menangis sambil menggendong Aydan yang juga masih menangis. Amara yang ditanya tak membalas hanya terisak sambil menggendong Aydan. Albi yang melihat istrinya langsung mengambil alih Aydan dari gendongan Amara kemudian memberinya susu. Sedangkan Amara langsung terduduk di kursi di dekatnya setelah Albi mengambil Aydan dari gendongannya.

Tak membutuhkan waktu lama, Aydan langsung tertidur lelap. Albi meletakkan Aydan di kasur, kemudian mendekati Amara yang masih terduduk di kursi yang ada di kamar mereka. Amara menunduk masih dalam isakan tangis sambil meremas jarinya.

Albi duduk sambil bertumpu dengan kedua lututnya untuk melihat wajah Amara yang menunguk.

"Sayang kenapa ?" tanya Albi dengan menangkupkan kedua tanganya ke wajah Amara. Amara langsung menepis tangan Albi dan memalingkan pandangan. Albi menghela napas dan memegang erat kedua tangan Amara yang masih saling bertautan.

"Mas minta maaf sama kamu, karena mas ninggalin kamu seharian ini. Mas minta maaf karena mas kerja di luar kantor padahal kamu masih membutuhkan mas di sini. Maafin mas karena mas langsung menghandle sendiri perkenan ini tanpa perwakilan. Tapi mas mohon pengertian kamu sayang, mas mencari nafkah untuk keluarga kita. Untuk kamu dan untuk Aydan. Mas janji nggak akan mengulanginya lagi, lain kali mas akan suruh Ivan menghandle pekerjaan outdoor ya ? jangan diem aja sayang ? mas nggak bisa kalau kamu diem kayak gini. Mas mohon ya ?" Amara merasa di sini dialah yang salah.

"Mas berdiri" ucap Amara masih dengan nada khas orang baru saja menangis.

"Nggak sebelum kamu maafin mas" kata Albi sambil terus menggenggam tangan Amara.

"Kalau mas nggak berdiri aku nggak mau maafin mas" perkataan Amara membuat Albi langsung berdiri. Albi terkejut ketika Amara memeluk pinggangnya dan kembali terisak.

"Maafin Ara mas hiks... Ara nggak bisa jaga Aydan dengan baik, seharusnya Ara bisa nenangin Aydan. Hasurnya Ara bisa..."

"Ssst.... Aydan emang lagi rewel sayang, Aydan pengen deket sama Abinya makanya dia jadi rewel. Liat sekarang. Aydan bahkan sedang tidur pulas, padahal kita berisik banget kan dari tadi. Tapi dia nggak terganggu tuh. Iya kan ?" Kata Albi membalas pelukan Amara dan menunjuk ke arah kasur dimana Aydan sedang tertidur lelap.

"Maaf mas udah nggak berbakti sama mas, harusnya pas mas pulang aku menyambut mas dengan senyuman bukan malah tangisan" Albi memegang kedua pundak Amara dan menariknya untuk berdiri. Albi kemudian memepuk Amara dan mengusap lembut punggungnya.

"Udah ya kita nggak usah bahas lagi, mungkin kita harus lebih banyak introspeksi diri, dan saling mengerti" Amara mengangguk dalam pelukan Albi.

Flasback And

Tak butuh waktu lama, Aydan langsung tertidur dalam gendongan Albi. Albi terbiasa melantunkan sholawat ketika menggendong atau sekedar menenangkan Aydan, mungkin itulah yang membuat Aydan nyaman. Belum sempat Albi meletakkan Aydan ketempatnya, Amara mulai mengerjapkan matanya sambil tangannya meraba ke tempat Aydan tidur. Amara yang tak merasakan keberadaan Aydan langsung terbangun karena khawatir.

"Kenapa sayang kamu mimpi buruk ?" tanya Albi yang masih menggendong Aydan. Amara menghembuskan napas lega melihat Aydan ada di gendongan Albi.

"Nggak mas, aku kaget aja waktu Aydan nggak ada di sampingku. Maaf ya mas merepotkanmu" Albi tersenyum kemudian meletakkan Aydan ditengah-tengah mereka tidur.

"Nggak usah minta maaf sayang, Aydan itu anak kita. Sudah sepantasnya aku juga ikut andil dalam merawatnya. Aku juga ingin tau perkembangannya, jadi stop minta maaf ya ?" Amara mengangguk.

"Ya udah sekarang tidur ya ? baru jam satu" Amara mengangguk kemudian merebahkan diri di sisi kanan Aydan sedangkan Albi di sisi kiri Aydan. Mereka sengaja tak menempatkan Aydan dalam Box bayi dengan alasan ingin dekat dengan Aydan.

"Mas aku boleh minta sesuatu ?" tanya Amara menghadap kepada Albi meskipun terhalang oleh Aydan. Albi tampak tersenyum dan mengangguk.

"Aku mau dengerin mas, sholawatan sama kaya tadi mas sholawat buat Aydan"

"Jadi tadi kamu denger mas sholawatan ?" Amara tersenyum kemudian mengangguk. Tangan kanan Albi mengelus kepala Amara kemudian melantunkan sholatan nariyah. Mendengar merdunya lantunan sholawat Albi, Amara kembali terlelap dalam tidurnya sambil tersenyum.

"Tidur yang nyenyak sayang, terimakasih kamu sudah menyempurnakan separuh agamaku" Albi mengecup dahi Amara sekolas kemudiah kembali tidur.

Hijrahku Menamukanmu (Takdir Terbaik)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang