17. Perhatian?

61.3K 3.7K 88
                                    


Jangan lupa Vote komen yaa

Happy Reading!

***

Aku perlahan masuk ke dalam ruang inap Aga, menatap ke arah Aga yang juga menatapku. Dia kenapa kok bisa sampai lecet-lecet? di tangan dan di pelipis, bahkan tangan kanannya juga di pasang perban. Dia bawa motor dong tadi, hal begini pun aku gak tahu.

Ada Clarinna di samping Aga, dia nampak telaten membantu Aga yang kesusahan untuk duduk menyandar.

Aku ragu untuk melanjutkan jalanku ke depan. Yang ada malah aku diam mematung, harusnya aku yang di sana. Saat Aga butuh bantuan malah orang lain yang membantunya.

Aga menaikan alisnya kearahku. "Sini La," ucap Aga yang di sertai ringisan.

Perlahan aku ragu, tapi akhirnya aku juga mendekat ke arahnya. "Sakit Ga?"

Pertanyaan basa-basi, ya jelas sakit lah. Tapi cuma itu yang keluar dari mulutku canggung juga dengan Clarinna yang berada di sampingku, Aga sekarang kayak lagi di tungguin Istri dan pacarnya.

"Sakit La."

"Lagian kamu, urusan pekerjaan aja di pentingin, wong udah malem kok. Untung tadi ada Clarinna di situ, bantuin kamu ke rumah sakit!"

Di mana pun, Clarinna memang selalu menang.

"Urusannya penting Ma."

"Penting mana sama kesehatan? Kamu ini dibilangin kok ngeyel." ujar Mama dengan gaya khas seorang ibu memarahi anaknya.

"Namanya juga kecelakaan Ma, Aga juga nggak mau." Aga hanya menjawab santai.

Papa terlihat menenangkan Mama, sedangkan Eyang Swastika menatapku dengan datar.

"Harusnya sebagai Istri kamu bisa mencegah suamimu keluar malam." ucap Eyang kepadaku dengan suara datarnya.

Aku hanya bisa terdiam.

"Ini bukan salah Kaila, Eyang." Aga terlihat membelaku.

"Em, Mama sama Papa pulang aja, Eyang juga. Biar Kaila yang jagain Aga di sini." Aku mengalihakan pembicaraan yang tadi, kalau dilanjut akan menjadi besar.

Ini sudah tengah malam, aku kasihan juga kepada mereka, Aga kayaknya juga butuh istirahat. Jadi ruangan benar-benar hening yang aku ingin.

Mama terlihat Agak membaik setelah melihat kondisi Aga, daripada tadi yang terus manangis sesenggukan.

"Iya benar kata Kaila, Aga butuh istirahat besok kita ke sini lagi." ujar Papa Erlan memberikan pengertian kepada semua orang yang ada di sini.

"Jagain Aga ya La." Mama Wulan berucap kearahku, dapat ku rasakan suara Mama Wulan agak datar kepadaku.

"Iya Ma." Aku menjawab pelan.

Yang tersisa di sini tinggal Clarinna, dan kedua adik Aga. Erza dan Dinda yang katanya mau bicara sebentar dengan kakaknya itu.

Tapi Clarinna sedari tadi diam saja, seolah tidak rela meninggalkan Aga.

"Besok sekolah kan, pulang sana." ujar Aga memecah keheningan di antara kita semua.

Dinda menghela napas pelan. "Cepet sembuh ya Mas Aga,"

"Mbak Clarinna jengukin terus ya, biasanya langsung sembuh, Mas Aga kan manja sama Mbak."

Entah apa yang di pikiran Dinda, dia seolah-olah tidak menganggap ku di sini.

"Dindaa.." Aga berucap pelan, seolah memperingati ucapan adik perempuannya itu.

Marriage Life (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang