38. pertemuan

36.6K 3.8K 810
                                    

haloo balik lagi sama aku fren...

alangkah baiknya sebelum membaca kalian vote sama follow dulu kali!

Banyak juga yang komen kalau aku update-nya lama. Aku minta maaf semuanya karena dua hari belakang ini aku lagi sakit :3
Untuk para pembaca jangan lupa jaga kesehatan kalian!!

oh iya jangan lupa follow instagram
@wattpadlyys @marrshi_ @antialigatorzone @theverofc

Sampai sini ada yang berlayar di kapal awanlangit?

terimakasih sudah mau mendukung dan membaca cerita aku!

happy reading!!

~~~

Rumah mewah dan kokoh kini awan pandang dengan teliti. Wanita paruh baya itu sedang mengambil teh untuk awan. Ia duduk di sofa berwarna coklat, dan menatap wanita paruh baya itu yang mengaku sebagai ibu kandung awan. Gadis yang masih memakai seragam sangat kebingungan atas kejadian yang tak disangka. Semuanya terjadi secara cepat. Dan tak terduga.

"Tante itu beneran mamah saya? Apa buktinya, Tan?" Semua pertanyaan yang dibenak awan telah ia sampaikan langsung walau bibirnya ikut bergetar hebat.

"Nama saya indah Pertiwi. Saya juga punya foto masa kecil kamu,"

"Bi asri, tolong ambilkan foto lama saya di meja kamar," panggil indah pada bi asri. Tak lama kemudian bi asri kembali sambil membawa foto.

"Yaudah Bu, saya permisi ke belakang dulu," pamit bi asri. Indah mengangguk pelan.

Indah selaku mamahnya awan memberikan semua foto itu. "Ini kamu bisa liat sendiri,"

Awan tergejolak kaget saat foto itu sudah di tangannya. Ia kembali menatap indah. "Tante-"

"Panggil saya mamah, bukan Tante lagi," potong indah dengan senyuman.

"Mah...kenapa baru sekarang?" Awan langsung mengusap kedua pipinya karena sudah dibasahi oleh air matanya. Indah-mamahnya langsung memeluk gadis yang berada disebelahnya.

"Awan maaf, semuanya salah mamah udah tinggalin kamu,"

"Maaf udah bikin kamu kecewa,"

"Sekarang kamu tinggal sama Ivan?"

Awan mengerjap kaget sambil melepaskan pelukan. "Mah, aban-"

"Dia bukan kakak kamu, awan."

"Hah? Enggak mungkin, mah!"

"Ivan hanya anak yang di telantarkan oleh ibunya di dekat sungai," ia memegang pundak awan.

"Tapi awan pengen nanya sama mamah,"

Indah tentu saja mengangguk. "Mau nanya apa sayang?"

"Kenapa mamah pergi ninggalin aku maupun Abang?"

"Kalau enggak ada Abang aku enggak bisa hidup kayak sekarang! Dan aku juga putus sekolah,"

Awan meneguk salivanya. Ia menatap tajam indah. "Pada saat itu, dimana mamah? Coba bilang ke aku!"

"Walau Abang juga jahat sama aku, tapi mamah juga sama aja kayak Abang! Awan enggak pernah ngerasain kebahagiaan," geram awan pada indah. Awan berdiri sembari mengambil tasnya.

"Mamah punya alasan untuk ninggalin kamu,"

"Apa, mah? Omong kosong!" Awan langsung membalikkan badannya dan pergi meninggalkan ruangan itu. Tapi indah juga sudah mencekal tangan awan terlebih dahulu.

AWAN [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang