Bab 44

2.4K 146 0
                                    

Setiap kali melihat bunga pemberian pengagum rahasia 'terkutuk' itu, Adit menjadi kesal. Dia tau betul bunga itu dari seorang pria yang menaruh hati pada pengasuh anaknya. Kalau saja dia bisa mendekati bunga itu, dia pasti langsung membuangnya ke tempat sampah. Hanya saja, wanita keras kepala itu terus saja mengunci kamarnya dan tak sekalipun memperbolehkannya masuk.

Berani benar si pengirim bunga itu, pikirnya. Tak hanya si pengirim itu berani menggoda pengasuhnya dengan seikat bunga, dia bahkan berani mengirimkannya ke rumah Adit. Yang jelas... Adit merasa si pengirim itu tak menghormatinya sebagai bos Rina dan pemilik rumah ini.

Yang lebih membuat darahnya mendidih adalah puluhan bahkan ratusan kali pengasuhnya membicarakan bunga 'terkutuk' itu dan memamerkannya pada Moza. Dia masih tak mengerti mengapa wanita itu masih menyimpan bunga itu, walaupun sudah dua hari berlalu. Keadaan bunga itu juga tak sesegar dan seindah hari pertama, tapi dengan bahagianya Rina terus saja menatap bunga itu.

Pagi ini pun dia sibuk menenteng bunga itu kemana-mana. Hari Sabtu memang sudah jadwalnya dia pulang ke rumah orang tuanya. Tampaknya dia juga akan membawa bunga 'terkutuk' itu bersamanya.

"Nanti kalau Miss punya uang... Miss beliin kamu bunga kayak gini juga ya... tapi janji jangan dibuang... oke?!" sahut Rina pada Moza yang juga asyik mengagumi bunga itu.

Malas mendengarkan pembicaraan yang dia tau akan membuat telinganya panas, Adit keluar dan hendak mencuci mobilnya. Sesuai kebiasaannya, Adit membuka kaos yang dipakainya dan menaruhnya di kursi halaman depan rumahnya.

Baru saja dia menyemprotkan air ke mobilnya. Bel berbunyi dari pintu gerbang. Pak Slamet yang ada di pos penjagaan di depan rumah, segera membukakan gerbang.

"Cari siapa pak?!" tanya Pak Slamet pada pengemudi pria yang membunyikan bel barusan.

"Saya temannya Miss Rina. Saya datang untuk menjemput dia pulang!" jawab pria berkulit putih dan berbadan tinggi besar tersebut.

Pak Slamet mengangguk mengerti dan mempersilahkan mobil tamu Miss Rina itu masuk.

Begitu si pengemudi keluar, Adit langsung menghampirinya dengan penasaran. "Cari siapa ya?!"

"Oh tadi saya uda bilang ke bapak di depan, kalau saya temannya Miss Rina. Tadi saya juga sudah telpon mau jemput Miss Rina pulang!" jawab pria itu sambil tersenyum ramah.

Adit memandang pria itu sekilas dari atas ke bawah dengan mata yang menyelidik. Tampang pria itu cukup tampan dan terlihat seperti ada darah blasterannya. Badannya juga bagus, berotot dan jauh lebih tinggi dari Adit. Jika diamati tampangnya mirip Bertrand Antolin versi berotot.

Adit merasa risih tak memakai atasan di depan pria yang baru datang itu. Dia tau betul otot-ototnya masih kalah dibandingkan pria itu. Maka cepat-cepat dia mengambil kaosnya dan memakainya lagi.

"Miss Rina kok nggak cerita dia punya teman cowok!" seru Adit menyelidiki. Dia takut pria itu penipu dan bisa aja kalau dia membiarkan pria itu menjemput Rina, takutnya dia malah diculik atau bahkan disakiti.

"Oh... kita sudah berteman lama. Hanya saja... saya baru datang dari Singapura beberapa hari yang lalu."

Adit bertanya lagi karena masih penasaran. Tapi begitu melihat Rina keluar, dia mengatupkan mulutnya kembali.

"Hai... Sam..." Rina berlari dan memeluk pria tadi sambil tertawa bahagia. "Aku kangen banget! Setahun nggak ketemu, tambah kekar aja kayak The Hulk!" seru wanita itu dengan nada tinggi, hampir seperti memekik.

"Iya dong... sekarang aku uda bisa ngangkat kamu kayak gini!" Tiba-tiba saja pria yang bernama Sam itu mengangkat Rina ke udara dan mengayun-ayunkannya.

Adit terkejut dan jantungnya hampir keluar dari kerongkongannya saking kagetnya. Bagaimana tidak... Rina sudah kayak boneka kertas saja di tangan pria berotot itu. "Stop... stop... stop! Jangan main angkat-angkat sembarangan dong. Jatuh nanti... kamu mau tanggung jawab?!" hardik Adit marah.

Sam menurunkan Rina perlahan dan menoleh ke arah Adit dengan bingung.

"Oh Sam... kau belum kukenalkan dengan bosku ya... Ini bosku Aditya Harsono," seru Rina dengan senyum kaku sambil menunjuk ke arah Adit.

"Oh... Adit yang sering kamu ceritakan itu ya! Halo... maaf saya nggak mengenali anda tadi!" Sam tampak mengulurkan tangannya untuk bersalaman.

Tapi Adit tak sedikitpun bergerak dan menyalami Sam. Dia hanya berdiri di tempatnya dengan sikap bermusuhan. "Ngapain kamu cerita-cerita soal saya ke orang ini!" protes Adit pada Rina sambil menunjuk-nunjuk ke arah Sam seakan-akan pria itu patung atau barang pajangan saja.

"Sam namanya pak! Kalau soal cerita... kan kita memang nggak ada yang dirahasiain satu sama lain. Ya kan Sam!" jawab Rina sambil memamerkan senyumnya pada Sam.

"Yup! Oya... aku juga bawa sesuatu!" Sam mengambil sesuatu dari mobilnya dan menyerahkannya pada Rina.

Sebuket mawar merah dirangkai sama persis seperti mawar yang pernah datang dua hari yang lalu. Mata Rina membelalak dan segera membawa bunga itu di pelukannya.

"Aku sudah tau pasti kamu pengirimnya! Dari tanggal yang kau tulis... identitasmu ketauan, Sam!" Rina memeluk Sam sekilas untuk berterima kasih.

Adit tak tahan dan segera menyambar badan Rina dan membawanya ke sisinya. "Jadi kamu to... PENGAGUM RAHASIA itu. Kurang kerjaan ya ngirim-ngirim bunga buat pengasuh anak saya!" Rina berusaha melepaskan diri tapi Adit tetap menahannya di sisinya.

"Trus memangnya... bapak siapa berani melarang saya? Bapak bukan pacar atau suaminya kan!!" balas Sam sengit dengan memincingkan matanya. Dia tak suka teman baiknya diperlakukan seperti tahanan seperti ini.

"Bukan! T-tapi saya kan bosnya!"

"Emang bos ada hak mencampuri kehidupan pribadi pekerja! Lagipula kalau saya laporkan ke polisi sekarang, anda bisa dikenai pasal pelecehan lho!" ancam Sam dan mendorong Adit supaya melepaskan Rina. Di saat yang sama Rina juga meronta-ronta dan memukuli lengan Adit sampai pria itu melepaskan pelukannya.

"Ayo Rin... masuk ke mobil. Lama-lama di sini, bisa-bisa habis badanmu di siksa bosmu yang semena-mena ini. Kamu harusnya bilang kalau bosmu nggak waras. Kalau gitu kan aku bisa nyarikan kerjaan baru buat kamu!" semprot Sam sambil menggandeng Rina dan menuntunnya masuk ke dalam mobil.

Adit melongo dibilang nggak waras dan semena-mena. Yang membuatnya semakin sakit hati adalah ekspresi dan bahasa tubuh pengasuhnya itu yang seakan-akan membencinya dan tak tahan bersentuhan dengannya. Wanita itu bahkan berjuang untuk melepaskan diri darinya dan tampak lega saat berada di pelukan pria yang bernama Sam itu.

Tanpa memperdulikan Adit yang terluka dan yang terus berharap wanita itu mau berbalik dan melihatnya sekali lagi saja, Rina masuk ke dalam mobil dan membuang wajahnya. Sam memundurkan mobilnya dan segera keluar dari halaman rumah Adit dengan perasaan kesal.

Dia tau temannya itu sedang jatuh cinta. Tapi dia tak menyangka wanita kesayangannya ini membiarkan saja diperlakukan seenaknya seperti itu. Jika dia tahu seperti ini kehidupan yang dijalani Rina selama ini di rumah majikannya, dia pasti sudah lama meninggalkan Singapura dan segera mengeluarkan Rina dari tempat itu.

"Seperti itu rupanya pria yang kau cintai selama sepuluh tahun itu! Gila... kok bisa sih kamu bertahan? Dia itu nggak bisa memperlakukan wanita dengan baik!" amuk Sam begitu mereka keluar dari pekarangan rumah Adit.

"Entahlah... mungkin cinta sudah membutakanku!" jawab Rina sambil setengah melamun.

***

MENIKAH KARNA DENDAM (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang