Acara yang digelar Perusahaan Firdaus Style tentang rancangan baru yang tak lain hasil karya istri CEOnya, ternyata mebawakan hasil yang sangat memuaskan. Hampir 90 % Yang hadir di sana berdecak tak dapat menahan kekaguman mereka.
Shovy tersenyum penuh kepuasan. Meski acara ini bukanlah untuknya. Namun dia ikut merasakan kebahagiaan yang tenagh dirasakan Maira dan juga Radhi. Senyumnya perlahan kecut saat mengingat pasangan suami istri itu.
Bukan, dia bukan cemburu. Tapi lebih kepada menyesal dan juga malu atas tindakan yang selama ini dilakukannya. Dia malu karena sempat mempunyai niat busuk. Merusak keharmonisan Pasutri itu.
Dia akhirnya sadar, sebanyak dan sebesar apapun usahanya merebut Radhi dari Khumaira, pasti akan berakhir sia-sia. Radhi sangat mencintai dan memuja istrinya. Semakin dia berusaha, maka semakin terlihat pula bahwa dirinya memang kotor dan menyedihkan.
Sekuat apapun dia mencari jalan agar hubungan mereka renggang, maka dia akan menerima hasil yang sama. Dia yang kalah. Dia yang semakin cemburu dan semakin sakit hati. Bahkan setelah dipikir-pikir, dia begitu sangat murahan.
Setelah ini Shovy bertekad, akan melupakan Radhi. Mengikhlaskannya, karena memang sejak awal Radhi bukanlah haknya. Dia juga akan meminta maaf pada keluarga itu, terutama Maira.
“Hei, kenapa cemberut? Cemburu lagi sama suami orang?”
Shovy sontak menoleh saat mendengar teguran seseorang yang jelas tengah menyindirnya. Namun bukannya merasa tersinggung, Shovy malah terkekeh, “Kok aku senang ya dapet pujian itu.” Dia menanggapi sindiran bumil di sebelahnya.
Alexa seketika melotot, tetapi tak urung ikut tersenyum. Wanita hamil itu merasa bahagia, akhirnya sahabatnya sadar dan memilih untuk menyerah. Walau dia tahu takkan mudah bagi Shovy, tapi dia yakin jika sahabatnya ini bisa melaluinya. Dia selalu berdo’a agar Shovy segera dipertemukan dengan jodoh terbaiknya.
“Move on. Susah banget gitu aja.” Alexa pura-pura meledek.
Shovy berdecak, “Aku itu sebenarnya ngikuti jejak kamu, merjuangin orang yang kita cintai.”
Alexa menggeplak lengan Shovy, “Yang aku perjuangin itu bujangan ting-ting.”
“Iya, iya. Aku kira semua bakalan sama.”
“Huh, bedalah.”
“Hihihihi, becanda. ALhamdulillaah, aku udah tobat kok. On proses move on dari suami orang.”
Alexa tersenyum bangga, andai dia tak ingat bahwa tengah berbadan besar, dia pasti akan berjingkrak meloncat-loncat karena kebahagiaan. “Uuuuuh, kamu memang sahabatku.”
Shovy menggenggam tangan Alexa, “Thanks ya. Kamu selalu support aku dan terus mengingatkanku.”
“Tentu. Aku tak ingin persahabatan kita hanya di Dunia saja. Tapi aku berharap sampai Jannah-Nya.”
“Aamiin.”
“Kak.”
Obrolan keduanya terhenti saat seseorang memanggil salah satunya.
“Ya?” Shovy bertanya saat tahu jika Manager-yang tak lain adalah sepupunya sendiri menginterupsi obrolannya dengan Alexa.
“Kakak sebentar lagi naik ke panggung untuk wawancara tentang acara ini.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Suami Killer-ku (On Going)
General Fiction--Saat cinta diperkuat dengan ikatan pernikahan.-- "Bang!" "Ya." "Kenapa Abang lamar Mai?" "Ingin." "Apakah ... Abang selama ini jatuh cinta ya pada Mai?" "Jangan sembarangan!" Gadis itu mencebikkan bibirnya, 'Kalau gak cinta, ngapain ngelamar, kan...