Happy reading ......."Hallo, Assalaamu'alaikum, Mi." Maira menyapa ibu mertuanya di seberang sana melalui jalur telepon.
"Wa'alaikumussalaam, Sayang. Kamu apa kabar? Putra Mami bikin ulah lagi gak?"
Maira tersenyum, walau ia tahu jika ibu mertuanya gak akan melihat tanggapannya itu. "Alhamdulillaah, Mas Radhi jinak, Mi. Hehehehe."
"Hahaha, syukur deh. Mami seneng dengernya. Terus pepet aja, Sayang! Biar makin klepek-klepek sama kamu, hihihi."
Maira ikut tertawa. "Akan Maira ingat pesan Mami. Oia, esok lusa grand opening produk baru FS, Mami udah pulang 'kan?"
"Pulang dong. Masa Mami gak dateng pas peluncuran design perdanamu. Rugi dong."
"Makasih, Mi."
"Kembali kasih, Sayang. Yaudah, Mami mau temenin Papi lagi ya, biar bisa cepet pulang. Mami beneran udah rindu kamu. Kalau putra Mami mengulah lagi, jangan lupa beritahu Mami, ya! Biar Mami yang hukum dia."
"Iya, Mi. Siap."
"Kalau gitu Mami tutup teleponnya, ya. Assalaamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalaam warohmatullooh." Maira memandang ponselnya dengan seuntai senyum di bibir pink-nya. Alangkah bersyukurnya dia, karena mendapat mertua yang begitu humble juga menyayanginya. Tak ada rasa canggung walau terhadap mertuanya, layaknya ibu kandung sendiri.
Oia, ngomong-ngomong soal ibunya, Kayla. Sang kanjeng Ratu keluarga Husainie. Wanita paruh baya yang masih saja terlihat cantik bahkan semakin energic setelah dirinya menikah itu sebenarnya tak pernah absen untuk mengusilinya. Entahlah, meski mereka sudah tidak tinggal bersama lagi, tapi tetap saja, adaaaa aja bahan yang ibunya perbuat untuk bisa membullynya.
Terkandang, saat mereka berjauhan sang ibu selalu meneleponnya dan sering membujuknya agar berkunjung ke rumah, kadang mengeluarkan jurus tangisnya sambil mengatakan rindu. Namun, saat mereka sudah bertemu jangan harap mereka bisa akur deh! Walau itu selalu didominasi oleh kejahilan ibunya.
Maira melirik ponselnya saat ada panggilan masuk. Panjang umur, sang ibu yang tengah ia lamunkan, ternyata orang yang menghubunginya sekarang.
"Hallo, Assalaamu'alaikum, Mi."
...........
"Yang, shampoo kamu wanginya lembut banget. Ganti varian, ya?" Radhi terus menghirup rambut Maira yang berada di dekapannya ini. Mereka tengah duduk santai sambil menikmati gelapnya malam yang bertabur bintang di balkon rumah di lantai atas. Area yang sudah empat hari ini menjadi area privasi untuk mereka berdua.
Setelah kejadian penolakan Maira tentang mandi bareng saat waktu Ashar, Radhi membuat peraturan baru, yaitu tak boleh sembarangan masuk/naik ke lantai atas. Lantai itu hak mutlak dirinya bersama Maira. Malah setelah shalat Ashar, Radhi langsung meminta supir untuk membelikan bel untuk seseorang yang ingin naik ke lantai atas selain dia juga Maira. Mereka harus menekan tombol bel tersebut sebelum naik hanya sekadar memberitahu jikalau di waktu bersamaan mereka tengah melakukan aktifitas yang pribadi. Seperti sekarang ini.
Maira mengangguk tanpa bicara, dia lagi betah menyusupkan kepalanya di dada bidang Radhi sambil menghirup aroma tubuh suaminya itu yang terasa begitu menyegarkan.
"Apa itu?"
"Avocado," jawab Maira singkat. Radhi mengangguk dan kembali menikmati aroma rambut Maira. Suasana kembali hening karena keduanya sibuk dengan kenyamanan yang tengah mereka nikmati. Sampai ....
KAMU SEDANG MEMBACA
Suami Killer-ku (On Going)
General Fiction--Saat cinta diperkuat dengan ikatan pernikahan.-- "Bang!" "Ya." "Kenapa Abang lamar Mai?" "Ingin." "Apakah ... Abang selama ini jatuh cinta ya pada Mai?" "Jangan sembarangan!" Gadis itu mencebikkan bibirnya, 'Kalau gak cinta, ngapain ngelamar, kan...