Suasana kantor langsung terasa mencekam saat seseorang yang sangat berpengaruh melewati mereka memasuki ruang kerjanya. Tak ada yang berani menyapa, mereka hanya bisa menundukkan kepala sambil menahan napas.
Sudah hampir satu bulan, tepatnya setelah kabar kepergian istrinya yang sekarang masih dipertanyakan keberadaannya, sikap CEO mereka menjadi semakin menakutkan.
Bukan, bukan karena dia yang suka marah-marah tak jelas, atau tak bisa menolerir kesalahan karyawannya sekecil apapun sehingga terjadi pemecatan dadakan. Sungguh, menurut mereka itu masih wajar-wajar saja. Pemikiran kacau akan berdampak pada pekerjaan juga orang sekitar itu hal normal. Mereka hanya perlu bersikap lebih hati-hati saat bekerja. Namun, CEO mereka tidaklah seperti itu. Bahkan jika mereka yang punya niat buruk, ini adalah kesempatan mereka untuk beraksi.
Selama ini, mereka tak pernah melihat CEO mereka melakukan kesalahan sedikit bahkan sekecil apapun. Dia selalu terlihat cermat, sangat hati-hati, juga teliti. Bahkan hanya sekedar tanda koma dalam satu berkas pun dia akan langsung tahu. Tapi sekarang? Bahkan jika ada yang menaruh kulit pisang tepat di depan sepatunya pun, dia takkan menyadarinya.
Radhi Ahmad Firdaus, seorang CEO dari FS corp, yang terkenal dengan sikap perfectionis-nya, mendadak menjadi manusia yang paling ceroboh.
Tak jarang, Radhi memakai baju dengan kancing yang mengait secara gingsul, atau dasi yang hanya diikat seperti pita kado. Jangan lupakan dengan rambutnya yang sudah sedikit memanjang, dan mereka yakin jika Radhi jarang sekali menyisir untuk sekedar merapikannya saja.
Perubahan drastis pada diri CEO mereka sangat berpengaruh pada semua karyawannya. Mereka sudah merasakan takut, bahkan sebagian dari mereka sudah mulai meragukan kinerja sang CEO dalam mengelola perusahaan. Apalagi penurunan omset produksi membuat mereka pesimis jika FS tidak bisa diselamatkan. Ditambah persoalan insiden dua bulan yang lalu masih menjadi teka-teki dan sampai sekarang belum selesai.
“Selamat pagi, Pak.” Raffi, sekretaris Radhi pengganti Doni yang sudah pensiun, menyapa.
“Hm.” Radhi menjawab sambil berlalu. Memasuki ruang kerjanya dengan langkah seperti biasa. Dingin dan datar.
Radhi menduduki kursi kebesarannya, mengembuskan napas dan bersandar sambil memejamkan mata. Kepalanya sedikit berat karena dia kekurangan istirahat. Ditambah rasa mual yang selalu dia rasakan saat pagi hari dikarenakan pola makan yang tidak teratur.
Terbiasa tidur dengan memeluk Maira, maka setelah kepergiannya dia tak lagi merasakan yang namanya tidur nyenyak, bahkan cenderung tak bisa tidur sama sekali. Dia rindu, sangat rindu hingga saat mengingatnya dia seolah tercekik sampai sulit bernapas. Rindu dan merasa bersalah. Sesal yang membuatnya kian tersiksa setiap waktu.
Tangannya mendial nomor yang sebulan ini selalu dia hubungi. “Bagaimana? Apakah sudah ada perkembangan?” tanyanya saat telepon sudah terangkat.
“….”
Radhi memejamkan matanya rapat. Raut wajahnya mengeruh mendengar jawaban lawan bicaranya. Setelahnya mengembuskan napas. “Saya masih menunggu kabar baiknya.”
Klik!
Radhi melemparkan ponselnya dan kembali menyandarkan punggungnya. Sampai saat ini dia belum menemukan keberadaan Maira. Bahkan dia sudah menambahkan orang-orang ahli untuk mencarinya. Setidaknya dia sedikit merasa tenang jika istrinya baik-baik saja. Dua hari pasca kepergian istrinya, ibunya menerima surat yang ternyata dari Maira, mengabarkan jika wanita itu baik-baik saja. Membuat Melisha sedikit tenang tidak terus-terusan menangis dan betingkah heroik saat bertemu dengannya.
“Sayang, kamu belum puaskah bermain petak umpetnya? Mas merindukanmu. Mas ingin memelukmu dan meminta maaf padamu. Jangan begini! Rasanya sesak, sakit dan menderita. Pulanglah, Khumaira sayang!” lirihnya penuh siksa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suami Killer-ku (On Going)
General Fiction--Saat cinta diperkuat dengan ikatan pernikahan.-- "Bang!" "Ya." "Kenapa Abang lamar Mai?" "Ingin." "Apakah ... Abang selama ini jatuh cinta ya pada Mai?" "Jangan sembarangan!" Gadis itu mencebikkan bibirnya, 'Kalau gak cinta, ngapain ngelamar, kan...