Jangan lupa vote komen yaaHappy Reading!
____
Hari Wekeend begini cuma di rumah aja, gak ada rencana jalan-jalan. Biasalah! Mana bisa Aga diajak liburan bentar, yang ada dia malah ngurusin pekerjaannya. Heran hari libur begini bukannya dibuat santai malah masih kerja aja di rumah. Lima hari kerja emang belum cukup? Padahal hartanya Aga udah banyak banget!
"Aga anterin ke mall dong," Aku membuka paksa ruang kerja Aga.
Aga hanya melirik sekilas ke arahku, idih emang paling susah ngajak dia jalan. Dari dulu dicuekin aja!
"Jam berapa?"
Baru aja akan menutup pintu, Aga menyahut pelan. Aku pikir nggak akan di tanggapi.
"Sore aja gimana? Sekalian nonton Ga, kamu mau nggak?" ucapku antusias. Jalan sama Aga itu ada di list ku. Pengen aja ngerasain, semenjak besar kita jarang dekat. Yang ada Aga cuma jalan sama Clarinna aja.
"Boleh."
Satu kata yang Aga ucapkan tapi bisa membuatku bahagia, beneran nih Aga mau? Tumben-tumbenan gak nolak sama sekali.
"Oke jam 3 ya. Jangan ingkar janji, awas aja kalau sampai batal!"
Aku mengancam Aga, pasalnya dia suka ada acara mendadak dan membatalkan janji yang tidak begitu penting. Ini malasnya mempunyai janji dengan orang yang super sibuk.
"Gak janji, tapi di usahakan," ujarnya sambil menatapku.
Aku menatapnya tajam "berarti bisa aja batal dong!"
Dih, sama aja bohong!
"Ya bisa jadi, kita nggak tahu kan. Nanti ada halangan atau nggak," ucapnya terdengar menyebalkan.
Mau mancing emosi aja nih.
"Pokoknya harus jadi sih, udah lama nggak jalan! Nggak terima penolakan."
Aku segera menutup pintu ruang kerja Aga, malas dengerin dia bicara lagi.
***
Akhirnya jam tiga sore tepat, kita sudah siap untuk ke mall. Entah karena gertakanku atau apa, Aga akhirnya bersuka rela menghampiriku menyuruh bersiap-siap.
Tentunya dengan perasaan yang senang dong. Jarang-jarang aku bisa jalan dengan Aga, bahkan honeymoon kita saja belum sempat dilakukan. Aku mengerti akhir-akhir ini hubungan kita banyak masalah. Tapi setelah kejadian beberapa waktu lalu, Aga bertekad untuk melanjutkan hubungan kita ini.
"Kenapa malah diam di situ, udah siap apa belum?"
Aku menoleh ke arah Aga yang baru saja keluar dari walk in closet, penampilan Aga cukup kasual dengan pakaian serba hitam. Percaya nggak percaya laki-laki jika menggunakan pakaian hitam-hitam gantengnya nambah berkali lipat. Seperti Aga contohnya. Atau mungkin dia udah ganteng aja.
"Udah siap kok, yuk. Nanti sampai malam gakpapa ya Ga? Sekalian makan di luar, malas masak."
"Iya, hari ini aku siap antar ke manapun," ujar Aga. Bicaranya lembut sih, tapi mukanya tetap datar aja.
Kayaknya ini percakapan terlembut kita setelah menjadi suami-istri. Awal-awal menikah kita cek-cok terus menerus!
Mobil Range rover milik Aga mulai menyusuri jalanan yang lumayan padat, maklum wekeend day begini banyak orang yang mau keluar, mencari kesenangan setelah bekerja.
"Makan dulu aja Ga, gimana? Laper lagi nih," ucapku setelah kita memasuki mall.
Aga tidak banyak bicara, dia cuma menganggukkan kepala saja. Ternyata gak asik jalan bareng Aga! dari tadi nggak ada inisiatifnya. Tapi udah bersyukur dia mau jalan sama aku. Biasanya selalu nolak. Kecelakaan benar-benar buat Aga berubah ya!
"Loh itu kan Dion!" Aku menujuk ke arah Dion yang sedang makan di restoran ala Korea. Kebetulan aku juga memilih resto ini untuk menyantap makan sore. Buat tenaga menyusuri mall nanti, siapa tahu aku kalap belanja. Tenang ada Aga yang akan bayarin.
"Ck, nggak usah di samperin," Aga menarik tanganku, menjadikan tubuhku sejajar dengan dirinya.
Padahal aku juga gak niat nyamperin, kenapa sih, Aga kalau sama Dion sensi benget kayaknya.
"Gak ih, aku mau makan kok."
"Restoran lain aja jangan di sini," ucap Aga yang terdengar menyebalkan.
"Kenapa? Aku pengen di sin..."
Ucapakan terhenti kalan Aga tanpa bicara, langsung menarik tanganku begitu saja. Dasar! rese banget jadi orang.
***
Setelah menghabiskan waktu hampir 6 jam di mall, aku merebahkan tubuhku di kasur. Jalan bareng Aga harus ekstra sabar! Seperti kebanyakan laki-laki lain Aga tidak betah di ajak belanja sama sekali. Mana ngomel mulu lagi.
"Mandi dulu."
"Iyaaa," Aku hanya menjawab malas, Aga sudah membersihkan dirinya. Hanya aku yang belum beranjak sama sekali dari kasur kesayanganku ini. Mau bangun lagi malas.
"Kamu belum dapat kabar? kalau Wildan mau tunangan sama Clarinna."
"Hah!"
Ucapan Aga langsung membuatku bangun dari rebahanku.
"Yang bener kamu Ga! gosip aja kali." ujarku yang tidak percaya akan perkataan Aga, mana ngucapinnya santai aja. Dia emang gak ada rasa sedih gitu?
"Wildan sendiri yang ngomong," ujar Aga datar.
"Serius! Kamu gak bohong kan!"
Aga mengambil ponselnya yang berada di nakas dan menunjukkan room chatnya dengan Wildan kepadaku.
Aku membaca cepat chat an terakhir Wildan yang lumayan panjang. Mengejutkan lagi kala Wildan mengaku dijodohkan oleh kedua orangtuanya. Kenapa Wildan belum kasih tau aku sih, padahal aku lumayan dekat dengannya!
"Kamu gak papa Ga?" tanyaku kala melihat wajah datar Aga. Sakit gak sih perasaannya.
"Kenapa memangnya? Kita udah gak ada hubungan lagi," Aga hanya menjawab datar pertanyaanku.
Aku tahu, dia pasti sakit hati. Mana mungkin delapan tahun bersama Clarinna, gampang ngelupain itu semua.
Aku langsung meraih ponselku yang masih ada di tas. Ingin bertanya kepada Wildan, gimana bisa dia mau tunangan dengan Clarinna. Padahal aku lihat Clarinna bersama orang lain saat kondangan bersama Aga kemarin, kirain itu yang akan menjadi
"Mandi sana."
"Iyaa,"
Aku menuruti perintah Aga untuk segera mandi.
***
Keluar dari kamar mandi, aku tidak melihat Aga sama sekali di dalam kamar pasti dia di ruang kerjanya. Aga selalu begitu ketika banyak beban pikiran. Bukannya di buat tidur malah ngerjain kerjaan apa nggak tambah pusing!
Aku segera memakai piyama tidurku dan menyusul Aga di ruang kerjanya.
"Udah jam berapa Ga? Masih kerja aja. Apa nggak capek sih!" tanyaku dengan pandangan kesal. Dia masih bisa santai aja.
"Atau kamu lagi mikirin Clarinna ya! Makannya cari pelarian ke pekerjaan."
Topik tentang Clarinna mampu membuat Aga mengalihkan tatapannya dari laptop.
Dia menatapku cukup lama.
"Mulai lagi kamu."
Aku berdecak pelan "Makannya ayo tidur, lanjut besok aja kerjanya." Aku tidak peduli Aga akan ilfil dengan sifatku ini.
Dia akhirnya bangkit dari kursi kerjanya dan mulai berjalan kearahku, tanpa banyak kata Aga mengandeng tanganku pelan. Tidur dalam pelukan Aga memang nyaman, aku rasa ini pelukan ternyaman sepanjang kita menikah.
[BERSAMBUNG]
Aku update. Sorry baru sempat ngetik sepenggal part ini, ternyata di akhir part kemarin masih rame! And thank you for vote and your command di lapak cerita ini.
See you next chapter ya!!!
Di tunggu ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage Life (Completed)
Literatura FemininaMenikah dengan teman sendiri, bisa dibayangkan? Kaila Syifana tak menyangka bisa menikah dengan Aga Rion Danendra. Di saat ia sudah putus asa akan cinta bertepuk sebelah tangannya terhadap Aga. Pernikahan ini terjadi karena perintah dari Papanya. da...