25. malam pengantin part 2

5.4K 398 34
                                    


Warning! Terdapat adegan dan kata-kata yang agak malu bila dibayangkan. 😂😂 itu menurutku ya! Jadi mohon untuk berbijak dalam membaca. Jangan lupa terus baca istighfar, mohonkan ampun khusus untuk Author yang sudah secara berani bikin part ini. 😣😣😣

Meski kalau menurut pribadi sendiri yang memang sudah berumah tangga, part ini biasa-biasa saja. Namun, siapa tahu kan, jika sebagian yang ikut baca part ini ada juga yang masih single? ....

Well, apapun itu, aku masih berharap jika part ini bisa diambil hikmah dan pelajar untuk lebih positif.

.....................

'Cup'

Radhi mengecup pipi Maira sambil memeluknya. Jangan tanyakan keadaan istrinya, saat ini Radhi tidak ingin memikirkan siapapun termasuk tubuh kaku Maira dalam dekapannya ini. Egois! Biarlah, karena saat ini dirinya hanya ingin merasakan bagaimana jantungnya bertalu-talu namun begitu menyenangkan. Bahkan detak jantung istrinya pun tak kalah menggila seperti dirinya.

MasyaAllah Tabaarokallooh, beginikah rasanya pacaran? Jantung berdebar, namun bibir tak pernah surut untuk tersenyum. Radhi semakin mengeratkan pelukannya. Matanya masih setia memejam, otaknya seakan tengah merekam detik demi detik dirinya jatuh cinta kembali pada mantan pujaan rahasianya. Gadis bercassing feminim, namun bertingkah tomboy dan ceroboh. Gadis yang tak lama lagi akan menjadi seorang wanita. Ya, wanitanya.

Tubuh Radhi mendadak sedikit menegang saat pikirannya terlintas kata 'wanita', matanya segera terbuka dan hal yang pertama dia lihat adalah wajah pucat Maira. Apakah Maira juga merasakan sama seperti dirinya?

"Khumaira-ku," panggil Radhi lembut.

Mata Maira mengerjap lucu beberapa kali, kemudian netra cantik itu kembali bersitemu dengan tatapan Radhi. Mata kelam suaminya begitu mampu menghanyutkan dan menyesatkan, seakan dirinya kembali tak bisa membedakan antara mimpi indah dan kenyataan.

"Y-ya, M-mas?"

"Apakah sekarang kamu dalam masa Suci?" Radhi kembali melontarkan pertanyaan itu.

"I-i-iya," jawab Maira pelan sekali. Tubuhnya kembali menegang, namun tak sejalan dengan jantungnya yang semakin berdetak cepat. Apakah suaminya benar-benar sudah tak bisa ....

Senyum Radhi kembali mengukir indah di bibirnya. Seakan ada magnet antara bibir dan tubuh Maira, dengan refleks, bibirnya kembali mendarat dengan selamat di kening Maira, "Kalau begitu, ayok!" ajak Radhi lembut.

"Hah? Apanya yang ayok?!" tanya Maira sedikit berteriak. Ayolah, apakah suaminya itu tidak bisa mengajaknya secara halus? Maksudnya, secara tidak blak-blakkan begini.

"Hmmm? Iya, ini sudah semakin malam, kamu bersihkan diri terlebih dahulu, biar Mas yang menyiapkan segalanya. Jangan mandi, nanti masuk angin. Cukup bersihkan muka dan berwudhu."

"M-m-mas, h-ha-haruskah malam i-ini?" Sumpah demi apapun, meski dirinya sudah siap lahir batin, namun rasa takut tetep tak bisa dia enyahkan. Apalagi ketika dirinya membaca artikel, atau mendengar segelintir orang membicarakan tentang sakitnya ....

Radhi menatap lekat Maira, melihat bagaimana keadaan istrinya saat ini, maka ide jail yang entah sejak kapan dirinya punya itu kembali terlintas. Rasanya sangat menyenangkan melihat raut wajah Maira yang berubah-ubah begitu cepat. Merah-pucat-merah-pucat.

Keningnya kembali mengerut seolah tak mengerti dengan pertanyaan istrinya, "Tentu saja. Bahkan seharusnya kita lakukan sejak tadi, setelah ijab qobul selesai."

"Apa?" Maira melotot. Waah, benar-benar. Dia tak menyangka jika Radhi adalah type orang yang gak sabaran.

Mata Radhi menajam, membuat Maira semakin mengerucut, "Jangan bilang kamu tak mau melakukannya malam ini?"

Suami Killer-ku (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang