15. Masih di Rumah Mertua

62.9K 3.7K 47
                                    

Jangan lupa Vote ya

Happy Reading

______


Aku masih di rumah Mama Wulan mertuaku, dan tentunya masih ada Eyang Swastika dong. Kita malah disuruh menginap sekalian mau tidak mau akhirnya Aku dan Aga mensetujuinya mana berani Aga nolak kalau yang menyuruh Eyang Swastika.

Padahal bawa baju ganti saja tidak, alhasil meminjam baju milik Dinda adik perempuan Aga walaupun agak kekecilan sih tapi lebih baik daripada tidak ganti.

Sedangkan Aga masih punya stok baju di kamarnya ini, iya saat ini aku memang di kamar Aga sendirian. Jam sudah menunjukan pukul sepuluh malam, tadi kita semua memang kumpul di ruang keluarga tapi aku pamit duluan karena sudah sangat mengantuk, tentunya Eyang Swastika juga udah tidur mana berani Aku pamit duluan jika masih ada Eyang. Eh setelah cuci muka untuk Tidur malah tidak terasa ngantuk lagi.

Aku mengamati kamar Aga yang tidak banyak berubah hanya saja saat belum menikah, ada beberapa Foto Clarinna yang terpajang di nakas tapi sekarang foto itu sudah tidak ada lagi. Ya syukurlah Aga masih punya batasan.

Pintu kamar terbuka menampilkan Aga yang berdiri di sana, sambil melihatku dengan tatapan datarnya.

"Katanya mau tidur." ucapnya seraya memasuki kamar.

"Jadi gak ngantuk." Aku menjawab malas sambil merebahkan diri. Setengah hari ini tenaga lumayan terkuras karena Eyang.

Aga berlalu saja ke Kamar mandi, mau bersih-bersih biasanya.

Aku masih tidak menyangka bisa menikah dengan Aga, dulu aku mengejar dia sampai Aga sendiri menolak ku. Tapi sekarang mudah banget untuk jadi Istrinya.

"Tidur La." Tau tau Aga sudah di samping kasur aja padahal dengar suara dia jalan aja nggak.

Dia  juga ikut merebahkan dirinya di kasur yang lumayan besar ini.

"Aga." Aku memanggilnya pelan.

"Hmm,"

"Kamu sama sekali gak ada rasa ke aku?" Tiba-tiba saja aku bertanya random kepadanya. Entah dari mana pertanyaan ku ini.

Aga yang semula sudah tidur telentang, membuka matanya kembali.

"Kenapa tiba-tiba nanya begini?" Kebiasaan Aga yang selalu menjawab lain.

"Ya nanya aja!" ucapku sewot.

"Menurutmu gimana?"

"Ya gak ada rasa sama sekali." Iyakan? Aga mana pernah melirikku.

"It's not like that, it's just that I consider you as my family." ucapnya.

"Family?" tanya ku. Heran saja selalu alasan itu terus.

"Iya gimana lagi dari kecil kita selalu barengan kan? But I will try."

Bullshit banget. Mencoba-mencoba tapi dia selalu gagal aja, masih terbayang Clarinna. Iya sih Move On susah tapi ya jangan berlarut-larut dong!

"Kalau gak bisa lupa juga gimana?"

Aga hanya diam. Tatapannya lurus ke langit-langit kamar, kan apa aku bilang topik begini paling tidak disukai Aga, dia jarang bisa menjawab pertanyaan ku.

"Kamu gak bisa jawab Ga." gumamku pelan, tapi aku yakin dia masih bisa mendengarnya.

Hal yang selanjutnya di lakukan Aga membuatku tersentak kaget, Dia menarikku mendekat dan melabuhkan ciuman dibibir ku, ciuman lembut tidak menuntut yang mampu membuatku melayang dibuatnya, Aga memang pandai berciuman tapi tidak soal cinta.

"Kalau begitu buat aku lupa sama Clarinna. Buat aku lupa tentang masa lalu 8 tahun bersama, dan terganti kamu. Kaila,"

Ucapnya setelah menyelesaikan ciuman kami. Jarak antara aku dan Aga sangat dekat sehingga aku bisa merasakan nafas Aga yang berhembus diwajah ku.

"Gimana, gimana caranya Ga?" Aku menatap lurus ke matanya.

"Cara yang kamu bisa."

Dan setelahnya aku tidak bisa menjawab lagi. Sebab Aga sudah membungkam bibirku dengan bibirnya, lama-kelamaan ciuman kita menjadi lebih intens memberikan kesan panas. Aku sudah bisa menebak ini akan berakhir bagaimana sebab tangan Aga sudah aktif membuka kancing baju depanku, malam ini saksi aku menjadi istri Aga sepenuhnya meskipun belum sempurna. Sebab hanya ada cinta sepihak dan belum terbalaskan.

***


"Ini semua gara-gara kamu sih Ga, udah tau  lagi di rumah Mama, malah ngelakuin hal aneh-aneh, Ck!"

Kita bangun ketika hari sudah hampir siang, malu lah aku, apalagi ada Eyang, entah bagaimana nanti kalau aku keluar. Sudah pasti bakalan kena sindir.

"Gakpapa La, mereka pasti maklum." Aga hanya menjawab santai sambil memakai baju  putih polosnya, kita menyelesaikan mandi dengan terburu-buru.

Yaiyalah pasti yang kena sindir aku bukan dia. Cucu kesayangan!

Kami menuruni tangga. Rasanya dibuat jalan agak perih, apalagi Eyang yang mukanya terlihat tidak bersahabat sudah dipastikan aku akan kena sindir lagi.

Duh kenapa juga ngelakuin itu harus di Rumah Mama Wulan kan jadi agak canggung juga.

"Jam segini kok baru bangun."

Nah kan baru juga dibilangin, eh Eyang udah nyeletuk aja dengan suara medok khasnya itu.

"Nggakpapa Ma. Pengantin baru udah biasa begitu." Mama Wulan melirikku dengan alis terangkat.

"Dulu Mama juga begitu kok, malah lebih parah sampe hampir siang benderang." Mama tertawa pelan.

Aku meringis pelan, Mama Wulan ini memang gak ada malu-malunya.

Padahal ini baru pertama kali buatku, Mama tidak tahu saja anaknya itu bergerak lama untuk sekedar malam pertama sebagai pengantin seutuhnya.

Sedangkan Eyang Swastika hanya terdiam, tak lupa wajahnya juga masam. Seolah tidak rela aku bersama Aga, iyalah mantu kesayangannya kan Clarinna, aku cuma pengganti saja. Bahkan jika nanti aku bercerai dengan Aga aku juga harus siap.

"Gih kalian makan dulu, pasti tenaganya terkuras habis kan?"


***

"Aga, kamu cari  buah-buahan di sana, aku mau cari daging dulu." ucapku kepada Aga yang malas-malasan aku suruh.

Setelah pulang dari rumah Mama Wulan aku mampir ke supermarket dahulu, bahan-bahan di Rumah juga sudah habis semua.

"Kaila, iyakan?"

Aku menghentikan aktivitas ku memilih daging kala ada yang memanggil namaku. Sosok tinggi menjulang di sampingku yang samar aku kenali. Ehm kayak pernah liat tapi di mana?

"Masa gak kenal sama gue?" ucapnya lagi. Aku masih berusaha mengingat siapa laki-laki di depan ku ini, tapi tidak juga berhasil ku temukan.

"Dion, temen SMP lo."

"Oh elo Dion! Maaf dulu Lo agak gemuk sih, gak ngenalin lah. Sekarang pangling!" ucapku bersemangat.

Dulu kita Akrab tapi seletah lulus SMP dia sekolah di luar Negeri ikut Papanya yang bekerja di sana.

"Gimana kabar, katanya lo udah nikah?"

"Baik-baik, iya gue udah nikah lo sendiri gimana?

"Kaila."

Obrolan kita terhenti, saat Aga mendekat ke arah ku, wajahnya pun datar. Kenapa lagi sih Aga ini.

"Gue suaminya, Aga Rion Danendra." ucap Aga dengan suara tegas, entah apa maksudnya. Dia gak cemburu kan? Ya nggak lah mana mungkin Aga cemburu sama aku, orang yang tidak pernah di Cintainya.

***

[BERSAMBUNG]

Ayo vote dan komen yang banyak biar Author tambah semangat update.

Next Chapter

See you.

Marriage Life (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang