6. Pembelaan

63.4K 4.2K 6
                                    

Jangan lupa pencet bintangnya

Happy Reading!

___


Dan benar saja, setelah pertengkaran ku dengan Clarinna di mall tadi, ponselku tidak henti-hentinya berbunyi sebagian dari notifikasi pesan dan telpon dari Aga. untuk saat ini aku tidak mau menjawab telpon dari Aga mungkin dia ingin memarahiku setelah aku menampar mantan pacarnya. Apa aku salah menikah dengan Aga? Kenapa selalu banyak yang menghujatku? Kata-kata Clarinna tadi sangat tidak pantas, bagaimana bisa dia berfikir orangtuaku tidak mendidik? Ternyata orang yang dicintai Aga bukan orang yang baik, sudah tahu aku sifat asli dia!

Suara mobil terdengar dari depan rumah, entah siapa yang mendatangi ku? Aku menuju kearah pintu setelah tamu yang tidak aku ketahui itu mengetuk pintu.

"Erza? Masuk dulu Za." Ternyata Adik laki-laki Aga yang datang, mungkin dia disuruh oleh kakaknya karena sedari tadi telpon Aga tidak ada yang kujawab.

"Ada apa Za?" tanyaku, sedari tadi yang kulihat Erza sangat gelisah.

"Itu mas Aga nyuruh kesini, katanya mbak Kaila di telpon nggak Aktif, ini kalau udah sampai suruh nelfon lagi katanya." ucap Erza agak canggung mungkin dia agak kurang enak sama aku.

"Yaudah telpon aja siap dimarahin kok." lagian Clarinna duluan yang mulai, urusan Aga lebih memihak Clarinna itu pikir belakangan, yang terpenting aku ceritain kejadian yang sebenarnya-benarnya kepada Aga.

"Memang kejadiannya gimana Mbak?"

"Intinya mantannya masmu itu yang mulai! dia ngatain aku kurang didikan karena orangtuaku udah nggak ada."

"Gitu banget sih, kayak gitu mas Aga bisa bucin sama dia ckck." Erza juga terlihat kesal. bagus lah satu frekuensi dengan ku.

"Ini jadi di telpon nggak Mas Aga?" tanya Erza sepertinya dia juga kesal mungkin habis di marahin Aga.

"Telpon aja Za mungkin dia mau marah."
Kataku kepadanya, dia langsung menghubungi nomor Aga, kok malah jadi deg-degan begini harusnya aku nggak usah takut! Clarinna yang mulai duluan, aku akan ceritakan kejadian yang sebenarnya ke Aga, urusan aku yang dimarahi terserah dia. Urusan dia yang memihak Clarinna terserah dia.

Setelah dering ketiga baru di angkat, aku mengambil ponsel dari gengaman Erza.

"Halo." kataku pelan, padahal tadi aku ingin biasa aja, malah seperti aku yang ketakutan.

'kenapa?' sahut Aga dingin.

Aku hanya diam saja. Percuma juga melakukan pembelaan pasti aku yang dicap bersalah atas ini.

'kenapa nggak jawab, ngerasa bersalah?'

"Nggak, ngapain juga ngelakuin pembelaan? Pasti aku yang disalahin disini jadi percuma!" Sekalian saja kusindir Aga aku tahu dia pasti akan memarahiku sudah terdengar dari nada bicaranya.

'Kenapa harus pakai kekerasan?'

Ini yang nggak aku suka dari Aga ngebelanya terlalu. Aku tahu dia tidak akan memihakku. Tapi kenapa dia tidak menanyakan dulu kejadian sebenarnya gimana, yang dia tahu aku hanya melakukan kekerasan terhadap Clarinna. Memang sakit mencintai orang yang masih terikat dengan masalalunya.

"Kenapa nggak nanya dulu, yang kamu tau cuma nyalahin aku!"

Habis sudah kesabaran ku, memang aku duluan yang menampar Clarinna, tapi dia sudah kurang ajar dengan menghina kedua orangtuaku yang sudah meninggal. Memang salah aku mencintai Aga yang tidak pernah terbuka hatinya untukku. Aku merasa menyesal mencintai Aga yang hanya mementingkan Clarinna. Kapanpun Aga tidak akan mencintaiku harusnya aku sadar itu.

'Kelakuan kamu yang nampar Clarinna itu salah, udah jelas salah!'

Kurasakan suara Aga meninggi, segitunya dia! Apa dia lupa sifatku yang tidak akan memulai jika tidak ada Api! Air mataku sudah menggunung di pelupuk Mata, Erza yang di sampingku menepuk bahuku pelan.

"Kapan sih kamu nggak nyalahin aku gara-gara Clarinna, kamu berubah Ga! Kamu hanya mentingin mantan kamu! Setelah kamu kenal dia kamu lupa sama aku! Kenapa kamu harus nerima perjodohan ini? Kenapa kalau ujung-ujungnya aku yang malah merasa sakit, kamu pikir kamu yang sakit hati sendiri. Disini semua juga tersakiti, kenapa seolah-olah aku yang malah jadi pelaku disini!"

Aku malah kepancing emosi. Yang malah mengeluarkan semua yang kusimpan di hati sendirian selama ini. sialnya ini hanya lewat telepon dia tidak tahu kondisiku disini, pasti dia hanya menghawatirkan Clarinna.

Aku tidak mendengar jawaban dari Aga, cuma helaan nafas dia yang kudengar. Semoga saja di sadar setalah aku mengeluarkan semua unek-unek ku selama ini. bahwa aku juga tersakiti karena mereka berdua.

'Besok aku pulang.'

Cuma kata tegas itu yang kudengar setelahnya telepon dimatikan olehnya, besok aku siap bertengkar dengan Aga. Baru beberapa hari menikah saja sudah begini, mungkinkan bertahan sampai lama? Tapi Mama Wulan mengharapkan lebih, bisakah keinginannya terwujud. atau malah sebaliknya. Aku hanya bisa pasrah dengan keadaan ini.

"Yang sabar mbak, Mas Aga memang begitu orangnya, beraniin aja dia." Erza adik Aga malah menyarankan ku untuk berani kepada masnya itu, cukup menghiburku. Kayak punya adik sendiri.

Besok aku pastikan Aga akan memarahiku, mungkin dia sangat kesal. Aku baru mendengar Aga berbicara nada tinggi kepadaku, dan jangan lupakan hujatan-hujatan yang akan aku terima, seolah-olah disinilah aku yang menjadi pelaku paling jahat, tanpa mereka sadari orang baik juga bisa menjadi jahat. Di sini Clarinna akan semakin dikasihani, tanpa peduli denganku.

***

BERSAMBUNG

Marriage Life (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang