7. Tidak Takut

68.6K 4.1K 19
                                    

Jangan lupa pencet bintangnya

Happy Reading!

____

Pagi ini mataku terlihat sembab sehabis menangis semalaman, Mama Wulan kemarin menghubungiku katanya beliau mau datang kesini, entah apa yang akan dibicarakan Mama Mertuaku itu, semoga saja dia juga tidak menyalahkanku atas insiden kemarin.

Rasa-rasanya kepalaku makin pusing setelah menikah dengan Aga terlalu banyak beban fikiran yang ku tanggung.

Suara moeebil terdengar, di depan rumahku aku tahu itu pasti Mama Wulan, Aku merapikan penampilanku sebelum bersiap membuka pintu.

"Masuk Ma, Pa." ternyata Mama datang bersama Papa.

"Iya La." Akhirnya, suara Mama terdengar lembut aku pikir beliau juga akan marah sama seperti Aga. Sedangkan Papa Mertuaku hanya tersenyum saja, beliau sama dengan Aga jarang ngomong.

"Mama sama Papa mau minum apa?"

"Terserah aja La, Mama sama Papa mau apa aja."

"Iya Ma sebentar ya Kaila bikinin dulu." Pamitku, Aku bergegas menuju dapur dan membuatkan teh untuk kedua mertuaku, yang sudah kuangap sebagai orangtuaku sendiri. Di sini aku belum mencari pembantu, kadang membersihkan rumah sebesar ini harus punya tenaga ekstra.

Aku kembali dengan dua cangkir teh. Mama mertuaku itu sangat suka minum teh, katanya bisa menenangkan diri, Aku sih tak terbiasa minum teh, efeknya buat Buang air kecil terus menerus.

"Mama sudah tau kejadian kemarin dari Erza." Mama menghela nafas pelan.

"Pasti Aga marah banget ya La sama kamu? Kamu kasih tahu yang sebenarnya aja, biar dia tahu." Mama terlihat tidak enak denganku. Aku tahu aku salah telah menampar Clarinna tapi itu refleks dari diriku karena perkataan Clarinna menyakitkan.

"Kalau Aga sampe kasar ke kamu bilang sama Papa." Aku tersenyum ternyata Papa mertuaku perhatian juga dibalik sifat yang hampir sama dengan Aga, dingin.

"Iya Pa, nanti Aga pulang kok, tapi nggak tahu jam berapa."

"Oh ya, Anak itu kalau Masalah Clarinna emang paling cepat! Kamu yang sabar ya La." kapan sih aku tidak sabar Ma nunggu Aga cinta sama aku, sabar banget kok.

"Iya Ma, Kaila sabar kok tenang aja." Kataku dengan yakin.

Mama tidak tahu saja aku menyimpan perasaan dengan Aga saat SMA, bahkan sampai sekarang pun masih. Tapi Aga seolah tidak peduli. Kenapa bisa aku mencintai Aga sedalam ini sampai perasaanku mati rasa untuk laki-laki lainnya. Sekarang aku memang mendapatkan Aga tapi percuma juga hatinya udah buat Clarinna.

"La katanya Aga pulang to hari ini." ucapan Mama membuatku sadar dari lamunanku tentang Aga.

"Iya Ma."

"Yaudah ayo Mama ajarin masak soto kesukaannya Aga."

"Hah? Beneran Ma?" Nanti udah masak capek-capek Aga nggak mau makan lagi. Aku tahu sifat Aga, kalau ada yang buat kesalahan pasti dia akan mengabaikannya! ya kecuali Clarinna dong, entah racun apa yang membuat Aga bucin setengah mati.

"Iyo, ayo mumpung masih pagi ini, di kulkas ada bahannya kan."

"Ada Ma." untungnya aku udah sempat belanja coba kalau tidak? dicap sebagai menantu malas pasti.

"Yaudah Papa pamit aja, mau ngecek perusahaan."

"Iya Pa hati-hati di jalan." Aku menyalami tangan Papa Erlan, harusnya aku bersyukur punya kedua mertua yang baik.

Marriage Life (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang