34. Happiness

67.3K 2.8K 23
                                    

Happy Reading.

_______

Terbangun dengan Aga yang memeluk ku erat, adalah hal yang paling aku suka, rasanya semakin bahagia, Aga selalu menunjukkan perubahan disetiap perilakunya.

"Aga, bangun. Udah siang." Aku menepuk lengan-nya yang melingkar di perutku erat. Kebiasaan, kalau gini kan susah di lepasnya.

Aga hanya bergumam pelan, dan mulai melepaskan tangannya, dia berbalik dan masih tetap tidur.

"Bangun Ga, udah jam 6." Aga berangkat ke kantor pasti agak siang kalau sedang capek, ya biasalah pewaris perusahaan walaupun kadang kebanyakan disiplin juga.

Aku mulai bangun dari tempat tidur. Percuma juga membangunkan Aga yang susah untuk di bangunkan. Mending aku menyiapkan keperluan-nya untuk ke kantor. Zian juga masih tidur setelah dini hari dia terbangun dan membuat ku begadang. Aga juga sempat menemani tapi dia sudah tepar duluan. Dan alhasil aku yang menjaga Zian sendiri.

"Masak apa?" aku di dikagetkan oleh Aga yang tiba-tiba datang dan memelukku dari belakang. Dasar ya bapak satu ini, manja bener udah punya buntut juga.

"Tadi malam katanya pengen soto." jawabku sambil memotong sayuran isian soto. Setalah lumayan lama menjadi istri, Mama Wulan sering mengajariku memasak makanan lokal.

Aga terkekeh pelan. "Langsung kamu bikinin gini ya."

"Yaiyalah, aku kan belajar jadi istri yang baik." balasku jumawa.

Aga tertawa pelan di sampingku. Udah belajar jadi istri idaman begini, kalau gak disayang ya percuma kan?

"Dulu, kita tuh bandel banget kan, sering bohongin Mama, bilang mau pergi kemana, eh malah melenceng ke kelab." ujar Aga tanpa beban.

Aku berbalik dan langsung memukul lengan-nya, "Sembarangan, orang kamu yang ngajak aku bohong Ga, itu kalau bukan karena kamu yang melas minta jangan kasih tau Mama, mana mau aku bohong. Dosa!"

Aga tergelak, "Tapi dulu kamu juga mau-mau aja La, oh iya kamu udah bucin duluan soalnya." ejek Aga dengan nada yang menyebalkan di telingaku.

Langsung saja aku mencubit lengannya bertubi. Aga memang spesialis membuatku kesal setengah mati. Mentang-mentang aku dulu suka sama dia jadi terlihat bulol, karena mau saja di jadikan alat Aga supaya dia bisa bebas keluar bersamaku, walaupun aku cuma dijadikan pajangan sih. Tapi ada saat dimana Aga juga benar-benar memperhatikan ku.

"Kamu bikin mood aku berantakan aja Ga." ujarku ketus tanpa menatapnya, dan melanjutkan acara memasak yang tertunda karena keisengan Aga.

Aga menyudahi tawanya. "Iya maaf, nggak lagi kok La." balas Aga sambil mengangkat jari telunjuk dan jari tengah.

Lihat aja nggak akan aku maafin kamu Ga, biar tahu rasa bikin kehilangan mood  pagi-pagi begini.

Aku mengabaikan perkataan Aga, pokoknya aku nggak mau luluh begitu aja, malu! Kenapa dulu aku harus terang-terangan menunjukkan perasaanku terhadap Aga. Padahal dipendam sendiri lebih baik kan? Mau jadi cewek sok kuat tapi akhirnya patah hati juga karena sempat ditolak oleh Aga. Jujur dulu aku sedikit membenci Aga, tapi setelah beberapa tahun berlalu,  aku sudah terbiasa. Tak berselang lama juga kita malah dijodohkan. Dan yang membuatku semakin terkejut Aga yang tidak menolak dengan keras perjodohan ini.

Padahal dia terlihat sangat mencintai Clarinna, tapi malah berakhir denganku. Aku memang tidak tahu di dalam hati Aga, dia masih mencintai Clarinna atau tidak. Yang terpenting dia mau mencoba pernikahan ini menjadi sempurna, entah nanti akan ada cobaan apa lagi. Mengingatkan keseriusan Aga yang ingin mewujudkan kebahagiaan dalam rumah tangga kita, membuatku terharu. Jadi aku tidak akan mengungkit lagi perasaan Aga terhadap Clarinna, biarlah mengalir sesuai dengan apa yang dinamakan takdir.

Marriage Life (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang