10. Perubahan

65.9K 3.7K 6
                                    

Jangan lupa pencet Bintangnya

Happy Reading!

___

Setelah Aga membawa ku keluar dari rumah Papa Erlan, aku sempat menolaknya karena tidak enak dengan semua keluarga. Kalau gini kan aku dituduh lagi gak sopan.

"Aga ayo balik lagi, nggak sopan tahu." Aku akhirnya bicara setelah memasuki Mobil, walaupun aku juga sakit hati gara-gara ucapan Eyang Swastika. Tapi aku juga tidak bisa berbuat lebih. Akan lebih rumnyam kalau aku membantah tuduhan Eyang.

"La, yang Eyang bicarakan sekarang jadi orangtuaku juga, walaupun sudah meninggal tapi apa berhak begitu? sikap Eyang itu nggak dewasa, aku nggak membenarkan itu. Kalau aku nggak ngelawan. Eyang pasti terus-terusan berfikir itu benar." ucap Aga dengan panjang lebar. Agak terharu sih biasanya Aga cuek.

Iya benar juga kata-kata Aga, bagaimana Eyang bisa berbicara begitu enteng. Sebenernya aku mau marah aja gitu, kalau gak inget ini di rumah Papa Erlan.

"Terus kita langsung pulang aja gitu?" Sebab di rumah tidak ada makanan. Tadi aku udah ngiler banget pengen cobain eh malah ada kejadian beginian.

"Kita makan di luar." peka juga Aga.

"Yaudah cari restoran yang banyak menunya." Iyalah udah laper-laper malah di tarik bawa keluar.

Aga mulai menjalankan mobilnya, entah dia membawaku makan dimana,yang penting manut aja. Melupakan kejadian yang tidak enak tadi. Rasanya-rasanya aku yang gak enak, hadir di tengah-tengah orang yang lagi bahagia-bahagianya, apa bisa aku bertahan sampai akhir, diawal pernikahan aja sudah begini pasti seterusnya akan lebih sulit lagi.

Setidaknya Aga sudah mulai menerimaku, dan tadi juga sudah membelaku, jangan khawatir La!

***

Aga malah membawaku ketempat makan favorit kita dulu, tempat yang sudah jarang aku kunjungi. Karena bisa mengingatkan aku dengan Aga lagi. Tapi sekarang sudah beda, kita datang kesini dengan status sebagai suami-istri.

"Eh Mas Aga, Mbak Kaila."

Sapa Mang Harjo, pemilik warung nasi pecel lele yang terkenal enak ini.

"Iya Mang, gimana kabarnya?" Aku berbasa-basi sedikit kepadanya.

"Alhamdulillah baik atuh, Mbak Kaila sendiri gimana, kok jarang kesini? malah Mas Aga yang bawa pacarnya kesini." Ucap Mang Harjo panjang lebar.

Jadi Aga sering bawa Clarinna kesini? Kok gak pernah ngajakin aku lagi? Oh Aga kan sesibuk itu dengan Clarinna, gak mungkin lah dia ada waktu untukku dulu.

Aku menatap Aga yang juga menatapku dengan pandangan yang sulit aku artikan. Tatapan ini sama sebelum dia kenal dengan Clarinna. Aku selalu hafal dengan apapun yang melekat dengan Aga. Namanya cinta sampai bucin yang malah berakhir dengan sakit hati.

"Saya sudah nggak bersama Clarinna Mang." Malah yang menjawab Aga, karena aku yang tak kunjung menjawab, malah asik dengan fikiranku sendiri.

"Waduh, kok bisa Mas padahal kalian cocok banget lho kopel goles kalo kata anak jaman sekarang mah."

Yah, mang Harjo ternyata dipihak Clarinna. Padahal dulu aku dan Aga udah kayak orang pacaran, setiap malam minggu pasti ke sini dan jalan-jalan.

"Namanya gak jodoh Mang." ucap Aga datar. Dia kenapa nggak ngenalin aku sebagai istrinya sih. Aku nunggu-nunggu dari tadi tapi nggak ada tanda-tanda dia mau ngenalin aku!

"Iya jodoh itu sudah ada yang ngatur, siapa tahu malah sama Mbak Kaila." Mang Harjo melirik ku sambil tersenyum, tipe humoris sih Mang Harjo ini.

"Kaila memang jadi istri saya Mang."Jawab Aga sambil tersenyum tipis, beneran gak salah lihat aku?

"Waduh, kapan nikahnya to? maaf ya Mbak Kaila tadi sempat bilang Mbak Clarinna cocok banget Sama Mas Aga." Mang Harjo tampak tidak enak denganku.

"Eh gapapa Mang, santai aja." Aku menjawabnya sambil tersenyum.

"Yaudah saya buatin dulu pesanannya, malah kebablasan ngobrol terus nanti." ucap Mang Harjo yang langsung sibuk dengan pesanan kita.

Aku dan Aga duduk bersebelahan, sibuk dengan handphone masing-masing kalau Aga sudah jelas aku lihat dia chatingan degan Wildan yang membahas tentang perusahaan.

"Besok udah mulai kerja?" Tiba-tiba saja Aga bertanya tanpa menatapku. Aneh banget nih orang yang ditanyain siapa? tapi mata malah fokus ke HP!

"Iya." cuma singkat aja, bingung lagi harus nyari topik apa.

Aga juga kembali diam dan fokus lagi ke Handphonenya, sampai makanan datang kita hanya makan dengan diam.

***

Saat ini aku dan Aga berada di kamar tentunya dengan Aga yang main handphone, bukan bekerja tapi taulah laki-laki main apa? Game online! dia kalau sudah selesai pekerjaan ya begitu.

"Aga udah malem, gak tidur kamu." Aku menegurnya karena hampir satu jam bermain handphone.

"Iya sebentar lagi."Jawabnya yang masih asik bermain. Itu terus jawabannya daritadi, padahal Aku itu tidak bisa tidur jika lampu masih menyala dan suara berisik apapun itu, makannya Aga aku suruh udahan.

"Itu terus jawabnya, Aku mau tidur Aga." setengah merengek ke dia, biar dia mau nurutin.

"Iya, udah." setengah berat hati mungkin, tapi dia juga menurutinya.

Suasananya malah jadi agak canggung, posisiku tidur menghadap Aga, berbeda dengannya yang tidur telentang. Entah perasaanku atau apa tatapan Aga sangat dalam.

Yaampun nggak kuat ditatap begitu!

****

BERSAMBUNG

Marriage Life (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang