Bab 27

3.2K 158 1
                                    

Adit membengong sampai hampir setengah jam di bawah sofa dengan bingung. Tak yakin apa yang barusan terjadi padanya. Apakah dia bermimpi? Dia rasa tidak. Sentuhan bibir wanita itu begitu nyata dan kecil kemungkinannya itu hanyalah efek dari sebuah mimpi.

Bibir wanita itu terlalu mempengaruhinya dan hampir membuatnya lupa diri. Hanya butuh lima menit saja dan wanita itu sudah bisa menguasainya. Biasanya dia yang mendominasi di permainan semacam ini. Dia tak suka jika pasangannya mendominasinya dan mengontrol gairahnya naik turun seperti yang dilakukan pengasuh anaknya tersebut.

Kalau saja dia tahu wanita itu akan meninggalkannya begitu saja dan mempermalukannya, dia pastinya akan menggigit bibir wanita itu sebelumnya. Bagaimana bisa wanita itu membuatnya terbang di awan-awan dan di menit berikutnya melemparkannya ke bumi dengan kejamnya, tanpa peringatan sebelumnya.

Oh... betapa inginnya dia meremukkan sesuatu sekarang ini! Seluruh sel-sel tubuhnya benar-benar dibakar oleh amarah. Saat ini dia ingin mendatangi kamar wanita itu dan menghancurkan seluruh dinding dan sekat yang menyembunyikan tubuh wanita itu. Jika tak memperdulikan moral, dia sudah melakukannya sejak beberapa menit yang lalu. Sayang sekali dia bukan pria barbar yang gemar meniduri wanitanya di mana saja dan kapan saja.

"Dia pikir dirinya siapa?! Beraninya mempermainkan aku kayak gini! Mana bisa aku tidur dalam keadaan marah seperti ini! Kalau belum membalas perempuan kejam itu, aku tidak akan bisa hidup tenang!" Entah apakah ini after-effect dari bibir pengasuhnya tadi, karna anehnya... tidak angin tidak ada hujan, Adit mulai bicara sendiri.

Semalaman Adit hanya menendang-nendang selimutnya dan merutuki kejadian beberapa jam lalu yang membuatnya malu. Jam setengah empat, dia baru bisa tidur dengan nyenyak hingga mengorok. Walaupun sebenarnya jika dilihat lebih dekat, kening pria itu berkerut ketika dia tidur. Kemungkinan besar dia sedang bermimpi hal yang buruk atau menakutkan.

***

Rina bersembunyi di balik selimut besarnya dan menyembunyikan jantungnya yang berdetak kencang, hingga hampir meledak rasanya. Bagaimana bisa sentuhan bibir seorang manusia bisa begitu besar pengaruhnya dan membuatnya bergetaran seperti ini?!

Adit yang berumur 28 tahun sungguh berbeda dari Adit yang pernah dipacarinya waktu SMA. Walaupun pria itu sudah pandai mencumbu dulu, tapi gerakan bibir laki-laki itu benar-benar terasa berbeda. Entah apa karena bosnya itu sudah menjadi lebih berpengalaman selama sepuluh tahun ini, ataukah... Adit secara khusus berguru pada seseorang untuk mendapatkan keahlian khususnya?!

Apapun itu... dia merasa seperti ditelan hidup-hidup oleh gelombang gairahnya sendiri saat itu. Sampai dia menyentuh sesuatu secara tidak sengaja saat memegang bawah perut pria itu. Ada sesuatu yang menonjol di situ. Saat otaknya mencerna benda apa yang menonjol itu, dia bagaikan kesetrum dan terkejut luar biasa. Dia tak pernah tau soal anatomi pria seumur hidupnya, selain yang pernah diajarkan di sekolah dulu. Namun, yang versi nyata sungguh sangat mengejutkannya.

Untung saja dia segera kabur dan tidak mempermalukan dirinya sendiri. Dia tak bisa membayangkan jika dia bertahan berada terus di tempat itu. Bisa-bisa, dia pas bangun sudah berada di kamar bosnya dan sudah tak perawan lagi. Penjelasan apa coba yang bisa diberikannya pada mamanya kalau itu terjadi? Sudah barang pasti, mamanya yang matre itu akan menggunakan itu untuk memaksa Adit untuk menikahinya. Dan itu pasti akan menjadi bencana besar bagi Rina dan juga Adit.

Rina segera menggeleng-gelengkan kepalanya untuk melupakan kejadian semalam. Pagi ini, dia harus membangunkan Moza untuk bersiap-siap ke sekolah. Dia harus cepat melakukannya, mumpung bosnya biasanya masih tidur sepagi ini. Maka dia pun berjingkat-jingkat ke kamar Moza dan segera membangunkan anak asuhnya itu.

Setelah selesai mandi dan bersiap-siap, Rina dan Moza turun ke ruang makan untuk sarapan. Di sana, ternyata sudah menunggu bosnya duduk di meja makan dengan muka masamnya, yang di pamerkan ke mereka berdua. Mata pria itu juga terlihat lelah dan mengantuk dengan lingkaran hitam yang membesar di bawah matanya.

"Hari ini... kamu yang ngantarin Moza ya! Kan kakimu juga uda agak sembuh," seru Adit dengan nada ketus

Rina hanya menjawab, "Ya," dan setelah itu melanjutkan sarapannya.

"Jangan lupa pesan undangan dan dekorasi Elsa untuk ulang tahun Moza. Ntar saya kasih alamatnya. Saya pikir kalau kita urus sendiri, takutnya bakal berantakan!" tambahnya sambil sesekali menyirup kopi double espresso miliknya.

Sekali lagi Rina hanya menjawab, "Ya" dan bahkan tak berusaha mengangkat wajahnya dari makanan yang sedang dinikmatinya.

"Sama balon warna-warni juga paaaa... ultah teman Moza waktu itu juga banyak balon-balonnya!" tambah Moza antusias

"Kamu denger itu Miss! Pesen balon-balon warna-warni yang banyak!"

Sama seperti yang tadi, Rina juga menjawab, "Ya" pada bosnya yang sudah mulai kesal melihat tingkahnya itu.

"Ya... ya... ya terus! Emangnya kamu beo apa! Nggak punya jawaban yang lain kamu!" Nada suara Adit yang menggelegar di seluruh ruangan, membuat Mbok Saroh yang baru keluar dari dapur ikut-ikutan kaget.

Tapi Rina tampaknya tak terpengaruh sedikitpun. Dia dengan santainya menjawab, "Saya sudah mengerti semua yang bapak suruh itu. Makanya saya hanya menjawab 'Ya' tadi. Ayo Moza kalau uda selesai makan, kita berangkat! Pak Slamet uda nungguin dari tadi!"

Tanpa memperdulikan wajah bosnya yang hampir meledak, Rina dan Moza keluar dari ruang makan dan berjalan menuju mobil yang akan mengantarkan mereka ke sekolah. Mereka pergi begitu saja dan meninggalkan Adit yang merasa tak diperdulikan dan dicampakkan begitu saja. Sekarang bahkan anaknya juga ikut berkomplot tidak memperdulikannnya.

Adit mondar-mandir di ruangan kantornya dan marah-marah sendirian. Sedikit saja karyawannya melakukan kesalahan, uda langsung dibentak-bentak. Ada sedikit keterlambatan pengiriman, padahal cuma 2 menit saja, dia sudah mencak-mencak dan menceramahi kurir jasa pengiriman itu sampai hampir setengah jam lamanya.

"Ngapain sih tu orang... dari tadi kok marah melulu?!" seru Ratih, sekertarisnya Adit yang sempat kena marah juga tadi.

"Nggak tau! PMS kali! Seharian nggak capek apa ngomel-ngomel melulu!" jawab Hartono, manager bagian pemasaran, ikut menimpali.

Sudah merupakan rahasia umum memang kalau bos PT. Trajaya Coffee Industry, Aditya Harsono, sangatlah bertempramen buruk. Dia takkan sungkan menegur atau bahkan memecat pekerja yang kerjanya tak memuaskan di matanya. Namun seimbang dengan itupun, bonus-bonus dan uang tunjangan yang diberikan perusahaan yang dipimpin Adit tidaklah kecil jumblahnya. Dia juga terkenal royal dan gemar mentraktir anak buahnya dengan makanan-makanan mahal dan liburan-liburan gratis ke dalam atau luar negri. Itulah yang menyebabkan pekerjanya masih saja betah dan tidak protes, walaupun sering kena marah.

Tapi hari ini lain. Kemarahan Adit terlihat tak berdasar. Kesalahan kecil, yang biasanya bukan masalah baginya, sekarang seakan-akan menjadi dosa yang paling besar dan patut diganjar hukuman mati. Bos besar itu marah dengan tak terkontrol, sehingga waktu dia marah, seakan-akan ada semburan api yang keluar dari mulutnya.

"Kamu kenapa sih dit?! Marah-marah melulu dari pagi?! Tuh karyawanmu pada gosipin kamu... katanya kamu lagi PMS lah... abis diputusin lah!" tegur Ivan yang kebetulan juga bekerja di perusahaan Adit sebagai Manager Produksi.

"Nggak taulah! Pokoknya semua kelihatannya salah di mataku! Mungkin aku lagi bad mood aja!"

"Jangan bohong! Kamu ada masalah sama cewek ta?!" Ivan kenal banget sahabatnya itu. Selalu wanitalah yang membuat temannya itu uring-uringan. Hanya saja kali ini memang sudah kebangetan uring-uringannya. Sampai karyawan pada komplain semua.

Adit pun menceritakan semuanya dan setiap detail apa yang terjadi. Alih-alih bersimpati, Ivan malah tertawa terpingkal-pingkal. "Ya ampun, dit... masalah gitu aja! Ya harusnya kamu jangan biarkan dong dia seenaknya. Kamu harus tunjukkan siapa Tuan di dalam rumahmu!"

Adit mengangguk-angguk tanda setuju. Dia memang terlalu lembek pada pengasuhnya itu. Sepulang kantor nanti dia akan tunjukkan siapa sebenarnya yang berkuasa di dalam rumahnya pada wanita itu!

***






















MENIKAH KARNA DENDAM (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang