Bab 42

2.7K 144 1
                                    

Orang kedua yang mengadukan Miss Betty pada Adit adalah Mbak Saroh dan diikuti oleh Pak Slamet. Mereka sepakat menceritakan bagaimana tingkah wanita itu selama tiga hari waktu Adit pergi ke Bandung.

Mulai dari teman-temannya Miss Betty yang datang terus-terusan dan nggak ingat waktu. Pak Slamet juga menceritakan bagaimana urakannya tamu-tamu itu selama berada di rumah Adit. Banyak dari mereka yang bahkan tak sungkan mabuk-mabukan dan taruhan bola di ruang tamu.

Mbak Saroh pun nggak tinggal diam. Semua kebobrokan Miss Betty dibeberkan sejelas-jelasnya dan tanpa filter sedikitpun. Adit pun tak habis pikir mendengar informasi mencengangkan tentang Miss Betty yang dikenalnya bertingkah jauh berbeda dari apa yang selama ini dilihatnya.

"Sorry Miss ya... saya sudah dengar semuanya tadi pagi dari pembantu sama supir tentang semua apa yang Miss perbuat selama di sini. Saya nggak mau bahas ini panjang lebar... saya kasih waktu sejam, tolong beresi semua barang-barang Miss ya... trus balik aja Miss ke rumah Miss sendiri!" tegas Adit singkat dan setelah itu meninggalkan Miss Betty sendiri untuk berberes-beres.

Rina yang dicarinya setelah itu. Dia nggak nyangka bahwa wanita itu benar selama ini. Salah besar rupanya dia menilai sikap Rina selama ini. Dia pikir wanita itu hanya terlalu berprasangka buruk saja. Ditambah lagi dia malah menceburkan wanita itu ke kolam dengan kasarnya dan membuatnya cidera.

Kaki Adit melangkah ke atas menuju kamar anaknya, dia yakin si pengasuhnya itu ada di sana. Namun... baru saja dia sampai di lorong kamar atas, dia melihat pengasuhnya itu sedang sibuk berbicara dengan seseorang di ponselnya.

"Trus kapan kita bisa ketemuan, Sam? Uda setahun lho kita nggak nongkrong-nongkrong bareng!" seru Rina sambil cekikikan.

Adit berhenti dan mengamati. Baru kali ini pengasuhnya itu bicara pada seseorang dengan raut wajah yang sumringah seperti yang sedang dilihat Adit. Dia mulai curiga kalau pengasuhnya itu sedang bicara dengan seorang pria.

"Sam? Jangan-jangan itu nama pacarnya!" pikirnya dalam hati.

"Kamu jangan lupa bawain aku yang pernah aku titipin ke kamu ya... kamu uda janji lho!" Kini wanita itu terlihat memilin-milin rambutnya dan masih saja tersenyum.

"Siapa tadi yang nelpon, Miss? tanya Adit setelah melihat Rina menyudahi percakapannya.

Sekilas terlihat Rina terkejut melihat kehadiran Adit yang tiba-tiba. "Teman... cuma nanya kabar tadi sebentar." Anehnya, Rina menghindari tatapannya saat mengatakan hal itu.

Adit tambah merasa curiga melihat hal itu. "Teman apa pacar Miss? Bilang aja kalau memang pacar... saya nggak apa-apa kok!"

"Terserah deh pak kalau masih nggak percaya!" jawab Rina merasa tak senang diinterogasi seperti itu. Tanpa berkata apa-apa lagi, dia masuk ke dalam kamar Moza dan menemani gadis cilik itu membaca cerita sebelum tidur.

Sebenarnya Adit masih penasaran dengan identitas si penelpon tadi. Dari cara wanita tersebut menghindar sudah pasti ada sesuatu yang disembunyikan. Tapi... Adit berniat membicarakannya nanti setelah anaknya tertidur. Berdebat dengan Rina di lorong seperti ini malah akan terdengar oleh Moza.

Selagi menunggu, Adit mengecek keadaan di bawah dulu. Dia ingin memastikan Miss Betty sudah pergi atau belum.

"Sudah pergi Miss Betty, Mbak?! tanya Adit pada Mbak Saroh yang sedang merapikan peralatan makan di ruang makan.

"Baru aja pak... orangnya nggak pamit, langsung aja pergi sama pembantunya!" jelas Mbak Saroh dengan tak menyembunyikan rasa senangnya. Bagaimana tidak... gara-gara si wali kelas itu, kerjaannya jadi dobel porsinya.

"Ya udah... kalau gitu. Saya mau ke ruang kerja saya dulu. Kalau nanti Miss Rina turun, tolong suruh ke ruang kerja saya ya!"

***

MENIKAH KARNA DENDAM (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang