Bab 17

4.7K 223 3
                                    

Tepat seperti yang dijanjikan, uang sebesar empat juta rupiah langsung ditransfer ke rekening Rina di awal bulan. Seumur hidup, baru kali ini Rina dibayar dengan uang sebesar itu hanya untuk menemani seorang anak kecil.

Keesokan harinya, tepat jam dua belas siang, sepulang mengajar, Rina langsung menuju rumah Adit dan menunggu anak muridnya pulang sekolah. Sesampainya di sana, Rina disambut oleh pembantu baru bosnya, yang bernama Bu Saroh, orang Madura yang umurnya kira-kira empat puluhan. Sayangnya, hanya pembantu baru saja yang datang, sedangkan untuk pengasuh Moza belum ada kabar sama sekali.

Hal ini berlangsung sebulan lamanya. Rina harus membatalkan semua tawaran mengajar lainnya, karena dari siang sampai malam, dia harus siap kapan pun untuk mengurusi anak bos barunya itu.

Sebenarnya tidaklah sulit mengurus keperluan gadis kecil bermata coklat tersebut. Itu karena kebiasaan anak itu yang diam dan lebih suka bermain dalam ruangan, daripada berlari keluar dan menghilang begitu saja, seperti anak kecil lainnya yang Rina kenal.

Oleh karena itu, Rina harus menyiapkan kegiatan-kegiatan atau permainan yang membuat anak itu sibuk dan tidak bosan selagi menunggu papanya pulang. Sayangnya, papa murid barunya itu terkadang pulang terlalu malam, jadi terpaksalah Rina yang harus menidurkan anak tersebut dan menunggu sampai bosnya itu pulang.

Inilah yang paling dibenci Rina. Karena saat Adit pulang, dia akan menanyakan ini itu, mengajaknya makan makanan yang sengaja dibelinya dalam perjalanan pulang ke rumah dan akhirnya Rina akan terperangkap dalam obrolan berjam-jam bersama bosnya itu.

Ditambah lagi, terkadang bosnya yang selalu terkesan menyelidiki jika sedang mengobrol dengannya, suka sekali menanyakan soal latar belakang pendidikan Rina dan tentang keluarganya. Rina harus berbohong dan menambah-nambahi ceritanya untuk mengelabuhi bosnya. Walaupun dia tidaklah asing dalam hal bohong-berbohong, tapi tetap saja gemetaran dan tak nyaman saat harus melakukannya.

Rina tahu betul, jika dia tidak pandai-pandai menjawab pertanyaan Adit, si bos baru yang gemar menyelidikinya itu, akan segera mencurigainya. Kalau sudah begitu, rahasia yang sudah dia simpan rapat-rapat tentang permusuhan mereka sepuluh tahun yang lalu akan menyeruak ke permukaan dan Adit pasti tidak akan tinggal diam atau memaafkannya begitu saja, jika sampai itu terjadi.

Untungnya, penderitaan Rina tampaknya akan segera berakhir, karena dia mendengar kabar bahwa Adit sudah menemukan calon pengganti pengasuh yang lama. Dengan senang hati, Rina menyambut pengasuh baru itu dan menerangkan apa saja yang dia perlu tahu dan kerjakan untuk mengurus semua keperluan Moza.

Namun, betapa tak disangkanya, dari pertemuan pertama saja, anak didiknya itu malah menghindar dari pengasuh itu dan justru lengket dan merengek-rengek ke Rina. Ditambah lagi, si pengasuh baru itu tak pandai membujuk atau menarik perhatian Moza. Gerak-geriknya cenderung kaku dan malu-malu. Bahkan saat melihat Moza menangis, bukannya mendekat dan mencoba mengambil hati, si pengasuh itu malah kabur.

Rina memaklumi itu karena dia tahu betul pengasuh itu baru pertama kali bekerja dan tak punya pengalaman banyak dalam mengasuh anak. Namun tidak dengaan Adit. Dia mau orang yang bisa menangani anaknya dengan baik. Dengan tanpa berpikir panjang, dia memberi pengasuh itu uang dan meyuruhnya pulang. Dan itu berlanjut terus pada calon-calon pengasuh berikutnya. Ada tiga orang yang sudah ditolak dan dipulangkan. Tak ada yang bertahan sampai seminggu. Semua karena Moza menolak untuk dekat-dekat dan dirawat oleh mereka.

“Nanti aku dimarahin!” jawab Moza dengan mata yang berkaca-kaca saat Rina bertanya alasan kenapa anak itu menolak semua calon pengasuh yang mencoba mendekatinya. Rina berusaha membujuk dan meyakinkan anak itu bahwa pengasuh baru tidak sama dengan pengasuh yang lama dulu, tapi anak itu tetap saja bersikeras tak mau.

MENIKAH KARNA DENDAM (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang