Bab 47 Perasangka Buruk

47 0 0
                                    


Setelah selesai sarapan Albi memaksa Amara kutuk beristirahat, meskipun awalnya tak mau karena masih terlalu pagi akhirnya dengan sedikit paksaan dan perlakuan romantis Albi membuatnya tertidur. Albi kembali menghubungi orang suruhan papanya setelah tadi membicarakan masalah tersangka penyerangan yang menimpa istrinya. Albi berlarih tempat duduk, yang awalnya berada di samping Amara kini dia berada di sofa yang ada si sudut ruangan. Ini karena, Albi takut mengganggu Amara, dan lagi Albi tidak ingin istrinya tahu pelaku yang ingin mencelakai istrinya.

"Bagaimana hasil penyelidikannya ?" tanya Albi setelah orang di seberang mengangkat telepon.

"Seperti yang saya katakan tadi pak, pelaku adalah seorang perempuan. Dari hasi rekaman CCTV yang ada di jalan tersebut dia membawa senjata tajam dalam sakunya. Setelah melakukan penusukan dia lari ke arah barat menuju Perumahan Manik Asri. Saya juga telah mengecek CCTV di sana, pelaku membuang semua barang bukti mulai dari jaket Hoodie hitam, topi, masker dan Pisau sepanjang 15 cm ke dalam tong sampah yang ada di perumahan tersebut. Tetapi rekaman CCTV tak menangkap jelas wajah si pelaku karena jaraknya yang terlalu jauh. Tapi dari semua barang bukti akan kami serahkan ke kepolisian untuk melakukan tes sidik jari pada barang yang sempat di pakai pelaku. Hasil tes sidik jari akan keluar setelah tiga hari ke depan pak. Pak Suryo sudah memberi perintah kepada saya untuk menyiapkan beberapa penjaga untuk menjaga Pak Albi dan Bu Amara hingga pelaku di temukan" penjelasan tersebut membuat Albi sedikit lega. Tetapi satu hal yang membuatnya menemui titik terang.

"Kamu tolong awasi pergerakan orang-orang yang ada di perumahan Manik Astri Blok A nomor 19. Disana ada kediaman keluarga Fauzi, anak perempuannya bernama Hana. Saya curiga dia adalah pelaku yang telah melakukan penyerangan terhadap istri saya" Perintah Albi yang langsung di iyakan oleh suruh sang papa. Tanpa Albi sadari Amara telah mendengar semuanya. Ya dia pura-pura tertidur ketika Albi menyuruhnya untuk tertidur. Amara merasa penasaran karena Albi seperti menyembunyikan sesuatu setelah menerima telepon waktu dia akan sarapan tadi.

"Mas ..." panggil Amara. Albi yang masih bertelepon langsung mengakhri panggilan dan menghampiri Amara.

"Udah bangku sayang ? mau apa ? mau min aku ambilkan ya ?" belum sempat Albi mengambil minum lengannya di cekal oleh Amara.

"Aku belum tidur mas, aku hanya memejamkan mata" Albi menatap istrinya tak percaya.

"Mas aku mau tau semuanya, kita udah janji buat saling percaya kan mas. Aku akan menunggu kamu berbicara semuanya sama aku" Albi menghela nafas panjang dan menceritakan semua pada istrinya. Albi juga menceritakan asumsinya bahwa yang menyerangnya adalah Hana. Mulai dari ciri-ciri tubuh serta tempat tujuan membuat Albi yakin pelaku penyerangan adalah Hana.

"Jangan Suudzon mas nggak baik. Mas lupa ya sama firman Allah dalam surah Al Hujurat ayat 12 yang artinya 'Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka (kecurigaan), karena sebagian dari prasangka itu dosa"

"Astagfirullah Iya Sayang, tapi aku nggak suudzon, semua bukti mengarah sama dia. Awalnya aku nggak percaya tapi ketika suruhan papa bilang si pelaku menuju perumahan Manik Astri aku yakin Hana pelakunya karena dia tinggal di perumahan itu"

"Udah mas, buktinya kan juga belum jelas kita tunggu saja tiga hari ke depan ya, jangan mengambil kesimpulan sendiri" Amara mengelus lengan Albi agar lebih tenang.

Tak lama kemudian terdengar salam dari luar. Itu adalah suara Rumi dan Suryo. Mereka membawa makanan untuk Albi dan beberapa pakaian ganti karena Albi belum sempat pulang sejak kejadian kecelakaan itu.

"Gimana keadaan kamu nak ?" tanya Rumi mendekati menantunya dan mengelus kepalanya dengan lembut.

"Alhamdulillah baik ma. Mama sama papa gimana baik kan ?" Rumi tersenyum lembut.

Hijrahku Menamukanmu (Takdir Terbaik)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang