4

6.8K 459 10
                                    

"Dek, cepat, sebentar lagi jam pelajaran dimulai!" Reinald memanggil adiknya sambil terus menatap jam tangannya. Dia sudah mondar-mandir menunggu adik perempuan satu-satunya yang sekarang sudah beranjak dewasa itu. "Dek, Kakak tinggal nih!" tambahnya sedikit mengancam.

'Tuk-tuk-tuk' suara ketukan sepatu tengah melangkah satu persatu di undakan tangga. Teratur dan terlampau santai.

Reinald berdecak sambil menggelengkan kepalanya. Khumaira, adiknya yang cantik jelita, ayu dan mempesona. Adik perempuan satu-satunya ini dari kecil sampai sekarang masih saja membuat seluruh keluarga kelimpungan dengan tingkahnya.

Waktu kecil, tingkah Maira yang hiperaktif membuat keluarganya selalu khawatir nyaris jantungan. Beranjak dewasa, kecerobohannya membuat keluarganya sering mengurut dada. Dan sekarang apa? sosok adiknya itu berubah anggun dan kalem, sangat cocok dengan wajah dan styles fashionnya. Cantik, modis dan ideal. Namun ada yang disayangkan, saking kalemnya, jadi teramat kalem, sangaaaat teramat kalem, bahkan cenderung cuek. Kadang membuat orang di sekitarnya kepingin garuk bulu ketiak.

"Astagfirullah, Khumaira. Kakak kan udah bilang ... cepaaat! Kakak ada kelas mengajar sekarang," ucap Reinald melihat Maira dengan tenangnya menuruni tangga sambil membaca buku. Tidak mengindahkan gerutuannya. Karena gemas, Reinald merebut buku dari tangan adiknya.

"Astagfirullah, Kakak Kembalikan iiish! Mai ada kuis hari ini," protes Maira saat bukunya diambil paksa kakaknya.

Reinald melirik buku tersebut, dahinya mengernyit. "Kok, ini ... buku fakultas kesehatan, kamu kan dari fakultas seni?" Bukannya memberikan, Reinald malah memberi pertanyaan.

"Mai ambil jurusan kesehatan juga," jawab Maira merebut kembali bukunya.

Reinald menatap adiknya sendu, sangat jelas perubahan adiknya. Ketidak setujuan seluruh anggota keluarga atas keinginan sang adik untuk kuliah di Paris. Karena ke-overprotectivan keluarganya, tak menyangka kalau itu bisa membuat Maira membunuh cita-citanya sendiri.

Sudah setahun, pasca adik bungsunya pergi ke NY untuk melanjutkan pendidikannya, Maira yang sempat melakukan mogok bicara itu berubah hampir 70%, meski gadis itu tetap ceria dan tersenyum, tapi tetap saja seakan ada yang hilang dari diri adiknya itu. Tidak ada lagi semangat dalam meneliti apapun yang menurutnya penasaran atau bereksperimen, apalagi semangat tentang berbagai rancangan di bidang fashion stylysh yang dulu Maira kibarkan secara berkobar.

Reinald masih ingat saat Maira mulai mengikuti ekskul tentang cara jahit-menjahit waktu SMA dulu, membuat barang kesayangan keluarganya menjadi korban bahan percobaan Maira. Sarung keramat ayahnya, daster kebanggaan ibunya, celana kesayangan adiknya, bahkan karena ulah adik perempuannya itu, Reinald mendapatkan ciuman mesra dari sepatu pacarnya waktu itu.

Waktu itu pacarnya pulang dari liburannya di Negri Sakura. Sang pacarnya memberikan oleh-oleh berupa kaos yang katanya couplean. Besoknya Reinald kelimpungan mencari kaos pemberian sang pacar yang akan dipakainya kuliah hari itu, karena sudah janjian sama si pacar akan memakai kaos tersebut.

Reinald melotot melihat kaos itu sudah tak berbentuk, robek di sana-sini seperti ada yang sudah mengguntingnya, bahkan sebagian sobekannya sudah teronggok di tempat sampah. Hari itu pula Reinald mendapatkan kejutan cinta dari pacarnya, berupa bogeman dari alas sepatu pacarnya di kedua pipinya. Meski Sebenarnya dia merasa bersyukur, karena tanpa harus memberi alasan yang menguras otak tampannya, pacarnya memutuskan dirinya lebih dulu.

Dan ... banyak lagi korban ulah eksperimen Maira yang kadang membuat sang ibu selalu berkoar akan memasukan adiknya kembali ke dalam perut.

Namun, semenjak satu tahun yang lalu suasana tersebut berubah menjadi helaan nafas. Ternyata, Maira yang jalingkak terasa lebih baik dari pada Maira yang kalem seperti ini. Meski adiknya sangat baik-baik saja, tapi melihat Maira kehilangan semangat dalam meraih cita-citanya di dunia Seni, itulah yang selalu membuat seluruh keluarganya merasa bersalah sampai saat ini.

Suami Killer-ku (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang