16

6K 477 44
                                    

Tubuh Maira mematung, mata bulatnya semakin melotot. Mulutnya menganga. Jadi si dokil itu mendengar semuanya? Huaa bagaimana ini?

Mata Maira terpejam, tak tahu harus bersikap apa. Dia malu, sangatlah malu. Bang suhe, ah tidak! Si dosen killer ini pasti besar kepala karena mengetahui apa yang dirasakannya.

"Jangan besar kepala. B-bang Su-suherman i-itu, bu-bukan A-abang, kok!" ucap Maira dibuat sesinis mungkin.

Radhi mengerutkan dahinya. Namun seketika tatapannya menajam, "Siapa Suherman?"

"Sudahlah! Abang gakkan mengerti," tandas Maira pura-pura marah. Padahal dia berkilah agar tidak terlalu malu, dan entah mengapa aura Radhi seperti tengah mengintimidasinya. Maira berbalik secepat kilat, bersiap mengambil langkah seribu.

Radhi melotot ke arah Maira, saat gadis itu lari tanpa aba-aba. "Hey, aw--" 'Bruk!' "waasss!" Terlambat. Sekarang Maira sudah terduduk di lantai dekat tangga.

Maira meringis sambil memegang pantatnya yang baru saja mencium mesra ubin itu. Siapapun yang melihat pasti ikut meringis membayangkan betapa sakitnya itu. Maira bangkit dengan susah payah. "Aduuuh, pasarku, sakit banget," keluh Maira mengelus-elus pantatnya.

Radhi memalingkan wajahnya saat melihat apa yang dilakukan Maira. Padahal cuma lagi elus-elus pantat. Dasar aja, pikiran Radhi yang memang sudah berlebel 'Mature Content', pantat aja dikira gula kapas.

"Astagfirullooh! Kenapa lagi ini? Mai, kamu kenapa?" Kayla kembali menghampiri putrinya yang menjerit sekali lagi, disusul oleh teriakan Radhi.

"Mi, huwaaa ... pasar Maira sakit. Doi cium lantai. Bakalan tepos gak, ya?!"

Radhi menelan kata-katanya kembali, karena Maira duluan merespon ucapan Kayla. Ibu dari gadis ... Hulknya.

Kayla mengerutkan dahinya, "Kenapa bisa cium lantai?"

"Maira tadi nabrak pagar tangganya, Tante." Sekarang Radhilah yang menjawab pertanyaan Kayla. Karena Maira tak kunjung menjawab.

"Ya ampun, Mai. Kenapa mesti nubruk pagar, sih? Sementara ada cowok ganteng yang lebih enak ditubruk. Bang Suhemu." Kayla menunjuk Radhi saat mengucapkan 'bang Suhemu'.

"Mami!"

"Mami!"

Maira dan Zamzam memanggil Kayla hampir bersamaan. "Dasar istri tulalit. Makin tua makin genit," rutuk Zamzam membatin. Untung cinta.

'Mami!!!' Maira berteriak memanggil Kayla dalam hati. Mau merutuk, takut jadi Malin Kundang.

Sedang Radhi membeku seketika mendengar penuturan Kayla. "Bang Suhe?"

"Iya, itukan julukan Maira buat kamu. Bang Suhe. Singkatan dari---"

"Mami. Maira sebel sama Mami," teriak Maira sambil berlari menaiki tangga.

"Awas, nanti jatuh lagi. Dibilangin jangan ancul-anculan jika di tangga. Ngeyel." Kayla bukannya merasa bersalah, dia malah menanggapi kemarahan putrinya dengan omelan.

Zamzam menggelengkan kepalanya, sedang Radhi tersenyum simpul. Dia rindu kelakuan ibu dan putri ini. Sudah menjadi rahasia umum jika Maira dan Kayla atkan Tom Jerry. Tapi Radhi tidak tahu, suasana itu sudah tak ada lagi semenjak kepergian adik Maira, Rendy yang kuliah ke AS. Lebih tepatnya, Maira yang sudah bersikap kalem, tidak menanggapi keusilan ibunya. Dan ini, kali pertama mereka kembali berperang mulut.

"Pi, sepertinya putri kita kembali normal, deh!" sahut Kayla antusias.

" Mami ini ... memangnya putri Papi abnormal?" Zamzam tidak setuju dengan ucapan istrinya.

"Maksud Mami bukan begitu. Selama ini dia tak pernah menanggapi omelan Mami kan. Dan lihat tadi, dia kembali menanggapinya. Kan normal. Mami seneeeng. Bakalan punya temen buat perang mulut lagi, euyy. Yeyyy!!!"

Zamzam memijit pelipisnya. Dia tersenyum canggung ke arah Radhi. Kelihatan banget muka Radhi yang gagal faham itu.

"Ya, meski harus kembali dengan sifat cerobohnya. Gedebak-gedebuk, tapi Mami lebih suka dia yang begitu, daripada seperti Miss Indonesia yang berjalan di catwalk lunggak-lenggok."

Radhi semakin gak faham dengan cerocosan Kayla. Kan, memang dari dulunya. Gadis hulk itu ceroboh. Meski casing-nya memang sangat anggun bak Lady.

"Ekhem, Nak Radhi. Mohon maaf atas segala kekacauan yang dibuat istri juga putri Om!" ucap Zamzam canggung.

Radhi menoleh ke arah Zamzam, "Tidak apa, Om. Sejujurnya saya rindu dengan suasana keluarga Om. Begitu hangat."

Zamzam tersenyum. Dia tahu, Radhi pasti sudah biasa dengan kelakuan istri juga putrinya, dan itu yang membuat Zamzam bernafas lega. Radhi sudah memakluminya.

"Ekhem, Om, sepertinya Reinald akan terlambat. Saya pamit pulang saja. Salam buat Tante juga ... Maira."

"Gak nunggu makan malam di sini saja?"

"Terima kasih, Om, atas tawarannya. Kalau begitu, saya pamit dulu. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalaam."

Zamzam mengantar Radhi sampai ke pintu utama.

"Lho, menantu idaman Mami ke mana, Pi?" Kayla mencari keberadaan Radhi.

"Sudah pulang, Mi."

"Lhaa, kok pulang sih? Kenapa gak ikut makan malam bareng kita aja?"

"Papi juga udah nawarin dia, tapi dianya nolak."

Kayla cemberut, "Tadi, Aliza yang nolak makan malam, sekarang Radhi. Apa mereka juga akan menolak jika Mami meminta mereka jadi mantu Mami ya, Pi?"

Zamzam hanya mengangkat bahunya sebagai jawaban sambil berlalu, mengacuhkan istrinya yang terus mearacau gak jelas.

.......

'Bremmm'

Maira meloncat dari ranjangnya saat mendengar suara mobil dinyalakan. Berjalan menuju jendela kamarnya. Kepalanya celingukan ke bawah, guna melihat mobil siapa yang menyala.

''Ternyata dia sudah mau pulang," gumam Maira terus memperhatikan mobil Radhi. Kepalanya masih celingukan kesana kemari, berharap bisa melihat wajah pria itu sebelum dirinya pergi. Maira cemberut. Sudah beberapa menit berlalu, wajah Radhi tak kunjung kelihatan.

Iyalah, tak kelihatan. Wong kaca mobilnya ditutup semua. Tapi kenapa pria itu belum jua melajukan mobilnya?

Sedang Radhi, orang yang berada di dalam mobil, terus tertawa. Melihat tingkah Maira di lantai atas dari kaca spion mobilnya. Sedang celingukan seperti mencari sesuatu. Dan entah kenapa dirinya begitu yakin, kalau Maira sedang mencari keberadaannya.

Kenapa Radhi tahu Maira sedang mengintip? Jelas sekali. Keadaan kamar Maira lebih terang dibanding teras balkonnya. Ditambah tirainya yang belum ditutup, menjadikannya bisa sangat jelas melihat kelakuan Maira. Sedang gadis itu tak pernah tahu, jika dirinya tengah memperhatikannya. Karena kondisi mobilnya yang memang gelap gulita.

Aaahh, gadis hulknya ... kenapa kelakuannya semakin membuat dirinya gemas, sih?

Radhi membuka pintu mobilnya dan melongokkan kepalanya ke belakang, berpura-pura sedang melihat kondisi di sekitarnya. Lalu kepalanya sengaja dia dongakan ke arah di mana Maira tengah mengintip. Mata mereka sempat bertemu beberapa detik. Sebelum akhirnya, Maira sadar jika dirinya sedang melihat gadis itu.

Radhi kembali tertawa saat melihat bayangan Maira sedang ... melompat beberapa kali.

''Aahh, gadis Hulkku yang ... seperti kue bakpaw," gumam Radhi tak bisa menghentikan senyuman.

Sedang di dalam kamar, Maira menjatuhkan dirinya ke atas kasur. Tubuhnya bergelinjang, laksana ikan mujair yang kekeringan. Tangannya terus menyentuh dadanya yang bergemuruh hebat. Sungguh. Ini pertama kalinya dia merasakan perasaan seperti ini. Apakah tatapan Radhi memiliki efek ... rabiesh? Karena dia benar-benar sudah GILA!!

'Breeemmmm' sepertinya dia benar-benar sudah pergi.

Suami Killer-ku (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang