4. Permintaan

70.3K 4.3K 35
                                    

Jangan lupa pencet bintangnya

Happy Reading!

___

Yang aku lakukan sekarang cuma berdiam diri duduk di dekat halaman belakang rumah, entah Aga udah tidur atau belum, hampir setengah jam aku di sini. Aga masih aja bersikap santai seolah-olah ini tuh biasa buat dia, tapi nggak buat aku, memang masalah sepele tapi dia kelihatan jelas menghindari ku.

Kalau gini percuma tinggal di rumah segede gini, mending Apartemen. galau mulu habis nikah sama Aga, harusnya kan aku bisa liburan bukan malah begini. Resiko menikah sama orang yang belum ber damai sama masalalunya.

"Kenapa?" Suara berat itu aku tau milik siapa. Pasti Aga, siapa lagi kalau bukan dia. Orang yang selalu bisa bikin aku patah hati.

Dia ikut duduk di sampingku mungkin sadar dua hari ini dia cuekin aku, aku nggak langsung menjawab, biarin aja dia sadar sendiri harusnya sih dia bisa peka!

"Marah?"

Aku masih malas menjawab, itu tau! Mana ada setelah pernikahan langsung kerja, dia nggak mikirin mau di rumah dulu apa? Atau males berduaan sama aku, pliss hentikan berfikir negatif Kaila! Aku cuma dongkol aja sama Aga.

"Kenapa makanannya kamu buang?"

Kenapa malah bahas makanan yang dibuang? Dia itu tahu nggak sih aku marah karena apa? duh aku kalau udah marah pasti nggak pernah mikir  panjang.

"Terserah, aku yang masak." Akhirnya bisa bersuara juga. Walaupun pelan tapi harusnya Aga dengar.

"Nggak boleh buang makanan begitu, di luaran sana banyak yang susah cari makan." kenapa aku yang malah di ceramahi?

"Aku minta maaf kalau ada salah." oh banyak Ga! Kenapa juga dia jadi lembut gini? Dulu aja nggak gini. Bisa-bisanya aku masi tetep cinta sama dia, nasib-nasib!

Dia dulu ninggalin aku demi Clarinna, dia dulu nolak aku, dia udah berubah bukan seperti Aga  kecil yang aku kenal. Cinta pertama plus sakit hati pertama, tapi kenapa sekarang seolah-olah Aga lupa. Cinta pertama yang membuat ku sakit hati. Cinta pertama yang ingin aku lupain, tapi nggak bisa. Karena memang susah melupakan cinta pertama. Tapi aku tahu nggak boleh egois, biarkan Aga yang memilih Aku cuma bergantung kepada takdir mungkin.

"Nggak ada, aku cuma minta sama kamu Ga, jangan menghindar dari aku, hidup selayaknya suami istri. Aku tahu kamu masih cinta sama Clarinna tapi tolong kita udah menikah Ga, pernikahan bukan hal yang main-main. Coba buka hati kamu buat aku? biar kita bisa lebih dekat lagi, katanya nggak ada perceraian kan?"

"Benar, kita jalanin pernikahan ini selayaknya suami istri."

"Aku janji buat bikin kamu cinta sama Aku." Aga hanya tersenyum tipis, malu? Nggak lah dulu aku aja udah pernah ungkapin kok! Tanggung mending sekalian aja isi hatiku  dikeluarin.

"Masuk gih, udah malem nggak baik Angin malam." Aga menepuk kepalaku pelan.

Kenapa cuma gini aja bikin aku meleleh, susah punya hati yang gampang baper!

***


Akhirnya aku berakhir masuk kedalam rumah, dan yang bikin aku kaget Aga nyuruh buatin teh, biasanya dia buat sendiri. Duh kenapa sih hati aku gampang luluh.

Setelah selesai membuat secangkir teh panas dan coklat panas untukku, aku langsung menuju kamar atas, kamarku dan Aga tepatnya.

"Ini tehnya Ga." aku meletakan teh di nakas, seperti biasa pasti Aga sibuk dengan laptop dan file-file yang tak ku ketahui.

"Makasih La."

"Iya sama-sama. Tapi nggak gratis Ga." aku tersenyum simpul.

"Minta bayaran berapa?" Di tanggapi juga sama Aga walaupun dengan ekspresi datar, hehehe saatnya beraksi.

"Minta liburan yang Deket aja ke Bali juga nggakpapa." sekali-kali kan, ini gara-gara nggak ada honeymoon makannya nggak asik.

Aga terlihat berfikir, semoga aja ngizinin nantikan dibsana bisa rayu-rayu Aga buat bikin anak, astaga mulut mu La!

"Boleh, 3 hari aja."

"Iya deh nggakpapa, penting liburan!" Aku berteriak senang, jarang-jarang liburan ke Bali, secara temen dekatku cuma Thea, dia sibuk ngurus restorannya. Selama ini hari-hariku cuma buat kerja kerja dan kerja, sekarang udah beda, ada Aga. Nggak kesepian lagi deh!

"Berangkat kapan?" tanyaku, biar aku siap-siap dari sekarang. Biasa cewek selalu ribet masalah barang bawaan, Aku itu tipe cewek yang menjaga perawatan kulit.

"Terserah kamu." Ck kan.

"Sabtu ya, biar besok bisa siap-siap." kataku teramat senang yang hanya dibalas anggukan oleh Aga.

"Tapi nggak gratis."

Ucapan Aga membuatku kaget maksudnya aku disuruh bayar gitu? Dia kan udah punya uang banyak kenapa minta bayaran dari aku?

"Oh minta bayaran uang gitu?" Hilih nggak asik! "Kamu kan udah banyak uang Ga kenapa minta bayaran dari aku!"

"Bukan uang La." Aga tersenyum tipis, perasaanku kok jadi nggak enak ya, dia mau minta apa? jangan bilang dia mauu-!

"Tapi hak aku sebagai suami."

Aku tersedak ludah sendiri bisa-bisanya Aga ngucapin dengan wajah datar, dia nafsu gitu duh jadi merinding sendiri. Seumur hidup aku belum pernah ngebayangin itu! Apalagi sama Aga, kini Aga menatapku dengan pandangan berbeda kayak agak nafsu!

"Boleh nggak La?" kali ini suara Aga terdengar berat.

Astaga dia minta sekarang atau gimana. Kenapa suaranya jadi berat gitu, Aku pikir Aga laki-laki yang nggak akan berfikir kotor, ternyata semua laki sama aja!

Susana jadi Aga canggung, Aga juga belum mengalihkan pendangannya dari aku. Untungnya dering ponsel Aga mengintrupsi kita berdua, dan Aga yang mulai menjawab telpon menjauh.

"Huh deg-degan banget yaampun!"

[BERSAMBUNG]



Typo koreksi ya.

Next Chapter

Marriage Life (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang