Happy Reading.
Ini epilog, tapi panjang 🥰
_________
"Papa, adek nakal pa." aku yang sedang memasak di dapur mendengar Zian, berteriak mengadu. Kepalaku sudah pusing mendengar keributan mereka. Dua laki-laki yang tidak jauh berbeda umur. Sedang kejar-kejaran di ruang keluarga, entah kemana Aga yang tadinya menjaga malah menghilang. Aku sedang memasak, pembantu dirumah sedang libur.
Aku juga sedikit heran dengan, Darren, adik Zian. Yang berarti anak keduaku dengan Aga, masih berumur tiga tahun. Sering mengganggu kakaknya. Entah itu sedang mengerjakan tugas dari sekolah, atau sedang bermain bersama. Mungkin sifat Darren menurun dari Aga, yang sedari kecil memang agak sedikit bandel. Berbeda dengan Zian yang lumayan kalem. Aku sampai pusing kala mendengar keributan mereka.
"Mamaa...." Zian kembali berteriak. Memanggilku.
Mau tidak mau, aku juga harus datang kan? Aku langsung mematikan api kompor.
"Yaampun, jangan berantem dong. Papa kemana kak?" Aku memegang kedua anakku agar tidak saling kejar-kejaran lagi. Bisa bahaya kalau jatuh. Aga itu protektif dengan kedua anaknya.
Luka kecil saja Aga sudah panik luar biasa. Pernah juga aku dimarahi karena Zian yang terjatuh saat belajar berjalan dulu. Aga memang se takut itu saat melihat keluarganya terluka.
"Papa, tadi ke ruang kerja Ma." jawab Zian yang sudah lancar berbicara. Anak pertama ku itu sudah berumur lima tahun.
"Mau papa maaa.." kini giliran Darren yang merengek, baru berumur tiga tahun tapi sifatnya sudah lumayan bandel saja. Padahal aku sudah agak galak.
Dan keduanya anak Papa, mukanya juga mirip, aku hanya kebagian mengandung saja. Mereka sering ribut juga karena merebutkan Aga. Lumayan aneh kan? Biasanya anak laki-laki akan cenderung dekat dengan mamanya, tapi kedua anakku itu tidak sama sekali. Pasti yang dicari pertama adalah Aga, kadang-kadang kesal juga. Mau punya anak lagi perempuan yang harus mirip denganku, supaya aku ada teman-nya.
"Yaudah yuk ke Papa, Mama lagi masak." ujarku lembut menggandeng keduanya, di sebelah kanan dan kiri.
"Kok ngumpul disini." baru saja aku akan menyusulnya. Aga sudah menyusul. Dia semakin dewasa saja. Tapi tetap masih tampan, nggak dosa kan memuji suami sendiri.
"Hampir mau berantem tadi. Kamu kemana aja sih. Katanya jagain anak." jawabku saat Aga sudah mendekat.
Aga tersenyum. "Tadi orang kantor telpon, eh, di tinggal sebentar udah ilang aja mereka berdua."
"Aku lagi masak nih Ga, jagain lagi ya. Belum beres."
Aga menatapku lekat. "Perlu bantuan. Kayaknya capek banget kamu." balas Aga yang masih tetap menatapku.
"Nggak usah, udah mau selesai kok. Lagian kalau kamu bantuin aku di dapur yang jaga anak-anak siapa? Bisa hancur rumah diberantakin mereka berdua." tunjuk kepada dua bocah yang malah memasang senyum lebarnya.
"Iya juga, malah tambah capek kamu."
Aku hanya mengangguk saja.
"Yaudah yuk anak-anak kita main lagi. Mama masih masak," Aga segera membawa mereka keluar.
Aku menghela napas pelan, jadi ibu rumah tangga itu capek juga ya. Belum lagi ngurusin Darren yang sering membuat ulah, berantakin ruang bermain-nya, kadang masih juga berantem dengan Zian kakaknya. Tapi walaupun sedikit bandel, Darren akan takut kalau sudah melihat Aga menatapnya tajam kala sedikit fatal membuat kesalahan.
Aku masih belajar parenting, mengurus kedua anak juga menyenangkan, dulu aku tidak punya saudara, jadi aku hanya anak tunggal yang mudah kesepian. Tapi sekarang aku sudah punya dua anak, rasanya aku sangat bersyukur kepada Tuhan. Yang masih sebaik ini memberiku kehidupan yang di warnai kebahagiaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage Life (Completed)
ChickLitMenikah dengan teman sendiri, bisa dibayangkan? Kaila Syifana tak menyangka bisa menikah dengan Aga Rion Danendra. Di saat ia sudah putus asa akan cinta bertepuk sebelah tangannya terhadap Aga. Pernikahan ini terjadi karena perintah dari Papanya. da...