39. Terlambat.

2.5K 301 43
                                    

“Mi, papi jadi pulang hari ini, kan?” Maira memulai percakapan saat sedang menunggu antrian pemeriksaan. Ya, mereka sudah berada di Rumah Sakit Ibu dan Anak.

“Papi lagi istirahat. Sepertinya perjalan kali ini sedikit melelahkan.”

“Duuh, padahal papi lagi membutuhkan Mami. Tapi Mai malah ikut ngerewongin Mami.”

 “Hust! Jangan bilang begitu ah, Mami gak suka dengernya. Mami gak merasa direpotkan. Mami seneng, lagian di rumah Mami bosan apalgi jika papimu sedang istirahat. Mending nemenin kamu buat periksa cucu Mami.”

“Makasih, Mi.”

“Kembali kasih, Sayang.”

“Nyonya Khumaira.” Seorang suster memanggil namanya.

“Namamu sudah terpanggil,” ucap Melisha, “ayok! Mami gak sabar lihat cucu Mami.” Mereka berjalan memasuki ruangan Dokter.

“Selamat siang, Dok.”

Dokter wanita yang bername tag Farhatun Nisa itu tersenyum menyambut kedatangan mereka berdua, “Siang Nyonya, dan … calon Mahmud?” tebak Dr. Farhat menunjuk Maira. Membuat semua yang berada di ruangan itu tertawa renyah.

“Waaah, Dokter cenayang, ya?” tanggap Melisha takjub.

Dokter yang tak lagi muda tetapi masih terlihat segar itu pun kembali tertawa, “Silahkan duduk, necan dan macan!”

Maira mengernyit, merasa tak ngeuh dengan panggilan itu, kalau mahmud dia tahu apa artinya, tapi necan? Apa itu Bahasa Jepang? Macan? Waaah berani benar dokter spesialis obgin ini ngataian orang.

Melihat mimik muka Maira, Melisha kembali bicara. “Sayang, kenalin. Ini dokter Farhat, dokter kepercayaan Mami.”

Maira mengangguk sopan. “Khumaira, Tan, eh Bu Dokter.”

“Hahahaha, panggil tante aja, Mai. Lebih keren dipanggil tante, berasa paling muda dari ibu mertuamu.”

“Ck, kamu gak berubah ya dari dulu. Oia Sayang, Tante Farhat ini teman Mami saat dari TK sampai sekarang. Teman sekaligus saingan berat Mami saat berburu nilai sekolah, berburu cowok keren, juga berburu menantu. Hahahaha.”

“Hahahaha ceileeeh, yang sudah punya mantu cantik, ke sini niat pamer apa beneran mau periksa, Bu?” sindir Dr. Farhat.

“Hahahahaha, dua-duanya.”

“Ck, emang dari lahir kamu itu selalu punya hoki sendiri, ya. Calon Macan.” Dokter Farhat menatap Maira.“K amu tahu gak waktu SMP mertuamu itu dandanannya berlagak kaya nerd girl gitu. Kaca mata bulat mirip Betty, rambut dikepang dua. Rok dan baju kedodoran. Tapi bukannya mereka ilfeel, eh malah banyak yang naksir. sampai-sampai ni ya, waktu zaman SMP kita ini, model cupu adalah model paling trend saat itu.”

Bibir Maira terbuka, merasa takjub dengan kisah mertuanya.

“Karena saat kita SMP. Film Betty La Pea itu lagi booming. Itu kebetulan aja. Malahan aku sebel sama si ketua cheers, si siapa sih namanya, lupa? Gegara cowok gebetannya deketin kita, seenak jidat dia ngomong kita plagiat sama tuh pemeran utama Film Betty. Padahal saat itu dia yang ngikutin gayanya Lady Gaga.”

 “Oia … benar tuh, ya. Aku pernah dengar dia itu demen banget kawinnya. Bahkan Ketika REUNIan bulan kemarin, dia udah bawa suami barunya yang kelima.”

“Hah? Dia poliandri?” jerit Maira terkejut.

“Bukan. Maksud Tante, dia cerai, dan nikah lagi. Itu yang ke lima kalinya.”

Suami Killer-ku (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang