'Kriiing ...'
Maira meraba nakas di dekat ranjangnya, mencoba menggapai ponsel miliknya yang baru saja berdering nyaring. Setelah mendapatkannya, Maira mematikan alarmnya. Menguap dengan tangan kiri menutupi mulutnya yang terbuka lebar.
Baru saja dirinya akan beranjak, namun boro-boro beranjak, untuk sekedar bergerak pun susah, karena sesuatu yang mengungkung tubuh atasnya, juga belitan kaki di tubuh bawahnya.
"Mas, bangun! Udah pukul setengah 4."
"Hmmm," gumam Radhi dengan suara serak dari belakang tubuh Maira. Namun, bukannya melepaskan, dia malah semakin mengeratkan pelukannya. Sudah hampir 10 bulan Radhi menyukai guling hangatnya ini. Membuatnya kadang susah untuk bangun di waktu dini hari karena merasa tak rela melepaskan guling favorit-nya.
"Mas, ayo dong! Nanti kesiangan sholat tahajudnya."
"Hmmm."
Maira menghela napasnya, sungguh di luar ekspektasi, suami yang super duper datar bagai tembok, juga dingin seperti suhu di kutub utara ternyata mempunyai sifat double super manja, kadang bersikap jail membuat Maira pusing sebelas putaran.
Sudah tak asing lagi jika bangun tidur dirinya sudah terbelit ular phiton paling seksi yang menempel bagai koala di belakang tubuhnya ini. Bukan hanya itu saja, setiap pagi dirinya akan berakhir berbagi bantal dengan suaminya ini, dan bantal yang tadinya dipakai Radhi sudah terasa dingin karena ditinggal tuannya. Untung bantal, bukan istri.
"Mas," panggil Maira sekali lagi. Bukan apa-apa si, Maira hanya takut kebablasan kembali ikut tertidur, karena jujur saja, dirinya pun masih merasa ngantuk. Meski sedikit terasa berat juga sesak saking eratnya pelukan Radhi, namun entah kenapa rasanya nyaman sekali. Sekarang ini juga, Maira terus memanggil suaminya dengan mata masih terpejam.
"Mas!" Panggilan Maira semakin melemah, membuat Radhi yang memang sudah bangun sejak alarm itu berbunyi terkekeh. Guling cantik kesukaannya ternyata masih merasakan kantuk.
Dia hanya sedikit malas bangun saja, apalagi harus melepaskan guling kesayangannya. Radhi menghirup aroma yang menguar dari tubuh istrinya. Kepalanya dia susupkan di ceruk leher wanita ini. Jujur saja, jika tubuh istrinya itu memang sedikit bau asam karena keringat. Namun, itu tak mampu menyurutkan hobbynya untuk selalu menghirup aroma Maira. Entahlah, seperti suatu kebiasaan yang memang tak bisa dia hilangkan. Seperti kebiasaannya meminum kopi di pagi hari.
Radhi membuka matanya dan sedikit mengangkat kepalanya untuk melihat wajah Maira. Benar saja, Maira kembali tertidur dengan bibir sedikit terbuka. Lalu pandangannya kembali menelusuri tubuh Maira yang tengah dibelit tubuhnya. Istrinya memang Hulk, ditindih oleh tubuhnya yang jauh lebih beratpun, bukannya penyet, ra5pi tubuh Maira malah semakin berisi. Dapat dibedakan, karena baju tidur bermotif gambar donal bebek kesukaan istrinya sedikit ketat dari sebelumnya.
Sebelum benar-benar bangun, Radhi kembali menjatuhkan tubuhnya keatas ranjang, sekarang dia menghirup rambut beraroma Avocado dan rose. Dia sangat menyukai aroma rambut Maira. Tangannya menyingkap baju tidur Maira, lalu mengusap-usap kulit yang terasa sangat mulus ditelapak tangannya. Dua bulan lagi hari aniversary pernikahan mereka, namun selama itu pula mereka masih belum diberikan kepercayaan oleh Alloh dengan belum hadirnya malaikat kecil di antara mereka. Namun, Radhi tak pernah merasa bosan untuk menantinya, apalagi sampai merasa putus asa. 10 bulan adalah waktu sebentar di banding pengorbanannya menunggu selama 8 tahun untuk sampai seperti sekarang ini. Andai Tuhan tak memberipun, dia takkan merasa bosan dengan istrinya. Banyak cara memiliki putra. Mengadopsi adalah salah satunya.
Mengelus perut telanjang sang istri juga termasuk kegiatan yang sangat disukainya, apalagi jika jari tengahnya sudah bermain di pusar istrinya, membuat Maira spontan menggeliat persis cacing kepanasan. Sebenarnya, ada yang lebiiih dia sukai dibanding mengusap perut Maira, namun itu hanya akan menjadi rahasianya dengan Maira, istrinya. Hanya mereka yang tahu, dan itu dia rasa sudah cukup!
KAMU SEDANG MEMBACA
Suami Killer-ku (On Going)
General Fiction--Saat cinta diperkuat dengan ikatan pernikahan.-- "Bang!" "Ya." "Kenapa Abang lamar Mai?" "Ingin." "Apakah ... Abang selama ini jatuh cinta ya pada Mai?" "Jangan sembarangan!" Gadis itu mencebikkan bibirnya, 'Kalau gak cinta, ngapain ngelamar, kan...