"Hahahaha, awww sshh." Maira meringis. Tangannya mengelus pinggang yang baru saja terkena serangan tawon. Sakit nyeletit, senut-senut. Matanya menoleh ke arah sang tersangka disertai tatapan laser, berharap akan menembus sampai ke tulang-belulang. Bibirnya mengerucut, "Mami, ish. Sakit banget."
Sedang sang tersangka hanya membalas dengan muka watados. Tak lupa tangannya sudah tertancap paten di pinggang, susah dicabut, "Itu tawanya mohon dikondisikan, ya! Wajah aja yang mirip Cinderella, tapi sikapnya persis ibu tirinya."
Aliza semakin melongo melihat interaksi antara yang katanya ibu dan anak ini. Sungguh. Kayla lebih pantas disebut kakak Maira, daripada disebut ibu. Wajahnya yang masih cantik, membuat siapa saja yang baru kenal pasti gak akan percaya kalau wanita di hadapannya itu adalah ibu sahabatnya. Termasuk dirinya. "Ck, pantesan saja pak Rei ganteng banget. Wong ibunya cantik kebangetan."
Aliza mengerjap saat pikirannya menggumamkan sesuatu yang tidak disetujui otaknya. "Siapa yang mengatakan pak Rei ganteng? Iuuuh ... gak, ya!"
"Udah ah, Mi. Mai tertawa juga karena respon Mami sama sahabat Mai gitu amat. Mami gak lihat gimana mimik muka Aliza saat Mami menyapanya? Pucat pasi. Itu tandanya Mami lebih mengerikan daripad---" Maira mengangkat tangannya, saat sang ibu menatapnya dengan mata bola. "Jaga sikap, Mi! Aliza benar-benar shok lihat Mami melototin Mai. Gimana mau dapet mantu coba, kalau Mami memperlihatkan sikap Mami yang jauh dari kriteria 'mertua idaman'."
Mendengar semua ucapan putrinya, Kayla refleks menoleh pada Aliza. Tubuh Aliza langsung menegang kala ibu sahabatnya menatap lekat ke arahnya. Ayolah! Secantik apapun orang itu. Jika ditatap seperti itu, dijamin jantungan. Pasti.
Kayla menghembuskan nafasnya, benar juga, teman putrinya ketakutan.
"Hai, Sayang! Kenapa ngumpet di sana? Mari, Nak. Bangunlah!" ujar Kayla lembut. Aliza sukses dibuat melohok untuk ke sekian kalinya. Takjub dan terpesona. Seolah tak ingat dengan kejadian beberapa menit yang lalu.
Sedang Kayla terus menatap teduh wajah cantik gadis di hadapannya ini. Entah ke mana sikap brutalnya dia buang. Ya, setidaknya untuk sekarang ini, masa pendekatan dengan calon mantunya ini. Jujur saja! Kayla langsung jatuh cinta sama Aliza di pandangan pertama. Di matanya, Aliza special pokoknya. Sama suaminya saja, Kayla mencintai di pandangan yang entah ke berapa ratus kalinya. Inikah insting seorang calon mertua pada menantunya?
Mendengar semua monolog di otaknya. Tanpa sadar Kayla cekikikan. Ahhh, membayangkannya saja dia sudah bahagia banget. Apalagi jika kenyataan. Mengingat itu semua, Kayla semakin bersemangat akan menjadikan Aliza sebagai menantunya. "Fighting!" Serunya sambil berteriak.
"Astagfirullaah!" teriak Maira dan Aliza bersamaan.
"Istighfar, Mi! Nyebut! Nyebut!" ucap Maira sambil memijit pinggang ibunya. Yang di hadiahi pelototan samar oleh sang ibu. "Emang putri alahiyem. Dikira Maminya sakit encok, apa?" ucapnya dalam hati terus menatap Maira. Seolah sedang mengomeli putrinya dengan bahasa telepati.
Melihat itu, Maira tersenyum cengengesan. Merangkul lengan sang ibu, dan kembali menoleh ke arah sahabatnya, "Al, ke dalam, yuk! Gak pegel emang jongkok di sana terus? Kenalkan ini adalah Mami Mai yang cantiknya ulala, dan Mami May yang caeumnya emblaem-blaem, ini Aliza." Maira akhirnya memperkenalkan mereka satu sama lain.
"Assalamu'alaikum. Aliza, Tante," sapa Aliza mengulurkan tangan.
Kayla semakin berbinar, ternyata Aliza gadis yang baik. Memberi ucapan salam terlebih dahulu. Menyambut uluran sahabat putrinya, dan langsung dibawa Aliza ke depan bibir untuk diciumnya.
Setelah Aliza menegakkan badan, Kayla menarik lembut tubuh Aliza. Dibawa ke dalam pelukannya. "Wa'alaikumussalaam, cantik. Perkenalkan, nama Tante, Kayla. Bisa disebut Mami, seperti Mai, kok. Hehe."
KAMU SEDANG MEMBACA
Suami Killer-ku (On Going)
Genel Kurgu--Saat cinta diperkuat dengan ikatan pernikahan.-- "Bang!" "Ya." "Kenapa Abang lamar Mai?" "Ingin." "Apakah ... Abang selama ini jatuh cinta ya pada Mai?" "Jangan sembarangan!" Gadis itu mencebikkan bibirnya, 'Kalau gak cinta, ngapain ngelamar, kan...