Bab 22

3.8K 152 6
                                    


Adit membelalakkan matanya saat mendengar kata-kata pengasuhnya itu. Tak sedikitpun dia menyangka kalau Rina tau semua yang telah dilakukannya malam itu. Dia begitu yakin bahwa wanita itu sudah tertidur saat kejadian yang diluar kendalinya itu terjadi.

Pantesan saja seharian perempuan ini menghindarinya, pikirnya. Pagi tadi contohnya... dengan sengaja pengasuhnya itu bersembunyi di kamar mandi supaya tidak harus bertemu dengannya. Awalnya dia mengira pengasuhnya itu jatuh di kamar mandi dan sedang membutuhkan bantuannya.

Dengan bodohnya dia mendobrak pintu kamar mandi hingga engselnya rusak dan mendapati perempuan itu sedang meringkuk di samping WC agar tak terlihat olehnya. Namun reaksi wanita itu selanjutnyalah yang membuatnya terkejut. Dia menjerit sekuat tenaga, seperti orang yang akan disembelih sambil memukuli Adit berkali-kali dan setelah itu kabur begitu saja ke kamarnya. Adit mengikuti wanita itu untuk mendapatkan penjelasan, tapi lagi-lagi wanita itu mengunci kamarnya.

Merasa kesal melayani kegilaan pengasuhnya, Adit meninggalkan saja wanita itu dan pergi ke kantor. Lagian dia tak mau gara-gara meladeni Rina, dia harus merusak satu lagi pintu di rumahnya.

Namun perasaan kesal yang diakibatkan oleh wanita itu tak juga surut. Dia membawa perasaan buruknya sampai ke kantor. Alhasil, pekerjaannya jadi berantakan gara-gara itu.

Dimulai dari menandatangani dokumen yang salah, lupa menaruh kunci mobil, hingga harus selama hampir sejam mencari kemana-mana dan jadi terlambat makan siang dengan klien karenanya. Namun yang paling parah adalah karena suasana hatinya yang buruk itu, dia tak sengaja merusakkan laptopnya tiba-tiba, karena saat mencari kunci terkutuknya itu, dia menendang kopi yang dia taruh tepat di sebelah laptop, yang sialnya baru dibelinya itu. Kopi panas itu tumpah ke arah laptop dan membasahi semua bagian bawahnya.

Ingin sekali dia berteriak dan meninju ke segala arah. Dia benar-benar menyesal sudah memperkerjakan Rina yang dikiranya gila saat itu sebagai pengasuhnya. Ditambah lagi beberapa kalipun Adit coba menghubungi wanita itu untuk memberitahukan beberapa hal, tapi perempuan itu tak sekalipun mau menjawab atau membaca pesannya.

Pada saat dia mengantarkan Moza pada siang harinya ke rumah pun, wanita itu tak terlihat. Mengira perempuan itu masih mengunci diri di kamarnya, Adit menghampiri kamar wanita itu. Namun justru wanita itu ditemukannya meringkuk sekali lagi di dapur.

Adit menyentuh lengan wanita itu untuk memanggilnya, karena dikiranya wanita itu tak tahu dia datang. Anehnya, Rina malah bangun sambil berteriak sekali lagi dan mencuci setiap inchi dari lengannya dengan sabun di kamar mandi.

"Apaan Miss? Emangnya saya kuman apa?!" protesnya saat melihat itu

"Jangan sembarangan pegang to pak! Saya nggak suka!" jawab wanita itu saat itu.

Adit mengira ada yang tak beres dengan pengasuhnya ini. Jangan-jangan wanita ini kerasukan atau mengalami gangguan mental, pikirnya. Sekarang barulah Adit tahu alasan sebenarnya. Kecupan malam itulah yang membuat wanita ini bertingkah seperti ini seharian. Kemungkinan besar pengasuhnya mengira Adit itu hidung belang yang dengan gampangnya melecehkan wanita manapun yang ada di sekitarnya.

Sekarang dia harus berpikir keras bagaimana cara menjawab Rina sehingga perempuan itu berhenti mencecarnya dengan kata-kata tajamnya. Walaupun di dasar hatinya dia sadar dia memang bersalah dan layak mendapatkan semua hukuman itu. Tapi dia takut jika dia mengakuinya si wanita ini takkan membiarkannya begitu saja.

"Lho... Miss salah paham itu! M-masak saya segila itu!" kebohongan itu begitu membuatnya gelisah. Suara di kepalanya berkali-kali meneriakkan kata 'pembohong' dan membuatnya malu.

MENIKAH KARNA DENDAM (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang