29. Masalah

59.6K 3.1K 19
                                    

Happy Reading!

__________

From: Aga

Aku pulang telat hari ini

To: Aga

Iya, jangan malam-malam ntar aku sama Zian kangen :(

Aku semakin bucin saja kan?

Sudah hampir seminggu Aga mengabari jika akan pulang telat, dan pulang nya benar-benar malam bayangkan saja jam 10 malam baru sampai rumah. Ditambah dia yang masih bekerja lagi di ruang kerjanya itu, saat aku tanya dia hanya menjawab ada sedikit masalah.

Saat ini aku sedang bersama Zian di ruang keluarga, ada Mama Wulan dan juga Dinda yang kini ingin menggendong Zian.

"Eh- betul begini kan Mbak?" tanya Dinda sambil menggendong Zian dengan sangat hati hati.

"Iya, dibawa santai aja Din, nanti malah pegel tangan kamu. Kalau tegang begitu."

"Iya Mbak, masih agak takut soalnya."

Hubunganku dengan Dinda semakin baik saja, saat dulu aku berpikir Dinda akan terus membenciku, ternyata lama kelamaan dia menerimaku sebagai Kakak iparnya. Pastinya aku sangat senang bisa di terima di keluarga Aga, dulu orangtua ku sangat dekat dengan keluarga Aga. Sudah seperti keluarga besar saja. Tapi hubunganku dan Aga sempat rengang dulu, jadi aku sedikit manjauhi keluarganya, kalian tahu karena apa? Aku dituduh caper ke keluarga Aga, saat Aga baru berpacaran dengan Clarinna.

"Aga lembur lagi La?" tanya Mama Wulan yang sudah duduk di sofa lain, tadi Mama Wulan pamit untuk ke dapur sebentar, untuk manambahkan menu masakan kepada pembantu kami.

"Iya Ma pulang agak malam katanya."

"Itu anak ya, padahal udah jadi bapak tapi malah pulang telat-telatan begitu, awas nanti pulang!"

"Hsstt, jangan kenceng-kenceng suara nya Ma. Zian baru mau tidur nih." Dinda berucap pelan.

Mama langsung menutup mulutnya, saat Zian sudah tertidur setelah meminum asi.

"Bawa ke kamar La, tidurin di sana."

Aku mengangguk pelan, dan langsung membawa Zian ke gendonganku.

******

Aku hampir saja tertidur, saat mendengar suara pintu terbuka mataku kembali terbuka. Menemukan Aga yang langsung menaruh jas-nya di sofa. Penampilannya cukup kusut. Dan wajahnya menyiratkan banyak masalah. Entah seberat apa masalah pekerjaan-nya itu.

"Kok belum tidur?" Aga bertanya pelan saat melihat Zian yang sudah tertidur pulas.

"Tadi udah mau tidur sih, nungguin kamu nggak pulang-pulang." ujarku cemberut, emang masalahnya besar apa ya? sampai dia lembur hampir semingguan ini.

Dia malah tersenyum dan mendekat ke ranjang, mencium keningku pelan. Kan! Kalau begini aku mana bisa marah.

"Maaf, aku usahakan buat selesaikan masalahnya secepat mungkin. Aku juga kangen main sama Zian."

Aku mengangguk pelan, dan turun dari ranjang untuk membantunya berberes.

"Yaudah kamu mandi gih, aku mau buatin teh," ucapku kepada Aga saat dia tidak jalan-jalan ke kamar mandi dan malah memperhatikan ku.

"Oke ibu bos." Aga menepuk kepalaku sekilas dan berlalu ke kamar mandi.

Setelah hubunganku dan Aga jadi manis begini, dia semakin malas saja untuk menyiapkan keperluannya sendiri. Dari yang mengambil baju setalah mandi, dan masih banyak hal kecil lainya. Pokoknya harus aku yang mengurusinya. Jadi kayak punya dua bayi satu benar-benar bayi, dan satunya berkelakuan seperti bayi.

Aku berjalan ke walk in closet dan mengambil satu setelan baju santai Aga, untuk tidur. Dan berjalan ke arah dapur untuk membuat teh.

******

Dua cangkir teh chamomile sudah tersaji di meja kamar kami, berbarengan dengan Aga yang sudah selesai mandi.

"Nih minum dulu biar rileks, muka kamu kusut banget kelihatannya." ujarku setelah dia duduk di sebelahku.

Tanpa banyak kata Aga meminum tehnya.

Beberapa menit berlaku aku dan Aga sama-sama diam, menghabiskan teh yang masih tersisa sedikit.

Aga menatapku, mambuatku manatapnya juga "Wildan lagi ada masalah sama keluarganya."

"Kenapa?"

"Tadi dia datang ke kantorku, ceritain semuanya. dari yang Clarinna mengalami kesulitan untuk punya anak dan Wildan yang di desak keluarganya untuk segera mengambil keputusan, mereka ngasih pilihan mau ceraikan Clarinna atau menikah lagi." Perkataan Aga sungguh membuatku terkejut.

"Kok gitu? Bisa-bisanya mereka gampang banget mutusin pernikahan! Padahal mereka yang jodohin. Terus kalau gak sesuai ekspektasi harus cerai gitu. Gila!"

"Pelan-pelan ngomong-nya La, Zian hampir bangun."

Aku meringis pelan, dan melihat Zian yang sudah nyenyak lagi dalam box bayinya. Sungguh aku speechless dengan keluarga Wildan. Bisa bisanya mereka cuma mementingkan urusan mereka, ya aku tahu sih Wildan anak tunggal. Yang pasti akan membutuhkan keturunan, tapi kan usia pernikahan Wildan dan Clarinna baru seumur jagung! Masa di suruh pisah. Keterlaluan! Lagian mereka baru beberapa bulan menikah, siapa tahu ada keajaiban tuhan.

"Ya terus Wildan respon gimana? Jangan bilang dia mau nurutin kemauan orangtuanya Ga?" tanyaku mengebu.

"Dia tetap pilih Clarinna." Aga berucap datar.

"Kamu sedih Ga?" tanyaku pelan.

"Enggak La, aku pusing harus bantuin Wildan, juga kerjaan yang masih bermasalah. Sebenarnya aku gak mau ikut campur masalah Wildan."

Aku mengusap lengannya pelan, entah apa yang ada di pikiran Aga. Aku jelas tidak mau menerka-nerka, takut yang ada malah membuat ku selalu berpikir negatif terhadap Aga.

"Yaudah, yuk tidur kita pikirkan besok lagi. Kamu kelihatan capek banget Ga."

"Makasih La, kamu masih bertahan sampai saat ini. I love you, Really love. Aku berharap kita bisa membesarkan Zian bersama-sama."

Aku tersenyum menatap Aga, dia juga melakukan hal yang sama, hal selanjutnya Aga menciumku dalam dan menuntut seolah-olah menegaskan perasaannya. Yang sudah mulai terbentuk.

"I love you too, jauh sebelum Clarinna ada diantara kita."

Dan perkataanku membuat Aga terkejut, terlihat dari ekspresi-nya yang langsung menatapku menuntut penjelasan.

Emang cinta harus ada alesan-nya? Dulu memang Aga sangat perhatian aja sih, jadi aku mudah baper dan terjadi cinta sampai sekarang.

*******

"Pulang jam berapa kamu tadi malam! Ada anak istri di rumah malam pilih lembur di kantor!" Itu suara siapa lagi jika bukan Mama Wulan yang memarahi anaknya.

"Maaf ma, lagian Papa juga ngasih proyek segini besar. Kan jadi repot." Aga menjawab kesal.

"Udahlah Ma. Kita sarapan dulu, laper nih pagi-pagi udah ribut aja." Dinda juga ikut menimpali.

Aku tersenyum memperhatikan mereka, berkat mereka aku berasa punya keluarga yang utuh lagi. Dan pernyataan cinta Aga semalam membuatku semakin mengulas senyumku. Perkataan Aga memang sungguh-sungguh. Tatapan yang dulu diberikan Aga saat belum ada Clarinna di antara kita. Aku mendapatkan tatapan itu lagi dari Aga lagi setalah bertahun- tahun lamanya.

Aku masih memperhatikan Aga, Sampai dia sadar dan juga menatapku dengan senyum tipisnya. apa aku termasuk beruntung?

********

[BERSAMBUNG]

Hai aku update lagi nih, kalian udah pada tidur belum.

Komen yang banyak, dan jangan lupa vote yaaa

See you

Luv sekebon🤍🤎🖤💙💚💛🧡❤️💜

Marriage Life (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang