15

5.6K 460 39
                                    

Maaf ya baru up lagi, ini juga maksain. Ibu mendadak sakit, yang qodarullaah, agak sedikit berat. So, aku gak punya waktu buat nulis. Malah sekarang aku juga kena giliran minum obat. Hiks.

----------------------------------------------------------------------------------------------

"Enggghh." Maira menggeliat sambil merenggangkan kedua tangannya. Matanya mengerjap dengan perlahan. Keningnya berkerut saat netranya hanya menemukan kegelapan.

"Ini di mana?" gumamnya. Tangannya meraba sesuatu, dan hembusan kelegaan keluar dari mulutnya. Rupanya dia masih di atas kasur. Bukan di atas ... keranda.

Mengulurkan tangannya pada nakas di samping ranjang, dan seketika lampu tidur menerangi ruangan kamarnya. Perlahan Maira bangun dan menyandarkan punggungnya pada kepala ranjang.

Lampu di luar balkon kamarnya sudah menyala, juga di taman rumahnya. "Ternyata sudah malam," lirihnya sambil menguap.

Tadi sore Maira ketiduran, setelah mandi, dia makan, lalu minum obat. Hingga tak terasa tertidur, dan meninggalkan ... Astagfirullaah! Aliza masih bersama ibunya. Maira buru-burur dari ranjang, meraih kerudung yang tersampir di kursi riasnya, setelah itu, bergegas melangkah keluar kamar.

"Mi!" teriak Maira memanggil ibunya sambil berlari menuruni tangga.

"Jalan yang benar, Maira! Jangan ancul-anculan begitu!" tegur Kayla saat melihat Maira menuruni tangga setelah melompat.

"Mi, Aliza mana?" tak mengindahkan peringatan ibunya, Maira kembali menanyakan sahabatnya.

"Udah pulang. Diantar sama kakakmu. Andai kamu lihat tadi, Mai. Duuuuh putra Mami sama calon mantu, serasi banget. Bagai sepatu dan kaos kaki." Kayla menerawang sambil senyum-senyum.

Maira bergidig membayangkan kaos kaki dan sepatu. Apalagi jika sepatunya milik kakaknya. Pasti bau kekeongeun. "Kapan? Kenapa Mai gak dibangunin, Mi? Kan Mai jadi gak enak sama Aliza."

"Kata Aliza kamu lagi patah hati. Jadi Mami dan Aliza gak tega bangunin kamu. Apalagi Mami lihat kamu nyaman banget tidurnya."

Kayla melotot, lalu memicing, "Beneran Aliza bilang begitu, Mi?" Maira gak percaya jika Aliza berbicara seperti itu.

"Bilang apanya?" Kayla balik bertanya.

"Bilang bahwa Mai lagi patah hati."

"Jadi beneran kamu lagi patah hati, ya?"

"Ish, kok Mami malah balik nanya, sih?"

"Emang siapa yang bilang kamu patah hati?"

"Mami."

"Ih, gak merasa tuh."

"Barusan, bilang."

"Enggak!"

"Ya."

"Enggak!"

"Ya."

"Kamu lagi patah hati?"

"Ya. Eh?"

Giliran Kayla yang memicing. "Jadi beneran, kamu lagi patah hati? Oleh siapa?"

Maira memajukan bibirnya, "Ish, Maira gak lagi patah hati. Maira cuma sedih aja, buku komikku belum kembali."

"Hah? Maksudnya apa?"

"Pokoknya Mai gak lagi patah hati. Titik."

"Kalau gak merasa, ngapain nyolot begitu. Biasa aja, keless!" sungut Kayla, "lagian yang terpenting, tujuan Mami gak bangunin kamu adalah agar kak Rei bisa berduaan dengan Aliza. Kyaaaa ... Mami jenius, kan?" sorak Kayla sambil tepuk pramuka. 'Prok-prok-prok'

Suami Killer-ku (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang