32. donor ginjal?

51.5K 4.6K 712
                                    

baru update...

Lamat amat ye kek nungguin chat dari dia

Maafnya karena aku juga ada kesibukan 🙏

Oke, sebelum lanjut kalian sudah vote? Untuk next part yuk aku tunggu sampai 2k vote.

Kalau ada ejaan kata atau penulisannya salah. Aku pasti akan revisi. Mohon maklum semuanya karena ìni pertama kali aku bikin cerita dan akan di lanjutkan 🙏

Mohon bijak dalam pengambilan amanat dari isi cerita ini ya.

jangan lupa untuk follow instagram @wattpadlyys karena banyak update-an ceritaku disana.

Happy reading!!

~~~

Aktivitas selama seminggu kemarin adalah bekerja di sebuah supermarket dan cuci darah dirumah sakit. Rasanya ingin memberhentikan hal itu semuanya dari besok. Tapi kenyataan nya tidak bisa. Awan selalu berdoa agar sembuh dari penyakit ini. Keempat sahabatnya yaitu fani, sheila, kiara dan bella pun bertanya-tanya. Kenapa wajah awan selalu pucet seminggu ini?

Jawabannya selalu 'gapapa'. Itu membuat bingung sahabatnya. Apalagi hari ini pelajaran kelas duabelas mipa tiga adalah olahraga basket. Terkecuali awan, perempuan itu tidak mengikuti pelajaran olahraga.

Duduk di samping lapangan sambil melihat pemandangan orang bermain basket. Teman-temannya sedang tertawa bersama ditengah permainan tersebut. Sedangkan awan? Dia meratapi nasibnya karena kata dokter tidak boleh kecapean. Daya tahan tubuh awan semakin lama menurun semenjak dia melakukan cuci darah.

Kiara berjalan dan duduk disebelah perempuan yang berseragam abu-abu. "Muka lo pucet banget, wan! Lo sakit?"

Tentu awan menggelengkan kepala sembari tersenyum menatap sahabatnya yang sedang duduk disampingnya.

"Jangan bohong, awan. Itu keliatan banget pucet," tambah fani yang duduk disebelah awan. Diikuti sheila pun duduk disamping sahabatnya yaitu fani.

"Oh iya seminggu kemarin lo kemana aja?" Tanya bella membuat awan menoleh ke samping kiara. Karena posisinya bella ada disamping perempuan itu.

"Enggak kemana-kemana, bel. Cuman lagi banyak urusan aja," balas awan ragu.

Tiba-tiba datang dua perempuan menghampiri mereka sambil membawa makalah tugas. Viola dan alena. Iya dua perempuan itu melempar makalah tepat di wajah awan. Sungguh membuat semua orang terkejut atas perlakuan mereka berdua.

Dengan siap kiara berdiri sambil membela sahabatnya. "Mau cari masalah lagi lo?"

"Jaga omongan lo! Yang cari masalah itu bukan gue tapi dia," ujar viola sembari menunjuk awan sebagai sasaran.

"Ngapain lo nunjuk awan? Ada masalah apa?" Tanya fani membuat alena tersenyum sinis.

"Sekarang coba tanya sama sahabat lo ini. Kenapa mau bohongin kita? Gara-gara lo kita di hukum!" Tegas alena sambil maju ke hadapan awan. Sedangkan awan masih terduduk diam.

Alena mendorong sebelah bahu awan. "Woy cewe murahan! Malah diem lagi lo? Bisu atau enggak punya mulut?"

"Sumpah mulut lo juga lemes banget len. Bisa-bisanya rivan gamon sama perempuan kayak lo," sindir sheila pada alena.

"Jaga mulut lo, shei! Gua enggak pernah berharap sama rivan, cuman itu cowok aja yang ngejar gue terus," alena memudurkan langkahnya sejajar dengan viola.

AWAN [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang