14. Marah

66.5K 3.5K 34
                                    

Jangan Lupa pencet bintangnya

Happy Reading!

_____

Kalian tahu jam berapa Aga pulang? Subuh-subuh! dengan kantung mata yang melingkar di area matanya tanpa banyak kata dia cuma langsung tidur sampai pagi. Tanpa repot- repot menjelaskan lagi kenapa dia harus nginep segala di rumah sakit, emang Clarinna gak punya keluarga apa? Kenpaa harus Aga yang jagain?

"Aga kamu mau bangun nggak!" Dengan kesal aku berteriak tepat dikupingnya saking kesalnya teringat kejadian semalam.

Aga berdecak keras, tapi dia juga nurut untuk Bangun.

"Bisa nggak lembutan dikit banguninnya, lagian juga libur." Dengan bersandar di kepala ranjang Aga berbicara sambil menutup mata.

"Kamu sendirikan yang samelem gak pulang!"

"Kenapa sekarang ngeluh," lanjutku lagi, kesal dengan Aga yang saat ini masih menutup matanya enggan bangun, walaupun aku sudah berteriak sedari tadi.

"Iya."

Aga bangkit dari duduknya dan berjalan saja menuju kamar mandi dasar suami gak pengertian!

"La ambilin handuk, lupa."

"Ambil aja sendiri," sahutku cuek.

"Tolong dong," teriaknya yang lumayan membuat telinga berisik.

Dengan malas-malasan akhirnya aku mau mengambilkan handuk untuknya, dia lupa apa sama kejadian semalem tanpa minta maaf sama sekali  seolah-olah melupakannya. Dasar laki-laki nggak pekaan.

"Nih," aku lemparkan saja handuk yang sudah ku ambil, Biar aja dia ngerasain di galakin perempuan.

"Santai dong La."

Tanpa memperdulikan ucapannya aku langsung keluar kamar begitu saja, lama-lama bisa darah tinggi juga dekat dengan Aga terus menerus.

Hari ini memang libur  biasanya aku sangat suka jika libur begini bisa santai sambil rebahan setalah bekerja full, entah sekarang malah pengen berangkat kerja males lihat Aga berkeliran di sini.

Dari pada nggak ada kerjaan akhirnya aku rela untuk membuat sarapan walau sedang jengkel kepada Aga, hitung-hitung dapat pahala.

***

"Hari ini ke mana?" Aga bertanya sambil sesekali menyesap kopi hitamnya, kita duduk berhadapan di meja makan setelah Aga menyelesaikan mandi pagi nya. Dengan aku yang diam sedari tadi tanpa kata apapun.

Bukannya minta maaf soal semalam, dia malah bertanya hal yang tidak penting sama sekali bagiku, padahal dia tahu aku lebih suka di rumah kalo weekend begini.

Ajakan untuk berbicaranya gak mempan!

"La kenapa sih dari tadi diem aja." lanjut Aga yang kelihatan mulai jengah.

"Soal semalam aku udah minta maaf." Enak banget ya Aga ngucapin tanpa beban.

"Emang Clarinna gak ada keluarga sampai harus kamu tungguin!" Akhirnya terucap juga kata yang aku tahan sedari tadi, melihat Aga yang tidak merasa bersalah sama sekali, membuatku geram sendiri. Ingin rasanya berteriak menumpahkan segala kelakuannya selama ini.

"Bisa gak kamu jangan negatif thinking."

"Negatif thinking? Kamu yang bikin aku begitu Ga."

Sepertinya sarapan pagi ini akan diisi keributan ku dengan Aga.

Aga menghembuskan nafas panjang terlihat sangat frustasi, entah apa yang sedang dipikirkannya. Sejauh ini menikah dengan Aga belum bisa membuatku bahagia, pasti ada saja permasalahan di antara kita.

"Di sana bukan cuma ada aku, ada sepupu Clarinna juga, orangtua Clarinna lagi di luar kota."

Aku diam saja, lebih baik kan daripada menanggapi omongannya. Padahal kan udah ada sepupu juga ngapain Aga masih nemenin.

"Terserah." jawabku datar.

Aga yang mendengarnya terlihat tidak puas.

Tanpa kata ia bangkit dari duduknya begitu saja, sepertinya mau keluar terlihat menuju ke arah garasi mobil. biarinlah terserah dia mau ke mana.

Tapi tidak berselang lama Aga balik lagi, dan menuju ke arahku.

"Nanti siang kita ke Rumah Mama, Mama yang nyuruh."

Aku hanya mengangguk saja menanggapi Aga.

Why? Tumben Mama nyuruh aku dan Aga ke sana. Padahal jadwal ke Rumah Mama masih minggu depan.

***

Aku dan Aga sampai juga di pelataran Rumah Mertuaku, ternyata Mama sudah menunggu di depan rumahnya se niat itu ya. Tadi berangkat pun harus cekcok dengan Aga yang katanya tidak usah membawa buah tangan untuk ke rumah Mamanya, aku yang Menantunya gak enak hati dong ke sana dengan tangan kosong.

Tapi kesenangan ku tidak bertahan lama setelah melihat orang yang baru saja muncul di balik pintu, Eyang nya Aga yang kemarin terlibat perseteruan dengan ku. Mau tidak mau aku juga menyalami tangan Eyang Swastika walaupun dia terlihat tidak rela tangannya disentuh olehku.

"Selalu telat ya, nggak di mana pun tempatnya." Baru aja sampai sudah dijulidin lagi.

"Maaf Eyang." jawabku singkat disertai wajah se bersalah mungkin biar Eyang tidak berlanjut julid kepadaku.

"Yaudah Masuk yuk makan siang, Mana udah masak banyak tadi." Mama akhirnya berbicara mengakhiri tatapan mengintimidasi dari Eyang Swastika kepadaku.

"Padahal tadi saya mau lihat kamu bisa masak atau enggak. Ternyata datangmu malah jam satu, sudah telat!" Eyang Swastika tak henti-hentinya menyindirku.

"Bukan salah Kaila, Tadi Aga yang ketiduran Eyang." Aga yang menjawabnya. Aku rasa dia membelaku padahal dia nggak tidur.

"Kamu belain terus istri kamu," Eyang menatap Aga tidak suka.

Duh nenek satu ini maunya apa sih kayaknya aku yang paling salah terus dimatanya. Mana tatapan Dinda adik perempuan Aga juga tidak bersahabat lagi.

Mereka itu kenapa sih, aku nggak pernah tuh bikin kesalahan fatal ke mereka, tapi mereka seolah-olah marah karena aku yang bikin salah. Padahal perjodohan aku dengan Aga kan karena Papa Mertuaku.

Harus sabar-sabar pokoknya nanti juga lama-lama mereka luluh sendiri walaupun mustahil sih, tapi berharap Positif ke depan nhggak ada salahnya kan.

***

[BERSAMBUNG]

Maaf ya telat update, Akhir- akhir ini sibuk banget. tapi bakal diusahain update rutin :)

NEXT CHAPTER!

Komen yang banyak.

See you!

Marriage Life (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang